Saturday, June 21, 2008

trip to jateng

Rasanya kurang tepat jika disebut trip to jateng. Lebih tepat jika disebut work to jateng.

Mungkin liburan tahun ini adalah liburan paling tragis bagi anak-anak. Kebalikan dengan kehidupan orang-orang yang masa liburan adalah waktu berkumpul dengan anak-anak maka liburan kali ini aku benar-benar disibukkan oleh pekerjaan sehingga waktuku untuk bertemu dengan anak-anak hanya selepas jam kerja, biasanya dari jam 5 sore hingga malam hari menjelang tidur.

Bahkan kesempatan untuk keluar kota pun dimanfaatkan untuk bekerja. Sempat ragu juga karena ketika melakukan pemesanan hotel dari jakarta, tidak satupun hotel di Jogja yang mau menerima. Semua sudah full booked. Sinting....Tapi kita putuskan untuk tetap berangkat. Masalah hotel nanti dipikirkan belakangan. Sebelumnya kita memberikan peringatan kepada anak-anak bahwa perjalanan kali ini bukan untuk bersenang-senang, jadi harus menerima segala kondisi yang ada, antara lain tidak dapat hotel yang bagus, tidak mengunjungi objek wisata, tidak belanja-belanja, dan harus ikut kemanapun orang tuanya pergi. Awalnya mereka tidak setuju. Mereka pikir lebih baik dirumah saja. Tapi ketika menyadari dirumah tidak ada siapa-siapa yang bisa mengurusi atau menunggui, mereka terpaksa menerima keadaan.(..sungguh kasihan...hahaha...)
Ini adalah gambaran anak-anak yang tidak berdaya itu dalam rangka mengikuti orang tuanya mencari nafkah. Mudah-mudahan tidak ada yang melapor ke KOMNAS ANAK...kikikik

Perjalan kali ini kami memilih jalur selatan karena tujuan utama adalah Kota Klaten. Biasanya kami lebih sering menggunakan jalur utara karena lebih cepat. Meskipun bagi beberapa orang jalur utara dianggap jalur tengkorak, tetap jalur ini menjadi favorit karena lebih cepat. Jalur selatan lebih lama karena jalannya yang berbelok-belok. Tapi bagi aku dan suami tetap senang dengan perjalanan ini karena pada dasarnya kami lebih menikmati perjalanan itu sendiri ketimbang berada dikota tujuan. Disamping snack dan minuman ringan, yang tidak pernah dan tidak boleh ketinggalan adalah lagu-lagu Ebiet G Ade. Ini wajib hukumnya. Dan ditengah malam buta itu bersenandunglah kami berdua:,...Atau alam mulai enggan, bersahabat dengan kita.....Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang,...dudududu....dudududu...(wez....sadiiiz.....!)
Enaknya lagi kalau lewat jalur selatan pemandangan lumayan indah. Salah satunya sawah yang terhampar luas yang dinikmati sambil makan es dawet. Seperti ini...




Sesampai di Jogja apa yang ditakutkan benar-benar terjadi. Semua hotel full booked. Ada berpuluh-puluh bis dan ratusan kendaraan pribadi berplat jakarta berseliweran. Eeeedyan....tenaaaan....(artinya: giiiiila betuuuuul!) Jadi,...gimana?...Yah,...mau tidak mau,..anak-anakku tersayang, kita terpaksa menginap di hotel kelas melati. Siapa tahu besoknya dia berubah jadi mawar atau krisan sekalian. Yang penting kita bisa istirahat dulu. Karena sopir sama navigator matanya udah merah kayak orang marah, dan kelopak matanya sudah tidak mau diajak kompromi alias sering nutup sendiri.
Ada yang kenal atau familiar dengan bentuk ini? Nah,..silahkan tebak sendiri nama penginapan ini apa. Atau kalau kurang kerjaan boleh ngintipin penginapan di Jogja satu demi satu demi menemukan tempat ini. Untuk yang bisa menebak dengan benar ada hadiah langsung satu buah payung nova. Ini serius loh...?!

Setelah balas dendam tidur 8 jam saatnya untuk mencari makan malam. Dan Jogja emang top banget. Makanan disini selain murah, porsinya juga besar. Makan bebek goreng di Cak Koting, potongannya guede-guede, usus dan babat gorengnya juga satu "lepe'an"(piring kecil) penuh. Pesen udah macem-macem, termasuk ati-ampela, lele, sampe burung dara segala,..abisnya cuma seratus ribuan. Halah,...
Akhirnya sisa makanan yang tidak termakan kita bungkus. Sayang kan kalau terbuang.

Selepas makan sempat juga bingung mau ngapain. Mau jalan-jalan di Malioboro males karena yang namanya wisatawan entah itu yang lokal maupun yang asing, tumpah ruah disepanjang Malioboro. Dari pada berdesak-desakan dan juga tidak ada kepentingan mendingan tidak usah ikut-ikutan deh.

Sebuah tempat pijat refleksi bernama Kakiku, jadi tempat menuntaskan semuanya. Yang namanya pinggang rasa mau copot, punggung panas, kaki pegel, hilang semuanya. Asli ini obat yang paling manjur. Rasanya segar kembali untuk memulai aktifitas keesokan harinya. Klaten,...tunggu kami...

Di Klaten ada daerah yang bernama Ceper yang menjadi sentra industri besi cor. Dengan bermodalkan kata "Ceper" mulailah kami bertanya kesana-kemari dan ternyata tidak sia-sia. Kami menemukan sentra industri itu juga.


Bosan bertanya sana-sini akhirnya kita menemukan tempat bertanya yang sangat tepat. Iya,..ke Kadin aja sekalian....hehehe...pinter kan...

Di kawasan ini berkumpul pabrik pengecoran besi termasuk juga yang industri rumahannya. Beberapa kita datangi langsung untuk memperkenalkan diri dan berharap kedepannya akan dapat terjalin kerjasama. Setelah setengah harian berkeliling dan dapat mengantongi beberapa nama pabrik beserta alamat dan nomor telfonnya kami memutuskan untuk mampir ke Solo. Kota Solo yang penuh nostalgia karena merupakan kota kelahiran suamiku.

Loh?1...katanya nggak belanja, tapi kok masih sempat belanja? Dasar wanita!

Setelah makan malam kami memutuskan untuk segera kembali ke penginapan di Jogya. Juga berencana untuk pijat refleksi lagi. Tapi ternyata apa yang terjadi, jalan masuk ke penginapan ditutup rapat. Katanya sedang ada hajatan kumpul pendengar koesplus se Jogja yang di sponsori oleh sebuah merek rokok ternama. Aduh,..aduh..
Tiba-tiba panggung itu berdiri tepat jalanan depan halaman penginapan tempat kami akan istirahat.
Dan lelaki itu,...hik..hik...hik...lelaki itu memainkan gitarnya dengan penuh kesombongan.
Sementara disisi lain panggung mereka membentuk grup dan menari poco-poco..
Merana benar malam itu. Boro-boro mau pijat refleksi, istirahat saja terganggu dengan suara musik yang sangat keras. Acaranya sendiri berakhir jam 1 malam.

Keesokan harinya kami bersiap-siap untuk pulang kembali ke Jakarta. Berangkat agak pagi karena akan mampir sebentar di Purworejo untuk menghadiri acara lamaran pernikahan keponakan. Emang dasar keluarga koboi, tidak suka dengan acara penuh formalitas, kebayang nggak sih jika kami berganti pakaian resmi didalam mobil dipelataran parkir sebuah Bank BRI unit yang berjarak 10 m dari tempat acara? Hihihi...
Inilah jari-jari yang saling bertukar cincin itu...
Selesai acara langsung pamitan dan setelah berjalan beberapa kilometer, lagi-lagi peristiwa berganti pakaian terjadi. Kali ini kembali mengenakan baju kasual yang dipakai sebelumnya.

Purwokerto kami pilih untuk tempat jajan selanjutnya. Sempat menghabiskan waktu hampir 2 jam hanya untuk menemukan soto langganan. Pokoknya harus ketemu dan memang akhirnya ketemu. Dan inilah yang menjadi awal bencana. Karena terlalu lama menghabiskan waktu di Purwokerto kami jadi agak kemaleman sampai di Nanggrek. Dan apa yang dikhawatirkan terjadi. Nanggrek, muacet totaaal! Huhuhu,..sempat tanya-tanya pada sopir truk ternyata setiap minggu malem senin itu sudah lumrah kalau terjadi macet. Soalnya banyak orang orang jateng yang memilih untuk berwisata akhir pekan ke Bandung dan sebaliknya. Apalagi ini musim liburan. Bisa-bisa macet 3 sampai 4 jam. APA???!!!!

Setengah putus asa kami mencoba untuk tetap bersabar. Tapi tidak sedikitpun terlihat tanda-tanda kendaraan beringsut jalan. Malah hampir semua mobil mematikan mesin kendaraan. Sepertinya mereka lebih memilih untuk tidur daripada menunggu dengan penuh kekesalan. Aku mulai panik. Jika mesin kendararaan dimatikan anak-anak pasti bangun karena mereka akan merasa kepanasan. Dan kalau anak-anak sempat pada bangun, sudah terbayang repotnya kayak apa karena mereka pasti pada protes dan rewel. Akhirnya aku putuskan untuk berdo'a memohon agar Allah memberikan keajaiban. Aku membaca ayat kursi dengan amat khusu'. Dan aku memohon dengan amat sangat agar Dia memberikan mukjizatnya,...dan ajaib...selang beberapa saat kemacetan mulai mencair. Kendaraan mulai jalan pelan-pelan dan lima menit kemudian laju kendaraan menjadi sangaaaat lancar seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Sumpah,..demi Allah kami berdua benar-benar takjub. Memang Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Dan meluncurlah kami di Tol Cipularang,...lalu Tol Cikampek,...lalu Tol Pondok Indah, lalu Tol Bintaro,.....lalu jalan raya serpong dan jam setengah lima masuk rumah,....langsung mandi,...mendarat diatas ranjang empuk, dalam hitungan detik,...grooook.....groooook.....grooook.....(suara ngorok bersahut-sahutan...)

No comments: