Wednesday, January 21, 2009

tukang asongan sepatu dan sendal

Pernah lihat tukang menjajakan sendal dan sepatu dengan tas denim yang besarnya hampir sama dengan karung beras 20kg? Biasanya mereka menawarkan dagangannya secara langsung seperti pedagang asongan. Bahkan menurutku mereka memang pedagang asongan, bedanya dagangan mereka berupa sepatu dan sendal bukan kacang, rokok atau air mineral. Nah,..kali ini aku akan ngobrol nggak penting tentang seorang penjaja sepatu.

Setelah hampir berbulan-bulan lamanya aku tidak pernah hadir ke percetakan,..dan disuatu pagi mendadak aku sedikit insaf, dan itu semua dibuktikan dengan hadirnya aku kembali keruang kerjaku yang kelihatan berdebu. Setelah bla,..bla,..bla,..sana sini dan sedikit tunjuk sana, tunjuk sini,....aku menyalakan komputer. Awalnya memasukkan data-data penjualan, tapi tidak sampai dua jam aku mulai bosan. Dan seperti biasanya,….internetlah sebagai tempat pelarian. Browsing sana,..browsing sini,..lihat sana, lihat sini,..ternyata capek juga. Kepingin ngemil tapi tidak ada camilan apapun. Boro-boro camilan,..botol air minumku juga sudah kosong melompong. Setelah bongkar-bongkar laci aku menemukan teh kotak dilaci. Hm,..lumayan,…sambil minum teh, cuci mata melihat-lihat pemandangan diluar ah..

Selang beberapa saat setelah aku melihat kendaraan yang lalu-lalang, tiba-tiba pandangan tertumbuk pada seorang pedagang asongan sepatu dan sendal. Dia duduk dibawah sebuah pohon sambil memijit-mijit kepalanya. Posisiku yang berada dilantai dua membuatku bebas untuk mengawasinya tanpa dia sadari. Aku melihatnya berkali-kali menghela napas panjang. Kulihat juga beberapa kali dia menawarkan dagangannya pada kendaraan motor yang melaju agak pelan. Tapi tidak satupun yang mengacuhkan. Aku mulai tersentuh. Dengan posisi yang tidak berubah dia kembali memijit-mijit kepalanya. Aku melihat kelelahan yang amat sangat. Dan dalam hati aku bertanya, kapan terakhir kali dia makan? Tadi pagikah? Atau kemarin kah? Laparkah dia? Atau sakitkah dia? Kali ini giliran aku yang menghela napas mencoba untuk mengurangi rasa sesak yang tiba-tiba hadir. Sesaat kemudian dari kejauhan aku melihat seorang perempuan berjalan, dan dalam hitungan beberapa langkah pasti perempuan itu akan melintas si pedagang asongan sepatu sendal itu. Aku menunggu kejadian selanjutnya dengan penuh rasa penasaran. Dan seperti dugaanku sipedagang kembali menawari dagangannya,...siperempuan menggeleng,...lalu entah apa yang diucapkan sipedagang asongan, maka siperempuan itu kemudian merogoh-rogoh kedalam tasnya dan mengeluarkan dompet. Setelah membuka dompet berapa saat, kelihatan dia tidak menemukan apa yang dicarinya. Entah mengapa sepertinya dia membatalkan niatnya untuk memberikan uang. Mungkin dia tidak menemukan uang dalam pecahan kecil, atau mungkin juga dia hanya memiliki selembar uang didalam dompetnya yang juga sangat dibutuhkannya, atau beberapa mungkin-mungkin lainnya yang tidak aku ketahui sama sekali. Yang jelas sipedagang asongan sepatu sendal itu menyadarkan tubuhnya yang lemah kepohon yang menaunginya. Dan kembali aku lihat dia memijit-mijit kepalanya.

Aku memeriksa dompetku dan mengecek jika ada uang dalam pecahan kecil yang bisa diberikan untuk sekedar membelikan makanan. Tapi ternyata yang tersedia hanyalah selembar pecahan 50ribuan, alamak! Beberapa saat aku dilanda kebimbangan. Masak nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba ngasih 50 rebu!. No way...! Begitu kata iblis yang bersarang didalam hatiku. Tapi sang malaikat hadir dan menyadarkan aku betapa uang sejumlah itu bisa sangat berarti bagi kehidupan orang lain bahkan mungkin bisa menyelamatkan hidup orang lain. Dan itu semua wajar jika kita ingin berbuat baik godaanya pasti macam-macam. Namanya juga manusia. Kembali aku memandang keluar, kearah sipedagang asongan sepatu dan sendal itu. Dia masih duduk disana. Dan dia masih kelihatan lemah dan putus asa.

Aku langsung berdiri dan memanggil salah seorang karyawanku. Aku bawa dia kearah jendela dan sambil menunjuk keluar aku berkata,"Lihat pria berbaju merah yang duduk dibawah pohon itu, kelihatannya dia kurang sehat. Berikan uang ini dan suruh dia untuk membeli makanan" kataku.

Aku memandang lagi dari jendela kejadian selanjutnya. Aku lihat karyawanku sedang berbicara selama beberapa saat dengan si pedagang asongan itu. Tidak lama kemudian aku menyusul karyawanku yang telah kembali ke meja kerjanya. Dengan tidak sabar aku bertanya,.."Apa katanya?"...Lalu jawab karyawanku,"Dia menangis,bu. Katanya dia cuma ingin pulang ke kampungnya. Dan dia mengucapkan banyak-banyak terima kasih tapi saya bilang bukan saya yang menolong, melainkan ibu. Dan dia minta saya untuk menyampaikan terima kasihnya kepada ibu. Memang kasihan sih bu,..."kata karyawanku lagi. Aku hanya menarik nafas panjang dan memilih untuk tidak berkomentar.

Seminggu kemudian,..dua minggu kemudian,..dan sekarang sudah sebulan,..benar-benar tidak pernah aku lihat lagi sipedagang itu. Mungkin memang benar ia telah kembali ke kampung halamannya. Mungkin kini dia telah berkumpul dengan keluarganya. Mungkin sekarang dia berfikir bahwa hidup sederhana di kampung lebih baik ketimbang terlunta-lunta di kota. Terlepas dari segala kemungkinan yang ada aku bersyukur telah melakukan sesuatu yang berarti. Bukan hanya untuk orang lain tapi juga untuk diriku sendiri. Bahwa sebagian dari rejeki kita juga merupakan rejeki orang lain.

Friday, January 16, 2009

I missed the party

Musim hujan yang ditunggu-tunggu sudah benar-benar hadir. Bagi sebagian orang hujan mungkin menjadi suatu hal yang paling disesalkan. Tapi tidak bagiku. Hujan berarti main-main. (Kayaknya memang inge hidup muaaaaeeeeen melulu,..dasar!)

Iya,..gitu deh! Ajakan untuk ikutan ofrod tentu disambut dengan gembira. Dari sore sudah siap-siap dengan segala perlengkapan. Bahkan sudah bergaya dengan kemeja baru dari Simex hadiah beli ban. Semua rasanya sudah sempurna dan bayangan indah sudah didepan mata. Tapi apa daya,..Tuhan jua-lah yang menentukan. Satu jam sebelum keberangkatan,..anak-anak mulai rewel. Dan buntut-buntutnya keduanya menangis kencang melarang aku untuk pergi malam ini. *Sigh....*

Segala macam bentuk perundingan telah aku coba,..mulai dari bahasa yang paling lembut,janji hanya pergi satu malam saja,..iming-iming beli mainan yang paling diinginkan,..hingga teriakan,..."Pleaseee,..Let me goooo!" Tidak satupun berhasil. Intinya,...mereka bilang: "You can't go tonight,mommy...!"
AAAAAARRRRRRRRGGGGGHHHHHHH

Thursday, January 15, 2009

Hujan,..oh,..hujan..

Tuh kan bener,..memang ingerosalina itu kegilaan jalan-jalan,...selang satu hari dari perjalanan ke Jateng,..sudah pesan tiket ke Denpasar. Kok ya nggak capek-capek keluyuran…

Suami ada sedikit urusan pekerjaan ke Pulau Bali. Mumpung ortu lagi datang,..aku pun langsung memesan tiket penerbangan, persis dengan jam dan tanggal keberangkatan suamiku. Rencananya sih,..selama suami bekerja aku akan keliling-keliling sendiri ngubek-ngubek Kuta dan Legian. Kedengarannya indah ya,…tapi liat saja kenyataan.

Begitu kami mendarat di Bandara I Gusti Ngurah Rai,…inilah cuaca yang menyambut kedatangan kami…mendung!

Dan kurang dari dari satu jam hujan deras mengguyur seluruh kota. “Sigh…”
Bali tanpa cahaya matahari,..hujan pulak,..apa jadinya?..

Setelah beberapa jam hujan agak mereda,..dengan langit yang masih dinaungi mendung,..aku berjalan sendirian menyusuri pantai Kuta,..karena sendirian dan tidak ada teman akhirnya aku memilih untuk duduk dan membaca. Satu-satunya buku yang ada didalam tas cuma buku Gus Mus:"Mencari bening mata air"...ya sudah,..akhirnya beberapa jam aku habiskan untuk membaca. Memang ini kali pertama aku ke Kuta, karena pada kunjunganku ke Bali sebelumnya (around 5 years ago,..hahaha..)aku memilih kawasan Ubud. Sepanjang penglihatanku pantai Kuta sangat biasa,..tidak terlalu special. Malah menurutku tidak terlalu jauh berbeda dengan Anyer atau Carita. Bahkan dengan banyaknya pedagang dan orang yang hilir mudik aku lebih memilih private beach di Sambolo Beach Resort Carita. Tapi,..ya selera orang kan berbeda-beda. Dan lagi,...Bali gitcu loh,..atau,..Kuta getu loh!..Tapi kalau pengen yang agak bagusan,kayaknya di Nusa Dua ya?..

Satu-satunya objek yang cukup menarik perhatianku adalah upacara kecil yang dilakukan oleh beberapa orang ini. Sepertinya mereka mengambil air laut untuk suatu keperluan upacara, (mungkin...?!)




Malam harinya aku memilih untuk ikut suami kerja karena entah mengapa aku agak merasa takut. Ternyata Kuta Seaview tempatku menginap sedang direnovasi,..sialan,..tadi mereka tidak mengatakan apapun pada saat kami check-in. Kamarku terletak dilantai 2 dengan posisi paling ujung, di beberapa bagian cottage sedang dilakukan renovasi sehingga banyak tukang-tukang bangunan.Pokoknya rasanya tidak nyaman aja. Dan dengan kondisi pasrah tidak berdaya,..aku mesti menunggui suami bekerja hingga pukul setengah empat pagi,..huhuhuhu,...capeknya dan ngantuknya. Ketika pulang kami melewati kawasan Legian,.melewati kawasan pub,diskotik,bar,dll dengan dentuman suara dan hingar bingar serta orang yang dance hingga ke jalan-jalan, rasanya sudah seperti di Pataya saja. Sayang aku bukan Dugem-ers. Jadi tidak tertarik sama sekali. Hal yang paling kuinginkan saat itu hanyalah ranjang dengan bantal dan guling yang empuk...hm....nikmatnya...

