Sunday, February 24, 2008

re-bece fenomenal

Tulisan temenku silvianty tentang bece fenomenal bener-bener menggelitik. Mendadak ingatanku kembali ke masa sma dulu. Tanpa terasa semua itu adalah kenangan 16 tahun yang silam. Saat para bece tebar pesona dan para gadis kelepek-kelepek.
Semua tidak bisa menyangkal betapa populernya para bece. Seperti kata temenku silvi lagi, bukan cuma para gadis-gadis bernafsu ( jangan ngeres dulu...) untuk dijadikan pacar, tapi para orang tua juga nggak mau kalah. Jelas hal ini bikin anak cowok pada gerah. Tidak jarang gadis yang mereka incar sudah punya tambatan hati seorang bece. Lebih tragis lagi si cowok di putusin gara-gara ceweknya udah dapet bece.
Tingkah polah para gadis dalam menarik perhatian para bece juga bermacam-macam. Ada yang pake cara binatang. Maksudnya malu-malu 'kucing' atau jinak-jinak 'merpati'.Pura-pura nggak mau ikutan dalam kompetisi padahal jauh di lubuk hatinya pengen banget di jadiin pacar ama bece. Ada yang pake cara agresif, misalnya sering telfon, pura-pura ngebahas soal-soal umptn, undangan makan malam, sampe dateng ke wisma bece...(Ups...) Ada yang emang dasar "love at the first sight", ketemu nggak sengaja di bank atau di swalayan, trus malah jadian.Ada juga yang gak perduli sama sekali mau cebe kek, mau bece kek, kagak ada urus (nah,...ini gua!)
Mari kita bercerita sedikit tentang temenku yang berhasil dipersunting salah seorang bece. Anaknya pintar. Lumayan cantik.Kalo dibilang genit juga enggak. Karena aku tau persis bahwa dia tidak pernah merencanakan untuk memikat Bece.Dia juga nggak termasuk golongan "celebs" (istilah untuk anak-anak yang gaul abis dan biasanya mereka punya geng sendiri plus ngerasa sok eksklusif....pff...cape deh..) Tinggalnya juga bukan didalam kompleks perumahan Caltex. Tapi diluar kompleks. (Saat itu ada istilah anak camp, anak simpang, anak kopel, dll. Agak diskriminatif memang. Nggak tau deh sekarang gimana.) Dan kenyataan ini tampaknya cukup mengganggu bagi yang berkompetisi. Bagaimana mungkin si ordinary girl bisa menggaet si bece. Maka mulailah teror-teror dilancarkan. Terutama dari para kakak-kakak kelas alias senior.Dari memandang sinis, mengejek, hingga melabrak temenku di toilet perempuan. Persis cerita Cinderella. Ini membuatku semakin merasa perlu memberikan dukungan pada hubungan temenku ini dengan si Bece. Aku ingin ceritanya juga berakhir happily ever after. Dan nyatanya mereka berhasil. Meskipun pernikahan mereka segera dilangsungkan setelah tamat sma tapi temenku tetap bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang kuliah. Dan tetap berhasil meraih gelar sarjana.
Sekarang cerita tentang temenku juga yang berbanding terbalik dengan di atas. Tidak terlalu pintar dan juga tidak terlalu cantik. Tapi aku tau ambisinya sangat besar untuk mendapatkan pacar seorang Bece. Berbagai upaya dilakukan. Mulai dari menginap di rumah saudara di komplek, (karena kebetulan ini anak juga tinggal di luar komplek), minta di ajari menyelesaikan soal-soal, sampai mengundang makan malam. Tapi emang dasar nggak ada jodoh ya nggak bisa dipaksa. Akhirnya juga nggak dapet Bece.
Kalo aku? Pada masa itu aku seorang pemberontak kecil. Aku suka melakukan hal yang bertolak belakang. Jika para gadis berusaha memikat para Bece, aku malah sebaliknya. Aku benci banget ama Bece. Aku selalu bilang, " Apa sih ebatnya Bece. Kalo kentut juga bau. Sama kayak kita-kita..!" tapi didalam hati. Hihihi....
Seingatku dulu mereka para Bece sering mengadakan bimbingan belajar yang bekerja sama dengan pihak sekolah dan aku kesal sekali. Pokoke aku anti banget deh ama yang berbau Bece.Makanya aku sering bolos bimbingan belajar.Jadi wajar saja kalo aku nggak lulus UMPTN. Kalo aku malah lulus UMPTN itu baru tidak wajar. Iya kan?...
Sekarang langsung aja ke point yang mau aku ungkapin. Bahwa Bece itu "bukan segalanya", Tanpa mengurangi rasa hormat dan rasa bersyukur pada teman teman aku yang telah dipersunting oleh Bece. Disini aku cuma mau bilang, nggak diperistri oleh Bece "is not the end of the world". Memang jadi istri Bece enak. Bisa langsung tinggal di Camp Caltex (sori,.lagi-lagi aku nyebut Caltex..aku nggak biasa nyebut Cevron. Kok rasanya lidahku kaku..nggak familier, gitchu...) yang notabene telfon gratis, listrik gratis, air gratis, tivi kabel gratis, potong rumput gratis, servis ac gratis, pokoke apa-apa serba gratis. Belum lagi berobat yang juga gratis and pesawat gratis (meskipun hanya untuk rute pku-jkt atau dmi-jkt,...tapi lumayan juga kan) Tapi jangan salah, nggak sedikit juga para istri bece ini yang nggak bisa nabung. Meskipun logikanya gaji dari suami mereka utuh karena tidak perlu membayar bills, tapi karena salah mengelola keuangan, bisa-bisa uang gaji selalu habis nggak tersisa. Artinya? Artinya meskipun suami kita bukan seorang Bece kalau kita mampu menyisihkan sebagian uang kita untuk di tabung, itu sudah hebat. Berarti kita sangat pintar mengelola keuangan keluarga. Udah mesti bayar telepon, pln, pam, dll masih mampu untuk "saving".
Dengan kenyataan gaji Bece lebih besar? Itu mungkin bisa saja benar. Tapi itu juga bisa salah. Bagaimana jika suami kita bukan seorang Bece tapi seorang Manager Produksi di sebuah perusahan. Yang penghasilannya jauh diatas seorang Bece.Jika suami kita bukan Bece dan juga bukan seorang Manager? Jangan khawatir...Masih ada cara bu, Kita toh masih bisa cari double income. Jika keadaan memungkinkan kita sebagai istri mungkin bisa ikut bekerja. Jika keadaan tidak memungkinkan kita untuk bekerja kita masih punya alternatif lain. Mungkin kita bisa membuat panganan kecil untuk dijual, atau terima jahitan, buka salon, buka warnet, atau apa saja yang bisa menghasilkan uang. Yang penting halal. Intinya adalah bukan penghasilan besar yang menjadi jaminan. Tapi bagaimana kita bisa mengatur keuangan kita agar selalu bisa ada sisa. Sisa uang yang nantinya bisa kita tabung atau kita investasi-kan. Toh produk investasi sekarang bermacam-macam. Ada Deposito, Reksadana, Obligasi Ritel, dll.
Tuhan telah mengatur jodoh kita. Tinggal bagaimana kita menjalaninya. Selalu mensyukuri apapun yang kita punya; punya suami, punya anak, belum punya suami, belum punya anak, tidak punya suami, tidak punya anak, semuanya wajib kita syukuri.Pepatah yang mengatakan "rumput tetangga selalu kelihatan lebih hijau" itu ada benarnya. Jika kita mungkin selalu beranggapan bahwa kehidupan orang lain selalu lebih enak, itu tidak selamanya seperti yang kita lihat. Semua manusia pasti ada kekurangannya. Yang penting rumput dihalaman kita sendiri yang kita urusi. Kita siram dan kita pelihara dengan baik. Pasti nanti nggak cuma bisa menyamai rumput tetangga. Bisa-bisa ngalahin rumput tetangga.( yah,....jadi mesti lebih sering manggil tukang potong rumput dong.....biaya lagi dong....)

No comments: