Saturday, June 21, 2008

trip to jateng

Rasanya kurang tepat jika disebut trip to jateng. Lebih tepat jika disebut work to jateng.

Mungkin liburan tahun ini adalah liburan paling tragis bagi anak-anak. Kebalikan dengan kehidupan orang-orang yang masa liburan adalah waktu berkumpul dengan anak-anak maka liburan kali ini aku benar-benar disibukkan oleh pekerjaan sehingga waktuku untuk bertemu dengan anak-anak hanya selepas jam kerja, biasanya dari jam 5 sore hingga malam hari menjelang tidur.

Bahkan kesempatan untuk keluar kota pun dimanfaatkan untuk bekerja. Sempat ragu juga karena ketika melakukan pemesanan hotel dari jakarta, tidak satupun hotel di Jogja yang mau menerima. Semua sudah full booked. Sinting....Tapi kita putuskan untuk tetap berangkat. Masalah hotel nanti dipikirkan belakangan. Sebelumnya kita memberikan peringatan kepada anak-anak bahwa perjalanan kali ini bukan untuk bersenang-senang, jadi harus menerima segala kondisi yang ada, antara lain tidak dapat hotel yang bagus, tidak mengunjungi objek wisata, tidak belanja-belanja, dan harus ikut kemanapun orang tuanya pergi. Awalnya mereka tidak setuju. Mereka pikir lebih baik dirumah saja. Tapi ketika menyadari dirumah tidak ada siapa-siapa yang bisa mengurusi atau menunggui, mereka terpaksa menerima keadaan.(..sungguh kasihan...hahaha...)
Ini adalah gambaran anak-anak yang tidak berdaya itu dalam rangka mengikuti orang tuanya mencari nafkah. Mudah-mudahan tidak ada yang melapor ke KOMNAS ANAK...kikikik

Perjalan kali ini kami memilih jalur selatan karena tujuan utama adalah Kota Klaten. Biasanya kami lebih sering menggunakan jalur utara karena lebih cepat. Meskipun bagi beberapa orang jalur utara dianggap jalur tengkorak, tetap jalur ini menjadi favorit karena lebih cepat. Jalur selatan lebih lama karena jalannya yang berbelok-belok. Tapi bagi aku dan suami tetap senang dengan perjalanan ini karena pada dasarnya kami lebih menikmati perjalanan itu sendiri ketimbang berada dikota tujuan. Disamping snack dan minuman ringan, yang tidak pernah dan tidak boleh ketinggalan adalah lagu-lagu Ebiet G Ade. Ini wajib hukumnya. Dan ditengah malam buta itu bersenandunglah kami berdua:,...Atau alam mulai enggan, bersahabat dengan kita.....Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang,...dudududu....dudududu...(wez....sadiiiz.....!)
Enaknya lagi kalau lewat jalur selatan pemandangan lumayan indah. Salah satunya sawah yang terhampar luas yang dinikmati sambil makan es dawet. Seperti ini...




Sesampai di Jogja apa yang ditakutkan benar-benar terjadi. Semua hotel full booked. Ada berpuluh-puluh bis dan ratusan kendaraan pribadi berplat jakarta berseliweran. Eeeedyan....tenaaaan....(artinya: giiiiila betuuuuul!) Jadi,...gimana?...Yah,...mau tidak mau,..anak-anakku tersayang, kita terpaksa menginap di hotel kelas melati. Siapa tahu besoknya dia berubah jadi mawar atau krisan sekalian. Yang penting kita bisa istirahat dulu. Karena sopir sama navigator matanya udah merah kayak orang marah, dan kelopak matanya sudah tidak mau diajak kompromi alias sering nutup sendiri.
Ada yang kenal atau familiar dengan bentuk ini? Nah,..silahkan tebak sendiri nama penginapan ini apa. Atau kalau kurang kerjaan boleh ngintipin penginapan di Jogja satu demi satu demi menemukan tempat ini. Untuk yang bisa menebak dengan benar ada hadiah langsung satu buah payung nova. Ini serius loh...?!

Setelah balas dendam tidur 8 jam saatnya untuk mencari makan malam. Dan Jogja emang top banget. Makanan disini selain murah, porsinya juga besar. Makan bebek goreng di Cak Koting, potongannya guede-guede, usus dan babat gorengnya juga satu "lepe'an"(piring kecil) penuh. Pesen udah macem-macem, termasuk ati-ampela, lele, sampe burung dara segala,..abisnya cuma seratus ribuan. Halah,...
Akhirnya sisa makanan yang tidak termakan kita bungkus. Sayang kan kalau terbuang.

Selepas makan sempat juga bingung mau ngapain. Mau jalan-jalan di Malioboro males karena yang namanya wisatawan entah itu yang lokal maupun yang asing, tumpah ruah disepanjang Malioboro. Dari pada berdesak-desakan dan juga tidak ada kepentingan mendingan tidak usah ikut-ikutan deh.

Sebuah tempat pijat refleksi bernama Kakiku, jadi tempat menuntaskan semuanya. Yang namanya pinggang rasa mau copot, punggung panas, kaki pegel, hilang semuanya. Asli ini obat yang paling manjur. Rasanya segar kembali untuk memulai aktifitas keesokan harinya. Klaten,...tunggu kami...

Di Klaten ada daerah yang bernama Ceper yang menjadi sentra industri besi cor. Dengan bermodalkan kata "Ceper" mulailah kami bertanya kesana-kemari dan ternyata tidak sia-sia. Kami menemukan sentra industri itu juga.


Bosan bertanya sana-sini akhirnya kita menemukan tempat bertanya yang sangat tepat. Iya,..ke Kadin aja sekalian....hehehe...pinter kan...

Di kawasan ini berkumpul pabrik pengecoran besi termasuk juga yang industri rumahannya. Beberapa kita datangi langsung untuk memperkenalkan diri dan berharap kedepannya akan dapat terjalin kerjasama. Setelah setengah harian berkeliling dan dapat mengantongi beberapa nama pabrik beserta alamat dan nomor telfonnya kami memutuskan untuk mampir ke Solo. Kota Solo yang penuh nostalgia karena merupakan kota kelahiran suamiku.

Loh?1...katanya nggak belanja, tapi kok masih sempat belanja? Dasar wanita!

Setelah makan malam kami memutuskan untuk segera kembali ke penginapan di Jogya. Juga berencana untuk pijat refleksi lagi. Tapi ternyata apa yang terjadi, jalan masuk ke penginapan ditutup rapat. Katanya sedang ada hajatan kumpul pendengar koesplus se Jogja yang di sponsori oleh sebuah merek rokok ternama. Aduh,..aduh..
Tiba-tiba panggung itu berdiri tepat jalanan depan halaman penginapan tempat kami akan istirahat.
Dan lelaki itu,...hik..hik...hik...lelaki itu memainkan gitarnya dengan penuh kesombongan.
Sementara disisi lain panggung mereka membentuk grup dan menari poco-poco..
Merana benar malam itu. Boro-boro mau pijat refleksi, istirahat saja terganggu dengan suara musik yang sangat keras. Acaranya sendiri berakhir jam 1 malam.

Keesokan harinya kami bersiap-siap untuk pulang kembali ke Jakarta. Berangkat agak pagi karena akan mampir sebentar di Purworejo untuk menghadiri acara lamaran pernikahan keponakan. Emang dasar keluarga koboi, tidak suka dengan acara penuh formalitas, kebayang nggak sih jika kami berganti pakaian resmi didalam mobil dipelataran parkir sebuah Bank BRI unit yang berjarak 10 m dari tempat acara? Hihihi...
Inilah jari-jari yang saling bertukar cincin itu...
Selesai acara langsung pamitan dan setelah berjalan beberapa kilometer, lagi-lagi peristiwa berganti pakaian terjadi. Kali ini kembali mengenakan baju kasual yang dipakai sebelumnya.

Purwokerto kami pilih untuk tempat jajan selanjutnya. Sempat menghabiskan waktu hampir 2 jam hanya untuk menemukan soto langganan. Pokoknya harus ketemu dan memang akhirnya ketemu. Dan inilah yang menjadi awal bencana. Karena terlalu lama menghabiskan waktu di Purwokerto kami jadi agak kemaleman sampai di Nanggrek. Dan apa yang dikhawatirkan terjadi. Nanggrek, muacet totaaal! Huhuhu,..sempat tanya-tanya pada sopir truk ternyata setiap minggu malem senin itu sudah lumrah kalau terjadi macet. Soalnya banyak orang orang jateng yang memilih untuk berwisata akhir pekan ke Bandung dan sebaliknya. Apalagi ini musim liburan. Bisa-bisa macet 3 sampai 4 jam. APA???!!!!

Setengah putus asa kami mencoba untuk tetap bersabar. Tapi tidak sedikitpun terlihat tanda-tanda kendaraan beringsut jalan. Malah hampir semua mobil mematikan mesin kendaraan. Sepertinya mereka lebih memilih untuk tidur daripada menunggu dengan penuh kekesalan. Aku mulai panik. Jika mesin kendararaan dimatikan anak-anak pasti bangun karena mereka akan merasa kepanasan. Dan kalau anak-anak sempat pada bangun, sudah terbayang repotnya kayak apa karena mereka pasti pada protes dan rewel. Akhirnya aku putuskan untuk berdo'a memohon agar Allah memberikan keajaiban. Aku membaca ayat kursi dengan amat khusu'. Dan aku memohon dengan amat sangat agar Dia memberikan mukjizatnya,...dan ajaib...selang beberapa saat kemacetan mulai mencair. Kendaraan mulai jalan pelan-pelan dan lima menit kemudian laju kendaraan menjadi sangaaaat lancar seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Sumpah,..demi Allah kami berdua benar-benar takjub. Memang Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Dan meluncurlah kami di Tol Cipularang,...lalu Tol Cikampek,...lalu Tol Pondok Indah, lalu Tol Bintaro,.....lalu jalan raya serpong dan jam setengah lima masuk rumah,....langsung mandi,...mendarat diatas ranjang empuk, dalam hitungan detik,...grooook.....groooook.....grooook.....(suara ngorok bersahut-sahutan...)

capturing denias...

Hari yang ditunggu-tunggu itu akhirnya datang juga. Dan inilah beberapa hasil jepretanku.....Taddaaaaa,.....









comercial break, ada iklan yang mau lewat,..eh,..salah, ada sapi yang mau lewat...



Hari semakin panas, kening pun semakin berkerut






Beberapa jepretan lagi,...





Akhirnya selesai,.....
thanks everyone,...

Thursday, June 19, 2008

great invitation

QQ : "Berarti ini pertemuan kita yang terakhir ya inge, saya mau kamu besok jum'at ikut saya dalam sesi pemotretan untuk cover kaset dan cd Albert...Kamu tahu Albert?"
Inge : (dengan tampang yang sangat bodoh menggeleng-gelengkan kepala...)"Nggak tahu, siapa yah?"
QQ : "Itu loh, yang penyanyi, di AFI Junior..."
Inge : "Nggak pernah nonton tv, maaf kalo nggak tahu.."
QQ : "Ya sudah, tapi kamu bisa kan?"
Inge : "Absolutly,...dengan senang hati..."
QQ : "Kamu bisa nggak tolong cariin lokasi pemotretan yang bagus, dengan nuansa alam dan kalau bisa ada danau atau telaga dan satu lagi yang paling penting: Tidak perlu izin khusus untuk pemotretan!..
Inge : Ok,bisa, aku tahu beberapa lokasi di gading serpong masih natural dan mungkin bisa direkomendasikan
QQ : "Sip..!"

Dan inilah tempat yang aku rekomendasikan itu,...






Tuesday, June 17, 2008

Well done, girls...



Yeeeaaah,….akhirnya masa libur itu datang juga. Mulai tanggal 13 juni s/d 24 juli anak-anak libur panjang. Itu berarti aku juga libur panjang. Dan semua jerih payah antar jemput itu terobati dengan prestasi mereka yang lumayan dikelas. Thank You, girls,...mommy love you so much….muah…muah..

Monday, June 16, 2008

Fake Photographer

Fotografer mancik-mancik

Berikut adalah pengalaman bodoh dalam proses pengambilan foto produk. Untuk menghemat biaya maka pemotretan dilakukan oleh seorang amatir yang masih dalam kondisi krisis percaya diri kronis. Dialah Inge Rosalina.
Berikut ini adalah kejadian buruk yang terjadi sepanjang proses pemotretan.

1. Karena sempitnya ruangan maka si fotografer palsu itu tidak bisa bergerak dengan bebas. Berkali-kali kantong belakang jeans-nya nyangkut di teralis besi jendela karena posisinya berdirinya yang nempel di jendela.
2. Pada saat mengatur posisi produk yang akan difoto, berkali-kali contoh produk itu jatuh. Mudah-mudahan saja tidak terjadi kerusakan pada benda-benda malang yang sangat memasrahkan dirinya pada si fotografer.
3.Butuh waktu yang sangat lama untuk mendirikan, mengatur dan menyetel tripot. Bahkan kamera nyaris jatuh karena pemasangan yang tidak benar. Fuuiiih,..hampir saja.
4.Setelah sesi pemotretan selesai tiba saatnya merapikan tripot dan ditutup jeritan karena tangan kejepit tripot. Benar-benar memalukan...

Foto-foto berikut adalah contoh hasil jepretan si photografer mancik-mancik tadi





wellcome to my nest...

Ada 2 tujuan ketika kita mempublish sebuah tulisan . Yang pertama adalah keinginan kita untuk berbagi cerita dan yang kedua adalah untuk mendapatkan simpati. Tapi bagiku sebuah tulisan adalah sebuah tulisan. Murni hanya bercerita dan lebih bersifat pelimpahan unek-unek saja. Tidak pernah ada maksud untuk mencari simpati.

Tapi jikalau pun ada orang yang membaca tulisanku jadi mempunyai opini, dan itu sah-sah saja. Opini itu sendiri bisa positif bisa negatif. Untuk opini negatif aku jadi belajar untuk menerima kritikan dengan lapang dada. Sedangkan opini yang positif biasa makin membuatku lebih bersemangat lagi untuk menulis. Tapi yang jelas aku sangat berterima kasih pada hadirnya opini-opini baik yang positif maupun yang negatif. Karena keduanya sama pentingnya dalam proses pendewasaan diriku.Selama proses pendewasaan itu pun aku menyadari betapa moody-nya aku. Jikalau suasana hati sedang senang maka tulisanku penuh dengan tawa dan canda. Tapi sebaliknya jika suasana hati sedang sedih maka tulisanku menjadi cengeng dan ngawur.

Namun seburuk apapun tulisan yang aku hasilkan, aku akan tetap menulis. Aku menulis karena aku memang suka menulis. Sama seperti memotret, lewat tulisan aku akan mengabadikan sesuatu yang segera akan menjadi masa lalu. Tulisan bagiku adalah sebuah jejak yang ditinggalkan. Sama sekali tidak bermaksud untuk mengundang decak kagum dari orang lain ataupun mengundang simpati dari orang lain. Jadi, apapun tulisanku nantinya, siapapun boleh-boleh saja untuk beropini….siapa saja,…dan apa saja,…. Wellcome to my nest….

Monday, June 9, 2008

Mereka mencuri perhatianku

Pada rute yang sama dan pada jam yang sama maka aku pun bisa merekam kejadian yang sama ditempat yang sama. Bingung? Maksudnya begini, pada rute graha raya, pada jam dua, ada orang-orang tertentu yang tempatnya selalu tetap disitu, yang menjadi perhatianku.

Siapa saja mereka?

1. Bapak tua penjual lampu minyak.
Dijaman serba moderen seperti sekarang ini masih tersisa orang-orang yang mencoba berjualan benda yang nyaris jarang digunakan lagi. Memang listrik sudah tersambung dimana-mana. Tetapi pemadaman bergilir mungkin masih menjadikan berkah tersendiri bagi si bapak penjual lampu minyak. Mungkin bagi beberapa kalangang yang tergolong mampu membeli genset adalah alternatif yang paling sempurna. Namun bagi kalangan bawah lampu minyak adalah alternatif yang paling tepat. Dengan adanya konversi minyak tanah ke gas membuat usahan si bapak benar-benar berada diujung tanduk, sebab dengan sulitnya mendapatkan minyak tanah orang pun berfikir dua kali untuk menggunakan lampu minyak. Akhirnya lilin dianggap lebih praktis dibandingkan lampu minyak. Kasihan si bapak itu. Sampai kapan dia akan sanggup bertahan untuk berdagang lampu minyak…

2. Anak lelaki berambut jagung
Setahun yang lalu, di suatu hari hujan turun dengan dengan derasnya. Dibawah siraman hujan dan mendung pekat yang menutupi langit itulah tiba-tiba pandanganku terbentur pada seorang anak yang sedang menangis dipinggir jalan. Dengan memegang sebuah karung plastik putih dia duduk ditrotoar tanpa sedikit pun berusaha untuk menghindar dari derasnya hujan. Anak lelaki itu berumur sekitar 9 tahun, seumuran dengan anakku, berbadan kurus dengan rambut berwarna pirang karena terbakar matahari. Aku tidak tahu dia menangis karena apa. Tapi aku begitu tersentuh olehnya. Sepanjang perjalanan bayangan anak itu tidak bisa hilang dari ingatanku. Dalam hati aku perang batin. Antara ingin kembali ketempatnya atau tetap meneruskan perjalanan. Hati kecilku terus mendesak dan bertanya-tanya. Tertabrakkah dia? Sakitkah dia atau kelaparankah dia? Tapi hatiku yang lain mengatakan untuk tidak berbuat konyol. Ini Jakarta. Mungkin saja ada yang menyuruhnya untuk berbuat seperti itu seperti sindikat anak jalanan dilampu2 merah itu. Atau mungkin saja aku malah diperas dengan tuduhan telah menabrak dan diharuskan membayar ganti rugi untuk sesuatu yang tidak aku lakukan. Perang batin itu terus terjadi didalam hatiku hingga aku sampai kerumah. Tapi aku mencoba untuk melupakannya. Aku berharap agar keesokan hari bisa melihat anak itu dalam keadaan yang berbeda. Harapanku tercapai. Keesokan harinya aku melihat lagi anak itu ditempat yang sama. Tapi kali ini sedang bermain-main dan tertawa gembira bersama beberapa temannya ( dan masih tetap dengan membawa karung plastik, aku berasumsi dia dari keluarga pemulung ) Aku merasa sangat lega . Setidaknya bukan sesuatu yang teramat buruk terjadi padanya kala itu. Dan ketika keesokannya lagi, dan keesokannya lagi,..aku masih tetap dapat melihat dia aku menjadi semakin lega. Hingga tanpa aku sadari anak lelaki berambut jagung dengan sebuah karung menjadi sahabat imajinerku yang selalu aku rindukan. Suatu saat jika aku sudah memiliki keberanian aku akan menemuinya dan mengajaknya untuk benar-benar menjadi temanku.

3. Bapak bongkok penjual gado-gado
Satu lagi yang juga tidak pernah luput dari perhatianku adalah seorang bapak setengah tua penjual gado-gado. Banyak penjual gado-gado yang pernah aku lihat dan temui. Tapi bapak ini berbeda. Dia memiliki keterbatasan dengan bentuk tubuhnya yang tidak sempurna. Tapi itu tidak mengurungka niatnya untuk berbuat layaknya manusia normal. Dengan tubuh bongkoknya itu dia setiap hari mendorong gerobak gado-gadonya. Aku sangat kagum dengan semangat hidupnya. Keterbatasan fisik tidak menghalanginya untuk menjadi manusia seutuhnya. Dia mengalahkan orang-orang muda yang bertubuh sempurna yang hanya menjadi polisi cepek di setiap putaran balik atau menyorongkan baskom kosong disetiap jalan-jalan yang rusak dan berlobang dengan dalih telah berjasa menambal jalan.

Ketiga orang ini benar-benar telah mencuri perhatianku. Setiap hari aku selalu mencari-cari mereka dalam pemandanganku. Jika ada salah satu yang luput dari perhatianku karena tidak terlihat maka dalam hati aku pun bertanya-tanya kemana gerangan mereka. Hanya bisa berharap bahwa hidup yang keras ini tidak akan mengalahkan semangat mereka untuk tetap terus berjuang. Allah selalu menjaga dan melindungi kalian sahabat-sahabatku….

Saturday, June 7, 2008

Funny bena...

Obrolan sebelum tidur bersama anak-anak sungguh menyenangkan. Ada sebuah cerita lucu dari adek bena. Ceritanya begini:
Bena : "Mika bilang kalau nanti dia sudah besar dia mau jadi muslim. Dia mau pindah agamanya jadi agama islam.."
Inge : "Oh, ya,...kenapa?
Bena : "Iya, karena Mika pengin agamanya sama dengan agama oma-nya.
Inge : "Oh, ya...terus,...
Bena : "Terus aku bilang ke Mika kalau mau jadi muslim harus baca kalimat syahadat dulu, terus aku ajarin Mika baca syahadat.."
Inge : "Hah?...
O...alah anakku,..anakku...belom apa-apa kok gayanya udah mau meng-Islam-kan orang segala,...hhhhh....

Thursday, June 5, 2008

Let me help you, sir...

Ini masih tentang kegiatan sehari-hari. Karena jam pulang anakku yang berbeda, maka setiap hari senin-rabu-kamis aku bersama di adek harus menunggu si kakak sekitar satu jam . Kalau hari selasa dan jumat biasanya aku menunggu ditempat si adek les kumon. Selain hari yang aku sebutkan diatas itu, biasanya aku menunggu bisa dimana saja. Kadang di warung baso, kadang di tempat ketoprak atau kadang malah di pelataran parkir sekolah jika waktunya sudah mepet( ini biasanya kalau aku telat menjemput si adek ) Tapi aku dan si adek punya satu tempat rahasia yang menjadi favorit kami berdua. Sebuah pelataran parkir yang cukup teduh di kawasan perkantoran pemerintahan sipil. Terdiri atas mushalla, kantor koramil, kantor urusan agama, kantor camat, puskesmas dan terakhir baru saja berdiri kantor polsek. Pelataran parkir di kawasan inilah yang menjadi tempat mangkal idola kami. Biasanya kalau lagi rajin aku shalat di mushalla itu (kalau lagi malas shalatnya di rumah saja), ada kantin kecil tempat aku membeli makan siang jika tidak sempat membawa dari rumah, juga ada warung kecil yang menyediakan minuman dingin jika aku kehausan. Kadang kalau sedang capek sekali biasanya aku tidur dimobil barang 15 menit atau 30 menit( tinggal dikalungin handuk kecil putih merek "good morning" dileher, maka tampilanku persis kayak sopir angkot jurusan tanah abang - kampung melayu)

Hari ini ada kejadian yang agak tidak biasa. Sesampainya dibawah pohon rimbun langgananku, aku mulai membuka-buka koran hari ini karena tadi tidak sempat membaca dirumah. Sesekali aku mengalihkan pandangan ke sekeliling. Saat itulah tiba-tiba pandanganku terhenti pada seorang bapak tua yang buta yang sedang meraba-raba dengan tongkatnya. Dia kelihatan bersih dan rapi. Sangat berbeda dengan penampilan orang tuna netra yang biasa aku lihat. Dengan kemeja hitam, celana panjang krem, sebuah tas diselempangkan di bahu dan sebuah kacamata hitam dengan logo G, mungkin maksudnya Guci (dengan 1 huruf C saja) atau Gues (dengan 1 huruf S saja) Tapi secara umum dia kelihatan resik. Karena merasa dia agak spesial, maka aku berniat untuk mengabadikannya di kamera. Berdasarkan perkiraanku, jika aku memotretnya dari mobil ketika ia melewatiku pasti dia tidak akan menyadarinya karena memang dia tidak bisa melihat. Maka aku pun mengatur posisi duduk yang nyaman sambil menunggu ia melintas. Tapi ketika aku melihat dia dikejauhan hanya berputar-putar kebingungan aku menjadi iba. Tidak ada seorangpun disekitar situ, kecuali aku. Keadaan sekeliling sangat sunyi. Aku memutuskan untuk turun dari mobil dan menghampirinya. "Mau kemana pak? Mau kearah luar ya..?" tanyaku. "Iya,..."jawabnya lirih. "Sini pak, kearah kanan,.." Tiba-tiba aku sadar dia akan sangat susah membedakan kiri dan kanan. Aku pun memegang bahunya dan memutar badannya kearah kanan. "Tapi ini kan jalan yang tadi lagi..."katanya ragu. "Iya,..tapi ini menuju keluar. Jalan dipinggir aspal saja karena trotoarnya banyak yang bolong dan ada pohon ditengahnya" kataku. Ia lagi-lagi mendesah, seolah menyesali keterbatasannya. "Kalau kantor polsek dimana, jauh nggak?"katanya lagi. "Oh, itu yang diujung,..."lagi-lagi aku lupa kalau dia tidak bisa melihat arah yang aku tunjuk. "Gini, Bapak tinggal jalan luruuuus saja, kira-kira 100 langkah nanti kantor polseknya berada disebelah kiri bapak" kataku sambil menuntunnya ke pinggiran aspal. Pada saat yang bersamaan lewatlah seorang pria berumur sekitar 40-an dengan mengenakan seragam dinas petugas sipil. Dari kejauhan dia sudah tersenyum-senyum. Awalnya aku membalas dengan senyuman juga. Tapi tiba-tiba dia berkata, "Kok cuma dituntun,..di peluk dong,...hahaha..." dia tertawa sendiri. Aku kaget. Asli kaget. Maksudnya apa? Bukankah seharusnya dia sebagai seorang pria merasa punya kewajiban untuk menolong. Tapi dia malah mengolok-olokku dan pria buta setengah baya itu. Aku sampai tidak bisa ngomong apa-apa. "Hati-hati ya,pak..." kataku sambil melepas si bapak buta itu setelah menuntunnya beberapa langkah. Aku berjalan kembali ke mobil sambil tak henti-hentinya berfikir tentang pertemuanku dengan orang ajaib yang begitu mudahnya melecehkan orang lain dan benar-benar tidak punya kepekaan nurani.

Ku temui kameraku yang tergeletak karena tidak jadi digunakan."Oh,..sorry buddy, kita kehilangan moment berharga itu..."

Sebagai pengobat kecewa hanya gambar ini yang bisa aku dapatkan,....Gambar si bapak istimewa itu,... dari kejauhan.....


Tuesday, June 3, 2008

Healing is dealing

I’m not complaining, but what happened to me lately is really suck

Tadi, dalam perjalanan menjemput anak-anak pulang sekolah tiba-tiba saja aku menangis sesegukan. Hanya sebuah kalimat sederhana yang aku ucapkan dalam hati dan tiba-tiba saja aku merasa begituuuuu sedih. Semua pemandangan berubah menjadi kabur seperti menyetir pada saat turun hujan. Semakin lama semakin buram seiring dengan air mataku yang semakin deras.

What happened to you inge,…Look at you. You look so ugly with red wet eyes and those pinky nose…aku bisikkan kalimat bodoh yang aku kira dapat meredakan kesedihanku. Tapi airmata itu semakin deras dan semakin deras lagi.

Why am I crying? So many reason…Mulai dari tubuhku yang sangat tidak kooperatif; haid tidak teratur, tangan pecah-pecah dan mengelupas karena alergi terhadap begitu banyak jenis makanan, sariawan, berat badan dibawah normal alias underweight, jerawatan, dan lain-lain, dan lain-lain,…hingga mentalku yang tidak stabil; mudah marah, mudah tersinggung, murung, sensitif dan melankolis. Lingkungan luar pun turut ambil andil dalam kekacauan ini. Kesibukan yang luar biasa ditambah dengan tekanan dari sekelilingku. Aku mulai menyadari tidak adanya keselarasan antara mind, body and soul.

Ya, ternyata ketiga hal diatas, mind-body-soul haruslah sejalan. Selama ini aku mengira tidak ada masalah. Tapi setelah aku amati ternyata ada yang tidak beres antara tiga serangkai itu. Maksudnya begini, my mind = pikiranku, berjalan dengan logis. Aku menerima kenyataan yang terjadi. Bahwa aku harus meninggalkan semua zona kenyamanan yang selama ini aku nikmati, dan bahwa untuk dapat mencapai apa yang telah dicita-citakan sebelumnya aku harus bekerja dan bahwa aku pun harus bekerja lebih keras lagi. Tapi ternyata my soul = jiwaku, masih belum bisa menerima kenyataan itu. Ternyata jauh didalam lubuk hatiku, jauh dialam bawah sadarku terjadi penolakan atas perubahan yang teramat drastis ini. Dan seperti seorang provokator dia menghasut my body = tubuhku, untuk bereaksi. Reaksinya bermacam-macam seperti yan sudah aku sebutkan diatas. Dan ketika my mind = pikiranku, satu-satunya yang masih berjalan sesuai dengan track, masih rasional, terkena benturan (bukan kejedot tembok ya)sedikit saja,...hasilnya,.....ya itu tadi, tiba-tiba merasa lemah dan ingin menyerah... C-E-N-G-E-N-G, ...CENGENG!

Apa yang harus aku lakukan? Satu-satunya jalan adalah berdamai dengan keadaan. Aku harus berdamai dengan hati kecilku yang bandel itu. Dialah biang kerok dari semua ini. Karena ini masalah hati, aku rasa hanya perlu sedikit kesabaran. Pelan-pelan seiring dengan waktu pasti hatiku akan mencair. Aku harus berdamai dengan keadaan yang mengharuskan aku untuk mengurusi segala yang telah menjadi tanggung jawabku. Dan aku juga mesti berdamai dengan keadaan sekelilingku. Bahwa belum tentu apa yang menurutku baik, juga baik menurut orang lain. Bahwa apa yang menurutku adil, belum tentu adil bagi orang lain. Bahwa apapun yang aku lakukan aku tidak perlu memikirkan tentang apapun anggapan orang lain. Just do what you have to do, inge....

...Today I'm so EVIL...GRRRRH..

Mari kita menggosip sejenak.,…

Masih inget kan kejadian tanggal 13 mei? (ye,..itu lagi, bosen!...) Jangan bosen,…ini ada cerita terbaru. Kemaren sabtu si ompong ini dateng ke percetakan dan bantu-bantu sablon dikit, katanya ditempat kerjanya yang baru hari sabtu libur. Jadi daripada bengong dia maen-maenlah kesana. Sempat kita tanyain apakah betah ditempat kerja yang baru. Dan dia menjawab dia cukup betah disana.

Nah,..ini gong-nya,…
Tadi pagi tiba-tiba saja ada sms yang masuk ke hp suami yang ternyata berasal dari si ompong. Isinya menanyakan tentang haknya sebagai pekerja untuk mendapatkan pesangon sesuai dengan lamanya masa dia bekerja dulu yaitu 5 tahun. Lalu dia juga menanyakan bagaimana dengan uang makannya mulai dari tanggal 1 s/d 13 mei itu. Intinya dia minta uang kebijaksanaan lah,…

Terus terang aku agak emosi jiwa dibuatnya. Setelah dia menodongku dengan surat pengunduran diri yang harus ditandatangani saat itu juga, sekarang dia menuntutku untuk bijaksana? Aku sudah cukup bijaksana pada hari naas itu untuk tidak memaki-makinya atau mengemis-ngemis padanya agar tidak keluar. Dan uang makannya jika dihitung-hitung sama banyaknya dengan jumlah hutangnya pada kantor. Belum lagi jumlah angka ketidak hadiran yang cukup tinggi. Dan aku tidak pernah memotong gajinya sehubungan dengan ketidak hadirannya itu. Plus bantuan finansial pada saat ibunya sakit, mertuanya meninggal, istrinya melahirkan, anaknya mendaftar sekolah,..dan lain-lain,..dan lain-lain.

Aku judes? Memang. Selama ini aku sudah begitu baik pada orang dan ternyata kebaikan itu sering disalah gunakan. Orang jadi berbuat seenaknya terhadapku dan ini tidak akan aku biarkan lagi. Cukup sudah semua. No more MRS.NICE GUY….(salah ya? Sebodo) Jadi aku konsepkan kalimat yang harus di text suamiku untuk membalas sms itu. Isinya : 1. Uang makan tidak ada karena sudah habis untuk menutup hutang ke kantor.
2. Sehubungan dengan angka ketidak hadiran yang sangat tinggi, dan permintaan pengunduran diri atas kemauan sendiri dengan waktu yang sangat mendadak, tidak ada surat pemutusan kerja dari perusahaan, maka tidak ada pesangon.
Terimakasih.


Benar-benar tidak tahu sopan santun. Giliran minta berhenti tidak ada basa-basi. Eh,..giliran minta uang makin tidak ada basa-basi. Enak saja. Emangnya dia siapa bisa berbuat seenaknya. “..Today I’m so EVIL…..GRRRRH…..”

****UPDATES****
siang harinya ternyata sms itu berbalas lagi. Dengan nada sedikit meneror dia mengatakan bahwa kami selayaknya mengerti hukum dan undang-undang yang berlaku. Kemudian dengan kalimat yang sedikit berubah melunak dia menutup kalimat dengan kata-kata sbb: "Masa pengabdian saya selama ini tidak anda hargai sedikitpun"

Aku jawab,"Anda berhenti atas kemauan sendiri. Dan saya tidak pernah memecat anda. Bagi saya, tidak ada kewajiban apapun yang harus saya penuhi. Terimakasih.

Hm,..sekian dulu ya dudes, nanti kalau ada kabar terbaru lagi akan aku updates lagi. C...ya...