Pagi harinya aku bangun pukul 9 sembilan sementara suami sudah berangkat sejak pukul setengah tujuh pagi. Sarapan sendirian dan berencana untuk pergi ke Ground Zero, sekedar lihat-lihat. Pengennya mendokumentasikan beberapa gambar di tempat bekas ledakan bom Bali dulu. Tapi ternyata rencana tinggal rencana. Sehabis sarapan ternyata hujan kembali turun dengan derasnya. Yah,....batal deh. Akhirnya aku kembali ke kamar dan menghabiskan waktu dengan menonton televisi. Ampun,...cuma mau nonton HBO aja kok mesti jauh-jauh ke Bali ya?..:(

Jam satu siang, check out dan langsung menuju bandara karena penerbangan kami dijadwalkan pada jam 2. Well,...
Nyesel?!....
Ya nggak lah,...anggap saja ini bentuk supporting seorang istri kepada suaminya.
Betul,kan....suamiku sayang...!! Muah..Muah...(najis tralala nggak sih?..hahaha..)

Tuesday, January 13, 2009

Lagi,...trip to Jateng

Siapa yang sanggup meredam keinginanku untuk jalan-jalan?...Hmm…?

Liburan akhir tahun kali ini awalnya tidak ada acara jalan-jalannya, karena kebetulan teman dekat suami ketika masih kuliah dulu akan datang berkunjung dan menghabiskan sisa liburan akhir tahunnya di kota kami. Jadi,..lupakan cerita tentang jalan-jalan.
Tapi,….tunggu dulu,..
Siapa sih yang bisa menahan seorang Inge Rosalina untuk pergi jalan-jalan? Rasanya kok ya mustahil. Maka jangan heran ketika sekembalinya suami dari bandara sehabis mengantarkan temannya,..sebuah travelling bag sudah tergeletak dengan pasrahnya didepan pintu kamar? Dan dalam tempo 12 jam kemudian,…kami sekeluarga sudah berada ditengah macetnya jalan tol cikampek,….Hahahaha….
Rencana kali ini mengitari kawasan Pacitan yang terkenal akan goa-nya. Ini juga atas rekomendasi dari seorang teman yang baru saja kesana pada musim liburan lalu. (..Mbak Lukie,..thank atas info-nya,..tapi perjalanan ini ternyata tidak seperti yang dibayangkan,…*sigh…*)

Jalur selatan kami pilih karena ingin suasana yang lebih sejuk. Melewati pegunungan dengan banyak hutan tentu akan mengurangi rasa kantuk di siang hari yang terik. Tapi tidak seperti biasanya kali ini anak-anak merasa pusing dan agak mual. Tentu saja karena biasanya kami melintas pada malam hari dan mereka tidak merasakannya karena tidur. Si adek bahkan bilang kalau perutnya sakit,..mungkin lapar, katanya. Padahal belum lama makan siang. Lalu dia bilang mulutnya rasanya asem, pahit dan asin. Lha,…itu namanya mual,..dek! Hahaha…

Pukul 11 malam waktu Banyumas,..kami semua merasa kelaparan. Makan malam sehabis magrib tadi tampaknya sudah habis dicerna dan tiba saatnya suffer. Sebuah warung mie nyemek yang bernama warung Bu Seto kelihatan lumayan ramai dan akhirnya menjadi pilihan kami untuk makan. Masing-masing memesan sepiring mie rebus dengan asapnya yang mengebul. Rasanya enaaaaak sekali. Bahkan kami membuat catatan no telefon dan alamat sebagai pengingat jika ingin datang kembali. Sehabis makan kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Jogjakarta.
Sampai di Jogja pukul 2 dini hari,..kami semua (3 orang dewasa) langsung berebutan masuk ke kamar mandi. Semuanya pada mulas. Nah lo! Selesai urusan kuras menguras,..semua ngorok dengan kerasnya. Hehe,..

Pagi-pagi,..kejadian tadi malam terulang kembali,..kami semua (3 orang dewasa) kembali berebutan kamar mandi. Semuanya pada mulas lagi. Nah lo lagi! Sepertinya ini pertanda buruk,..dan apa yang dikhawatikan benar-benar terjadi. Kita terserang diare,..alamak!!!!!Usut punya usut sepertinya acar dan rawit di warung mie tadi malam sepertinya sudah kadaluwarsa. Karena anak-anak tadi malam juga ikut makan mie rebus juga dan mereka berdua baik-baik saja. Kenapa? Karena mereka makan tidak pakai acar dan rawitnya. Hadooooow,…sib-nasib…! Gagallah semua rencana. Kami akhirnya hanya diam di hotel dan untuk sementara, kloset merupakan satu-satunya benda yang paling diidolakan. Rasanya ingin menggendong kloset kemana pun pergi. Hahahaha….

Namanya juga anak-anak,..gak peduli mak bapak nya nyengir kesakitan,..mereka sih happy-happy saja dikolam renang

"Ayo,..mam,..kita berenang sama-sama.."pinta mereka


"Tidak mungkin, sayang,...mami takut kalau mami nyemplung air kolamnya akan berubah warna,.." hahahahaha,...!

Hari kedua,..
Dengan penuh pengertian, dan prihatin atas penderitaan kloset yang tak henti-hentinya kami duduki dan kami nistakan,..maka kami memutuskan untuk bergerak ke kota Solo. Harus ada kloset lain yang siap untuk dijadikan mangsa selanjutnya. Solo,..here we come,…

Solo,..Heritage City


Tiga Diva,..eh,..Tiga Sinden di Warung Nasi Liwet Mbok Lemu

Korban berikutnya,.. Novotel!


Anak-anak mencari kesibukan sendiri karena ortunya belum cukup kuat untuk keluyuran

Hari ketiga,..karena istirahat yang cukup dan tekad yang kuat untuk sembuh,..halah,..maka kami pun berhasil melewat masa-masa sulit dan menghilangkan ketergantungan hebat pada kloset…Hahaha..Dan sisa satu hari terakhir yang sangat berharga ini tidak akan kami sia-siakan.

Pukul 8 hingga pukul 11 siang kami menjelajahi kawasan batik di daerah Kauman. Disini sentra batik rumahan dengan berbagai macam jenis pelayanan. Ada yang benar-benar rumahan dalam arti pabrik batik merangkap sebagai rumah tinggal. Dan ada yang berupa butik-butik yang menyediakan aneka produk batik dengan pelayanan dari para pelayan yang ramah dan profesional. Sumpah,..belum pernah belanja sampai agak kalap seperti kali ini. Habis,..barang-barangnya bagus-bagus dan harganya juga variatif. Koleksi batik untuk interior rumahnya juga keren-keren,..Saking kalapnya aku membeli taplak meja, bantal dudukan kursi, saputangan, piyama, dress, kemeja,..pokoknya…kalap,..kalap!. Tinggal bulan depan kepala nyut-nyutan melihat tagihan kartu kredit…” Sigh… “

Pukul 11 hingga pukul 13 giliran pasar keweler,..eh,..kelewer yang jadi sasaran. Karena harga disini lebih murah,..maka tempat ini menjadi tempat pilihan belanja oleh-oleh seperti baju daster dan baju batik murah. Hm,..lumayan juga,…untung disini semua harus bayar cash,..jadi kartu kredit tetap tersimpan aman didalam dompet dan itu berarti tidak menambah lonjakan tagihan dibulan depan,..Dan untuk direnungkan,..pada hari itu aku baru menyadari bahwa : “perempuan dan kartu kredit adalah kombinasi yang mematikan”

Pukul 14 kami meninggalkan kota Solo,..ternyata jalanan sepanjang Boyolali-Semarang macet berat. Jam 17 baru masuk Semarang. Dan dari Semarang giliranku mengambil alih kemudi karena jalanannya lurus dan mulus. Sampai Pekalongan kami rehat sejenak sekalian makan malam,…posisi sopir kembali digantikan oleh suamiku. Jam 1 dini hari masuk tol Cikampek, di rest area kembali bertukar tempat duduk,..aku yang gantian nyopir,..jam 3 pagi,…sampai di rumah deh,..tanpa perlu membongkar bagasi, mobil langsung dikunci,..mandi,..trus tidooor…! Sedaaaaap….!