Monday, March 31, 2008

Dear Mr.President

Sudah dengar berita tentang aktivitas terakhir Presiden SBY? Yap...acara nonton bareng film Ayat-ayat Cinta.

Disalah satu kolom dihalaman kedua sebuah harian terkemuka terpampang jelas judul "Presiden berkali-kali menghapus airmatanya" aku sempat terkecoh. Aku mengira Presiden begitu prihatin dengan segala kesulitan yang dialami oleh rakyatnya hingga meneteskan airmata. Ternyata?....Puih,..meneteskan airmata karena nonton film Ayat-ayat Cinta. Film roman yang sekarang sedang jadi buah bibir orang se-Indonesia. Oh,...bukan orang se-Indonesia tepatnya. Sebagian orang yang masih memiliki dana berlebih maupun dana sedikit dipaksakan untuk bisa menonton film yang ditayangkan di bioskop jaringan atas. Untuk bioskop murahan atau pun sekelas misbar (gerimis bubar...masih ada nggak ya?)mungkin harus sabar menunggu sekitar satu atau dua bulan lagi. Sedangkan untuk sebagian orang yang dananya mepet nyaris senin-kemis, mereka lebih memilih menyimpan energi dan sedikit uangnya untuk mengantri minyak tanah atau minyak goreng atau raskin (beras miskin yang konon lebih banyak kutunya ketimbang berasnya...)

Dear Mr Presiden,...maksudnya menangis itu apa sih?...Oh,...sangat tersentuh dengan alur ceritanya? Ah,..yang bener aja dong..Itukan hanya sebuah cerita. Cerita yang ditulis dan kemudian diangkat oleh sang sutradara menjadi sebuah tontonan. Ada sesuatu yang bukan hanya sekedar cerita yang lebih pantas untuk ditangisi dan dan bukan hanya dijadikan tontonan tapi dicarikan jalan keluarnya. Dan sesuatu yang nyata itu adalah kehidupan rakyat jelata. Sangat jelata di negeri yang sekarang engkau pimpin.

Meskipun dalam acara nonton bareng itu Presiden membawa rombongan keluarganya, beberapa menteri, 107 diplomat dan 53 perwakilan kedutaan besar,...bagiku airmata Mr Presiden tak lebih dari airmata buaya. Lho,..bagaimana tidak?..Ketika dia datang ke Merapi dan menginap disana dia diberitakan sempat meneteskan airmata, lalu ketika berkunjung ke korban lumpur lapindo dia diberitakan juga sempat meneteskan airmata. Dan hampir kesemua tempat korban bencana yang didatanginya dia meneteskan airmata. Sekarang nonton film roman picisan saja, juga mengeluarkan airmata. Apa-apaan ini?

HALLO....!
Cukup sudah dengan semua airmata palsu itu. I NEED YOU TO DO SOMETHING..! I said, "DO SOMETHING FOR THIS COUNTRY...!"

Monday, March 24, 2008

Masjid Kubah Mas a.k.a Masjid Dian al Mahri

Bosan sekali rasanya long weekend hanya dirumah saja. Jadi hari sabtu aku putuskan harus pergi ke suatu tempat. Kemana saja terserah. Yang penting harus jalan-jalan. (Uh,...dasar pantat knalpot...)
Sabtu pagi mampir keruko dulu karena rencananya akan buka setengah hari. Semua karyawan masih libur. Aku pikir pekerjaan sederhana ini dapat aku lakukan sendiri. Toh hanya melayani konsumen yang akan memesan atau yang akan mengambil cetakan yang sudah jadi. Kegiatan operasional masih ditiadakan yang berarti a very-very long weekend for them. Setelah aku pikir masak-masak kenapa hanya mereka yang bisa menikmati masa liburan. Sementara aku mesti jaga gawang. Saatnya aku juga dong untuk aku jalan-jalan. Tapi enaknya kemana ya?...hm,...bagaimana kalau kita ke...."Masjid Kubah Emas"!..jreng..jreng...jreng...

Kemaren-kemaren waktu baru diresmikan dan dibuka untuk umum, aku dengan sinisnya berkata," Ih,..ngapain sih ikut-ikutan macet-macetin jalan cuma mau ngeliat kubah emasnya aja. Biasa aja lagi. Trus yang jalan-jalan begitu kan kerjaannya ibu-ibu majelis taklim..kalau nggak ya kerjaannya kakek nenek yang pengen jalan-jalan"...Astagfirullah al azim...jutek amat si inge..
Pada akhirnya aku kemakan ucapan sendiri deh...Makanya jangan asal omong, jadi kuwalat kan. Katanya enggan untuk ikut-ikutan tapi malah sabtu ini aku terdampar disana. Tepatnya sih mendamparkan diri kesana. Hihihi...

Mungkin karena liburan yang memang benar-benar panjang, perjalanan menuju kesana tidak terlalu macet. Atau bisa jadi aku juga yang datangnya agak kesorean. Agak aneh juga karena tidak ada sedikitpun petunjuk di jalan tentang lokasi Masjid ini sehingga aku harus berkali-kali berhenti untuk menanyakan jalan pada masyarakat setempat. Bahkan anakku yang kecil dengan polosnya berkata, "Aku dari tadi udah cariin tulisan Kubah Mas nggak ada. Yang ada malah tulisan Mas Kumis,..." Dasar si dedek. Nggak nyambung...!

Akhirnya setelah 1 jam perjalanan aku dan keluarga pun sampai di areal Masjid Kubah Mas. Kami memasuki pelataran parkir setengah jam sebelum masuknya waktu shalat Ashar. Ini berarti aku dapat mengikuti shalat Ashar secara berjamaah di masjid itu.

Memasuki pelataran masjid yang luas cukup membuat pangling. Mengapa? Aroma kemegahan begitu terasa. Bangunan didisain dengan ukuran yang besar dan dibagi atas4 bangunan utama. Bangunan itu terdiri atas : bangunan masjid, bangunan aula, bangunan tempat tinggal pemiliknya dan sebuah bangunan pendukung yang berisikan restoran, butik dan cafeteria. Pokoknya lebih kurang begitulah. Aku tidak begitu mengerti arsitektur. Jadi susah bagiku untuk mendeskripsikannya secara lebih terperinci.


Sebagai gambaran sederhana yang bisa aku sampaikan adalah sbb: Untuk interior masjid dan aula terasa mewah karena semua menggunakan marmer asli. Khusus untuk bangunan masjid, ruangan dengan lantai marmer dilapisi karpet. Ruangan juga terasa sejuk karena dilengkapi dengan pendingin udara (AC). Setiap lima menit, pengharum udara otomatis mengeluarkan aroma wangi. Bahkan sebuah lampu Kristal besar yang indah menjuntai dengan anggun tepat di tengah-tengah ruangan masjid. Terus terang aku begitu terkesima ketika berada disana.


Aku benar-benar merasa amat takjub. Bukan hanya pada bentuk dan arsitekturnya. Melainkan pada suatu hal dibalik itu. Aku terkejut, takjub dan salut pada seseorang yang berada dibalik pembangunan masjid ini. Orang itu bernama Dian al Mahri. Seorang pengusaha wanita asal Serang. Seorang perempuan. Sekali lagi, perempuan, lho... Aku benar-benar kagum pada seleranya akan keindahan. Tapi yang lebih aku kagumi lagi adalah kecintaanya kepada Allah yang diwujudkannya dengan kerelaan dan keikhlasnya untuk membelanjakan hartanya dijalan Allah. Subhannallah….Aku benar-benar merasa malu dan minder ketika menyorongkan uang 100 ribu kedalam kotak amal yang disediakan diluar masjid. Benar-benar sangat kecil dan nyaris tidak ada nilainya. Tidak sampai se-taik kuku dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan oleh Ibu Dian al Mahri. Mungkin Ibu Dian memang kaya, tapi aku yakin masih banyak orang yang lebih kaya lagi dibandingkan dengan beliau. Anggap saja Bambang Trihatmojo lebih kaya, atau entah siapa lagi lah namanya. Tapi, apakah Bambang Tri atau entah siapalah itu, rela membelanjakan uang dijalan ini? Belum tentu…

Aku juga sempat berdecak kagum melihat rumah tinggal “berkubah emas” sang pemilik yang masih berada satu areal dengan masjid. Hm,..what a perfect combination : Women and Gold…Dan pikiranku melayang-layang…melamun…kira-kira usahanya bergerak dibidang apa ya?...atau mungkin dia dinikahi oleh salah seorang raja minyak dari Saudi,...atau…Stop!...Cukup!... Hentikan semua lamunan yang mulai dirasuki syetan itu. Yang penting dia perempuan yang sangat kaya dan iklas membelanjakan hartanya dijalan Allah. Titik..!




Dihalaman masjid banyak tukang foto amatir yang menawarkan jasanya. Dengan berbekal kamera digital berbagai merek mereka menjanjikan proses yang cepat. Hanya dalam tempo 30 menit saja bisa membawa pulang foto keluarga maupun perorangan ukuran 10 R dengan latarbelakang bangunan masjid. Rasanya geli sendiri kalau melihat lagak para tukang foto itu. Lagunya sudah seperti Profesional Photographer saja...ck..ck..ck..

Well,...
Perjalanan yang aku anggap iseng-iseng belaka ternyata meninggalkan sesuatu didalam batinku.
Maafkanlah kalimat sok-sok-an yang dulu pernah aku lontarkan, “Itu kan cuma kerjaannya ibu-ibu majelis ta’lim atau kakek nenek yang pengen jalan-jalan….” …Hehehehe…..




Saturday, March 22, 2008

Migrasi,..tapi nggak jadi..

# Entah apa ini namanya kalau bukan depresi mungkin frustasi #

Iseng-iseng mengajukan permohonan pada kedutaan Canada untuk job vacancy,...and u know what,...it's approved.

Masih berhubungan dengan kejadian sebulan yang lalu ketika keterkejutan melanda repulik Agung, antara setengah sadar setengah tidak sadar, iseng-iseng mengajukan permohonan untuk melamar pekerjaan lewat internet. Ternyata keisengan itu menuntut keseriusan. Permohonan dikabulkan dan sesegera mungkin harus menyerahkan semua aplikasi yang diperlukan. Akhirnya bingung sendiri kan?...Sukurin...!

Terus terang tawarannya cukup menggiurkan, bisa langsung membawa keluarga, dan yang paling penting aku juga sebagai pasangan diijinkan untuk bekerja di perusahaan yang sama. Berarti double income doooong...Asyik juga bisa meninggalkan Indonesia disaat semuanya serba semrawut begini ;Politik yang carut marut, ekonomi yang morat marit. Saat yang benar-benar tepat. Tapi,...tunggu dulu..Ternyata tidak semudah itu.

Aku masih punya Ipaabong yang saat ini sedang tumbuh-kembang. Bahkan balita-ku itu baru saja punya adik yang saat ini baru belajar merangkak. Aku tidak bisa lari begitu saja dari tanggung jawab moril ini . Dan jika aku kembali mengingat saat-saat merintis dulu, pahit dan getirnya,...tidak mungkin aku harus melepaskan Ipaabong begitu saja. Ipaabong bagiku terlalu berharga untuk dipertaruhkan. Begitu banyak yang telah aku untuk mendirikannya dan membuatnya seperti sekarang. Saat ini tidak ada yang lebih penting selain terus mempertahankan dan memperjuangkannya hingga tetes darah yang terakhir. Merdeka! (apaaaa...coba?)

Iseng-iseng, mari kita berandai-andai sejenak;

Kalau aku memutuskan untuk menerima tawaran ini maka:
1. Hidupkan akan lebih, katakanlah sedikit lebih mudah. Tidak adalagi urusan pusing diakhir bulan untuk urusan menggaji karyawan atau mengurusi tetek bengek dan bengek tetek (hus,...nggak boleh mesum...)urusan2 perusahaan dan karyawan. My life will so simple then.

2.Anak-anak bisa mendapat pendidikan dan wawasan yang lebih luas serta paradigma yang berbeda.

3.Tidak perlu pusing dengan kebijakan pemerintah yang plin-plan, inflasi hebat, dan aneka macam krisis mulai dari krisis listrik, krisis pangan, krisis minyak goreng, krisis kepercayaan,dll.

4.Hidup serba teratur dengan kepastian atas jaminan kesehatan, pendidikan, perumahan, jatah cuti hingga liburan tahunan.

Tapi, walau bagai mana pun:

1.Bagaimana dengan komitmenku untuk berbagi dengan sesama?. Terlepas dari keinginan mendapatkan keuntungan alias uang (hehehe,...)bukankah masih ada satu hal yang paling aku yakini dalam hidup ini yaitu; "Apalah artinya kita hidup kalau tidak memberikan manfaat bagi orang lain". Jadi kembali lagi ke tujuan hidup, bukankah kita sudah semestinya saling berbagi?...

2.Anak-anak telah cukup mendapatkan pendidikan yang baik dan mereka tumbuh dengan wawasan yang luas dan paradigmanya juga berbeda. Keputusanku untuk memilih sekolah yang menyediakan fasilitas dan kurikulum yang khusus aku anggap sebagai pilihan yang amat tepat. Mau apalagi?

3.Indonesia dengan segala kebobrokannya tetaplah negeri yang aku cinta. Seperti cintaku kepada Duri kota kecil yang bahkan tidak tercantum didalam peta Indonesia. Aku masih ingat ketika pergi berlibur ke suatu tempat pada saat winter semua terasa sangat menyakitkan. Mata berair, hidung mengeluarkan ingus tanpa disadari, bibir pecah-pecah, kulit retak-retak, hanya satu hal yang aku sukai; rambutku menjadi lurus, benar-benar lurus hingga aku sempat merasakan bagaimana rasanya punya rambut berponi. Saat itu aku benar-benar merindukan Indonesia dengan hangat sinar mataharinya. Jadi pilihan Canada sebagai tempat hidup seperti sebuah kesalahan karena disana termasuk Amerika Utara yang cuacanya cenderung lebih dingin. Dari 365 hari dalam setahun, mungkin setengahnya aku habiskan hanya untuk menangis karena rindu dengan matahari. Hu,...dasar wong ndeso Rangau...

4.Hidup serba teratur? Aku sendiri tidak yakin apakah aku masih sanggup mengikuti jadwal 7 to 5 karena telah bertahun-tahun aku menciptakan jadwalku sendiri. Yang pasti jadwalku sangat fleksibel dan aku bisa memutuskan untuk libur kapanpun aku mau. Untuk kesehatan bukankah aku sudah mengcovernya dengan asuransi. Perumahan? Aku sangat suka dengan rumahku yang sekarang dan tidak ada masalah sedikitpun dengan rumahku. Untuk cuti dan liburan? Hanya perlu sedikit...eh,..agak banyak ding...kerja keras. Semuanya hanya mungkin jika aku punya uang dan seperti biasanya,..uang hanya bisa didapatkan dengan kerja keras.

So,...kesimpulannya?
Bekerjalah lebih keras inge. Hadapi semua yang ada didepan mata. Dan syukurilah hidupmu yang sekarang.

Lari dari kenyataan adalah tindakan pengecut. Dan jika aku memilih untuk mengadu nasib dinegeri orang pada saat-saat seperti ini aku tidak ubahnya seperti seorang pengecut. Dan aku tidak sudi jika ada orang yang menyebutku sebagai pengecut.

Aku cinta...
Anda cinta...
Semua cinta...
(buatan.....)...INDONESIA......
....*kalau ada yang masih ingat jingle lagu ini, di era 80-an, untuk mencintai produk dalam negeri, yang sering ditayangkan TVRI...? ada yang ingat ?...*

Wednesday, March 12, 2008

Tahyul

Aku punya suatu keyakinan yang agak mengganggu. Entah karena suatu kebetulan atau memang suatu kejadian tahyul yang memang menjadi kenyataan. Tapi ada beberapa hal yang aku rekam dengan sangat hati-hati.

Contoh yang pertama tentang mimpi. Awalnya dulu iseng-iseng membaca buku tafsir mimpi. Keisengan membaca buku ini tadinya hanya sebagai angina lalu. Tapi ada bagian tertentu menempel di otakku. Misalnya jika bermimpi buang air berarti kita akan mengalami kerugian. Semakin kecil buang airnya semakin kecil juga kerugian yang dialami. Tapi semakin besar buang airnya, maksudnya buang air besar, apalagi yang muantep banget yang rasanya sampai legaaa sekali, nah itu berarti kerugian yang dialami juga semakin besar.

Entah karena sugesti atau alam bawah sadarku yang mengeset, yang jelas aku benar-benar mengalami kejadian sesuai dengan perumpamaan itu. Jika aku mimpi pipis apalagi hanya sedikit biasanya kehilangan uang sedikit. Entah itu harus bayar sesuatu lebih mahal dari biasanya atau kena denda atau di copet. Pokoknya ada-ada saja kejadian yang menyangkut dengan kerugian dalam bentuk kerugian materil tapi tidak terlalu banyak. Tapi kalau aku mimpi pup,…oh ini bahaya. Apalagi kalau,…maaf…pup nya banyak. Jangan ditanya kerugiannya. Pasti banyak sekali. Ini juga pernah terjadi pada saat aku tertipu oleh seseorang. Pernah dengar kan skandal di bank lippo yang melibatkan oknum bank itu sendiri. Modusnya berupa deposito dalam bentuk produk Kaveling Serasi. Nah,... aku salah satu korbannya. Demi Tuhan ini bukan karena kebodohanku, tapi ini murni penipuan. Aku masih cukup waras untuk bisa membedakan sertifikat deposito dengan sertifikat beli kavling.

Selain dua mimpi diatas yang cukup lekat dalam ingatanku adalah mimpi yang memberikan pertanda baik. Mimpi berada di air entah itu sungai atau pun lautan memberikan makna yang sama. Yaitu kesulitan yang dihadapi tergantung pada seberapa takut aku pada saat itu. Jika aku dapat berenang dengan tenang, airnya juga tenang, biasanya aku berhasil mengatasi masalah yang tidak terlalu berat. Tapi jika aku bermimpi berada ditengah lautan dengan ombak yang ganas, maka kesulitan yang aku hadapi juga luar biasa beratnya. Mungkin karena saking yakinnya aku selalu ingat dengan jelas kejadian dalam mimpi tersebut.Sehingga keesokan harinya aku pasti menjadi ekstra hati-hati. Memeriksa tas dan dompet berkali-kali, mengecek pintu mobil berkali-kali, mengulur-ulur waktu jika memang harus bertransaksi, atau memperpanjang waktu untuk mengambil suatu keputusan.

Terlepas dari dunia mimpi yang serba gaib, ada suatu hewan yang sering mendatangkan pertanda buruk bagiku. Hewan itu adalah cicak. Kebetulan memang banyak cicak berkeliaran dirumahku. Dengan senang hati aku berbagi ruang. Kelihatannya hubungan kami harmonis tapi dibalik itu ada sesuatu yang terpendam. Jika aku, atau siapapun penghuni rumah sudah kejatuhan cicak, maka ke-sial-an seolah-olah mengikutinya. Kutukan kejatuhan cicak ini sudah melegenda diantara kami. Dulu suamiku kejatuhan cicak eh,…tidak lama mobilnya ditabrak sama angkot. Lalu adikku laki-lakiku juga pernah kejatuhan cicak eh,..kepalanya benjol gede karena menghindari pengendara sepeda. Aku juga pernah kejatuhan cicak dan jedeeer! Aku menabrak mobil yang sedang di parkir paralel dibelakangku. Inilah yang membuat cicak menjadi hewan yang paling disegani dan ditakuti dirumahku.
Dan anehnya semua ini tidak bisa direkayasa. Artinya aku tidak bisa mendatangkan mimpi tentang sungai atau lautan atau buang air. Wong aku penah mengujinya dengan cara menahan pipis sebelum tidur. Sedikit ingin mendapatkan jawaban apakah nantinya akan bermimpi pipis yang juga berarti aku mengompol di tempat tidur. Tapi itu tidak terjadi. Aku malah terbangun untuk buang air kecil. Mimpi itu seperti tamu yang datang tak diundang pulang tak berkutang. Seperti judul bukunya si kambing jantan. Atau dalam urusan kejatuhan cicak, juga tidak bisa dipaksakan. Dan jatuhnya juga secara acak. Bisa saja aku yang berada dekat dengan cicak tapi malah adikku yang kejatuhan cicak. Pokoknya aneh deh..

By the way,…itu hanya obrolan kelas tukang ojek yang mangkal ditikungan. Tidak usah dimasukkan kedalam hatilah. Bagaimana pun aku juga masih tetap percaya pada Allah tanpa ada keraguan sedikitpun.Tapi jika memang diberikan pertanda bukankah lebih baik. Karena kita menjadi lebih mawas diri. Seperti suamiku tadi malam diserempet cicak. Belum sampai kejatuhan. Tapi baru keserempet sedikit. Sedangkan aku tadi pagi ketika membuka pintu, aku menendang seekor cicak yang sedang terjun bebas. Mungkin maksudnya mau menjatuhi aku. Tapi apa daya,.. ternyata selain aku jago pencak silat aku juga Jawara Sepak Takraw se Kelurahan Air Jamban, Simpang Padang, Duri…ck..ck...ck, kasihan deh lo cicak.

Pst,…barusan suamiku sms, katanya : "Baju kesangkut dipesawat dan sobek. Mari kita lawan sama-sama kesialan ini !…”

Monday, March 10, 2008

Ah,..itukan cuma teori..

Dulu aku begitu kagum dengan Safir Senduk. Seorang Financial Advisor yang rutin mengisi rubrik tanya jawab ulas uang di tabloid Nova. Bahkan kemudian dia menulis buku panduan praktis tentang keuangan yang kemudian menjadi best seller. Diantaranya : Mencari penghasilan tambahan, Siapa bilang jadi karyawan nggak bisa kaya, atau Buka usaha nggak kaya percuma (terus terang judul yang ini sangat menyinggung perasaanku secara aku yang buka usaha dan masih nggak kaya-kaya, jadi..? menurut dia percuma, gitu?..) atau Mempersiapkan masa pensiun yang kaya, atau….

Safir Senduk pun menjadi panduanku dalam mengelola keuangan. Biasanya kalau diawal bulan aku pasti cepat-cepat ke Bank untuk menabung karena menurut ajaran Mas Safir adalah menabung dulu baru membagi pos-pos keuangan untuk yang lain-lain. Kemudian jika aku ingin membeli barang-barang elekronik atau gadget terbaru aku kembali teringat pesar Mas Safir bahwa lebih baik mengalokasikan dana untuk sesuatu yang menghasilkan daripada digunakan untuk membeli barang yang nantinya akan usang. Biasanya aku segera sadar dan mengurungkan niatku untuk membeli suatu barang. Lalu pada saat aku ingin memborong pakaian atau minyak goreng karena sedang diskon, biasanya adikku mengingatkan dengan mengatakan, “eling….eling….ingat Mas Safir bilang apa kemaren. Beli sesuai dengan kebutuhan. Jangan kalap duluan…” Dan ajaibnya aku seperti kena sihir langsung mengembalikan barang-barang ketempatnya dan mengambil beberapa saja sesuai dengan yang aku butuhkan.

Sebegitu kuatnya pengaruh Safir Senduk dalam hidupku. Bahkan suamiku sendiri sering meledek dengan mengatakan, “Wah muridnya Safir Senduk yang paling teladan ya. Ganti dong namanya menjadi Inge Garpu. Kan cocok tuh Senduk dengan Garpu…”. “ Woi…mana ada Senduk dengan Garpu. Yang bener itu Sendok dengan Garpu. Jangan sok plesetan deh…”kataku sewot.

Tapi memang dasar aku murid yang badung. Lama-lama kok ya omongan Mas Safir ini mulai tidak mempan lagi bagiku. Malah aku mulai berontak dengan segala yang pernah diucapkannya. Aku juga mulai membantah semua teori-teori yang dituliskannya. Hal yang berulang kali ditekankannya Investasi. Semua pasti sudah tahu manfaat yang akan kita dapatkan dengan menabung dan juga semua pasti sudah tahu dengan manfaat yang akan kita dapatkan dengan berinvestasi. Dan kita dapat dikatakan sukses jika tabungan kita dan investasi kita memberikan hasil sesuai dengan yang kita harapkan. Maksudnya mungkin bisa saja kita merasa senang jika tabungan kita dapat digunakan sebagai dana cadangan jika sewaktu-waktu dibutuhkan atau kita juga merasa sengang jika investasi yang kita tanamkan ternyata mendatangkan keuntungan dalam bentuk laba. Pasti,…pasti senang dan pasti status sukses menempel pada kita tanpa perlu diminta.


Cuma,….Ini cuma lho Mas Safir….Kenapa sampeyan tidak pernah sekalipun menulis tentang kerugian atau kegagalan. Padahal ini penting sekali lho. Kita hidup di dunia yang penuh dengan dualitas. Mengapa tidak pernah dicantumkan bagaimana caranya meminimalkan resiko. Bagaimana caranya mengatasi kerugian. Faktor X apa yang mungkin akan terjadi sepanjang perjalanan kehidupan kita. Kok ya yang disajikan yang bagus-bagusnya saja. Kalau yang jelek-jeleknya disembunyikan rapat-rapat. Saya ini pelaku ekonomi Mas Safir. Jadi saya merasakan sendiri bagaimana susahnya menjadi pengusaha. Saya yang merasakan langsung akibat dari naiknya harga-harga dan kebijakan pemerintah yang tidak benar-benar tidak bijak. Dibuku anda menyarankan untuk berinvestasi dalam bentuk reksadana, saham dan obligasi. Jika sekarang ORI 4 sudah dibuka lagi apakah itu tidak berarti pemerintah sudah benar-benar tidak punya uang lagi sehingga dana masyarakat pun diserap untuk modal pembangunan. Kasihan orang-orang yang begitu saja percaya dan tanpa pertimbangan yang matang memutuskan untuk mempercayakan uangnya disana. Dan coba sejenak pikirkan, masuk akal kah hanya dalam tempo kurang dari 2 tahun ORI diluncurkan sebanyak 4 kali. Well…well…something wrong here.


Jadi Mas Safir, maafkan lah murid mu yang murtad ini. Mulai saat ini aku memutuskan untuk tidak percaya lagi padamu. Sama tidak percayanya aku pada Tung Dasem Waringin, pada Janson Sinamo,pada Mario Teguh…Semuanya cuma bisa berteori. Hell...!..cuma teori,..men….!”

…..seorang murid yang kecewa bernama “Inge Spatula Rosalina Centong”

Lumayan banget kan...

Sebenarnya long weekend ini paling enak jalan-jalan keluar kota. Sayang program pengencangan ikat pinggang masih terus berlangsung hingga batas waktu yang tidak dapat ditentukan. Jadi kesimpulannya,…weekend dirumah aja la yaw….

Libur tiga hari berasa lama juga kalau tidak punya kegiatan. Jum’at bengkel bubut masih buka jadi masih ada kesibukan. Sabtu ini enaknya ngapain ya?...Setelah mencari-cari alasan yang masuk akal untuk keluar rumah akhirnya berangkat juga aku dan suami ke mall untuk memotong rambut. Bukan rambutku tapi rambut suamiku. Sebenarnya rambutnya belum panjang-panjang amat. Tapi aku dengan segala tipu daya berhasil juga memaksanya untuk pangkas. Kalimat ampuh itu berbunyi,”Idih….kok rambutnya awul-awulan gitu sih? Emang nggak sisiran apa…?” Lalu dia dengan nada bingung bilang, “Masa sih?...Padahal tadi sudah sisiran kok. Memang masih keliatan awul-awulan…?” Tidak mau kehilangan kesempatan aku langsung berkomentar, “Kayaknya udah panjang deh…Mendingan potong rambut sekarang deh. Mumpung ada waktu. Kalau besok-besok takutnya nggak sempat”.

Akhirnya racun itu bekerja juga. Suamiku setuju untuk pergi potong rambut kesalon langganannya.
Anak-anak? Mereka lebih memilih untuk tinggal dirumah saja. Anak-anakku memang agak antik. Tidak suka ke mall. Sukanya di rumah. Main dikamar. Biasanya mereka membaca atau bermain computer. Kalau bosan kadang mereka mengeluarkan koleksi mainan Bratz atau Silvanian Families-nya. Mengajak mereka ke mall amatlah sulit. Biasanya mereka mengajukan pertanyaan seperti ; mau ke mall mana, mau beli apa aja, lama apa enggak, boleh nggak dirumah aja….dll. Biasanya kalau kepergiannya menyangkut kepentingan mereka seperti beli buku atau baju atau apalah mereka mau ikut. Tapi kalau seperti kepentingannya seperti sekarang ini, pergi potong rambut papi atau apalah yang nggak ada hubungannya dengan mereka,..hm….jangan harap mereka mau ikut.

Jadi setelah meninggalkan beberapa instruksi seperti jam 12 harus makan siang, kunci semua pintu, jangan berantem, bla…bla…bla…aku dan suamiku pun akhirnya berangkat. Memang enak sih pergi tanpa anak-anak. Ringkas. Tapi kadang-kadang aku suka cemburu juga melihat orang-orang yang pergi sekeluarga gitu. Kesannya kan seperti aku yang tidak mau mengajak anak-anak. Padahal anaknya yang tidak mau ikut.

Sesampainya di Mall aku meninggalkan suami pada sebuah salon langganan. Sementara aku sendiri berjalan keliling untuk cuci mata. Lumayan juga kan kalau bisa meredakan stess sedikit. Dan seperti biasanya Gramedia adalah tempat tujuanku yang paling utama. Tenggelam diantar buku dapat membuatku sejenak lupa akan semua masalah. Apalagi aku menemukan buku dengan tulisan sale 80%. Setelah mengobrak-obrik dengan kalapnya akhirnya aku menemukan beberapa buku bagus.Buku itu antara lain: - Physic terbitan Wiley Publishing, Inc, harga aslinya 400 ribu menjadi 80 ribu saja. Buku ini aku beli untuk suamiku. Siapa tahu bisa digunakannya untuk kepentingan penerbitan buku berikutnya.Lalu ada buku berjudul Textbook of Surgery terbitan Tata Mc Graw Hill. harga aslinya 800 ribu menjadi 160 ribu saja. Buku ini aku beli untuk adikku yang sedang ko-as. Lumayan karena bisa dijadikan referensi untuk tugas-tugas prakteknya. Sedangkan untukku aku memilih sebuah buku berjudul Breast cancer for dummies terbitan WileyPublishing Inc juga. Harga awalnya 250 ribu menjadi 50 ribu saja. Aku sendiri tidak tahu mengapa tiba-tiba aku ingin memiliki buku itu. Yang jelas aku merasa bahwa buku itu akan menjadi buku yang amat penting nantinya. Entahlah….

Pokoknya aku merasa senang sekali karena bisa mendapatkan buku-buku import dengan harga yang sangat miring. Jarang-jarang kan ada kesempatan seperti ini. Satu lagi yang membuat aku tambah berbunga-bunga ketika seorang costumer relation menghampiriku untuk menyatakan cintanya. Enggak ding…bukan itu. Seorang costumer relation datang menghampiriku untuk mengisi angket dan sebagai ucapan terima kasih dia memberikan padaku sebuah buku gratis. Tralala….trilili…senangnya rasa hati…..

Tanpa terasa hampir dua jam telah aku habiskan waktu di Gramedia. Suamiku pun sudah datang untuk menyusulku. Tapi,…astaga….rambutnya itu lho….pst…pst...kayaknya dipotongnya kependekan. Hihihi…ya iyalah,..wong rambut belum terlalu panjang tapi sudah minta dipotong. Alhasil si Hairstylist yang tidak mau kehilangan tips langsung gunting saja.

Sebelum pulang aku tidak lupa untuk membeli pesanan kakak. Segelas Caramel Machiato dan dua potong Butter Croisant. Pada waktu berjalan menuju ke parkiran aku melihat sebuah mobil box yang rasanya tidak asing bagiku. Ya…ampun…itu kan logo ENERPlus. Iya,..mobil box berlogo ENERPlus itu sangat aku kenal bertahun-tahun yang lalu. Zeeet….zeeet…zeeet…kenangan 12 tahun lalu saat aku bekerja di sebuah perusahaan bernama ENERPlus Sejati. Dan sepanjang perjalanan aku menikmati lamunanku bersama ENERPlus Sejati. Miss you so....guys....

Saturday, March 8, 2008

Reuni ( katanya....)

Sebulan yang lalu, berkat tante F lebih tepatnya tante Friendster, aku ke-link lagi dengan beberapa teman kuliah dulu. Setelah tamat masing-masing memang sibuk dengan kehidupannya sendiri-sendiri. Termasuk aku yang bekerja, menikah, beranak pinak (idih...nggak enak banget sih bahasanya...) mengurus rumah tangga, dst...dst...Dan pelan tapi, tanpa disadari kami pun saling melupakan.

Hingga keisenganku menjelajah FS berujung di STMT TRISAKTI. Oh...almamaterku tercinta,...kemana ajah? Betapa rindunya aku padamu. Berapa lama ya? 1996? Jadi sudah 12 tahun. Astaga...sudah begitu tua kah aku?..Ah,...masa bodo ah..Yang penting ketemu ama teman lama, sukur-sukur bisa kopi darat. Hehehe....

Memang kalau lagi beruntung ya beruntung aja. Keinginanku untuk kopi darat ternyata di-amin-i oleh teman-teman yang lain. Duh,..senengnya... Untung nya lagi salah seorang temanku rela meluangkan waktunya untuk mengatur pertemuan kami. Namanya Indri. Mulailah Indri bergerilya lewat sms untuk mengatur hari, tanggal, jam dan tempat pertemuan nantinya. Dia mengajukan beberapa alternatif kepada kami dan nanti keputusannya pada suara terbanyak.

Setelah melalui perundingan yang alot, akhirnya diputuskan tempat pertemuan adalah PIM 2. Ini juga setelah mengalami beberapa kali perubahan. Awalnya mau di Lippo Karawaci (aku seneng banget...dekeeet...) tapi batal, lalu diganti dengan Plaza Senayan, tapi batal lagi dan kemudian di ganti dengan Plaza Semanggi, tapi "lagi-lagi" batal lagi, hingga akhirnya kesepakatan terakhir di PIM 2. Kalau sampai batal lagi,....mendingan aku nyabutin bulu ketek deh di rumah....huahahahaha....

Minggu, jam 10, di PIM 2...! Ok,...

Minggu pagi gedebak-gedebuk sendirian. Semua masih tidur. Akhirnya sarapan sudah terhidang. Berarti tinggal menunggu anak-anak dan suami bangun, setelah itu pamitan lalu... ciao....Tapi ini dah jam 8 trus... jam 9...lho kok masih belum pada bangun?...Trus jam 10,...wah ini udah nggak bener nih,...Akhirnya aku putuskan untuk membangunkan mereka sesegera mungkin...Menemani sarapan sebentar... lalu berangkat secepatnya. Gaaas....!

Sesampainya aku di Mall ternyata parkiran sudah penuh. Padahal masih jam setengah duabelas. Ck..ck..ck..Sebegitu besarnya minat orang untuk ke mall, yak?. Teman-temanku sudah gerah dan menelfon berkali-kali. Seperti biasa dengan tergopoh-gopoh aku menyusul keatas kelantai 3. Ketemu mereka di Frankfurter. Cipika...Cipiki...trus aku tanya," Yang lainnya mana?" Mereka saling berpandangan,..."Ya cuma segini...kita berempat aja, tadinya kalo ada Titin kita jadi berlima tapi ternyata dia nggak bisa hadir"
Aku melihat kearah gelas yang kosong dan piring yang sudah licin. Tanpa perlu bertanya mereka langsung bilang,.."Laper,..abis lama banget situ datengnya. Janji jam 10 kok baru nongol jam 12. Gimana seh..." Cuma bisa meringis dan bilang,"Sorry, guys...gini deh, mendingan pindah tempat yang lebih asyik dan makanannya lebih enak deh, .."kataku. Sambil berkemas-kemas (kayak turun dari pesawat aja...) mereka memanggil salah seorang waitress untuk dimintai tolong mengambil foto kami dalam beberapa pose. Yang jelas tidak dalam pose seronok lah yaw...

Setelah muter-muter beberapa kali, akhirnya malah pindah keseberangnya kalau tidak salah namanya New York Dessert...bla...bla..(lupa..) Lah,...dasar blonde alias bloon udah tau judulnya pake tulisan dessert ya jualannya didominasi ama makanan penutup laaa...Aku langsung ngomong,"Duh,...aku nggak bisa nih kalo makan siangnya nggak nendang....bisa pingsan dijalan..."kataku sambil memperlihatkan wajah memelas kelaparan. "Idih,..kan malu kalo nggak jadi makan. Udah duduk pw gini lagi..."kata temanku Ami. Iya juga ya. Aku putar otak gimana caranya bisa keluar dari neraka jahanam itu...eh,...enggak ding...sebenernya masih tetap restoran kok, lagian aku juga belum pernah mampir ke neraka jahanam...dan....Ting!...Ada ide,.."Gini aja, mi...aku pesen cheseecake aja tapi take away..."kataku semangat. Ami melotot, lalu,.."Ya udah,..kalo gitu aku juga pesen juga deh, take away juga...biar nggak malu-maluin banget.." Hehehe..brazil..eh..berhasil. Tinggal gimana caranya memberikan senyum yang paling manis biar simas-mas nya nggak bete....(jijay banget nggak sih..dah tuwir juga nggak tau diri, masih menganggap bisa meluluh kan seseorang dengan senyum manis,..kikikik...) Selama menunggu pesanan diantar sempet-sempetnya lagi temen-temenku memanggil "lagi-lagi" waiter untuk "lagi-lagi" dimintai tolong mengambil foto "lagi-lagi" dalam beberapa pose. Halah,...

Daripada bingung dan muter-muter mendingan aku yang memutuskan untuk makan dimana. "Kita makan di Taican aja. Aku udah laper banget neh.." Yang lain akhirnya setuju saja. Karena cuma aku yang belum makan. Eh enggak juga. Temenku Jani juga belum makan. Jadi reuni ini agak antik juga ya. Disamping pesertanya amatlah terbatas yaitu 4 orang saja, makannya juga dibagi atas 2 grup. Grup yang satu makan duluan, dan grup yang satunya lagi makan belakangan. Hihihi....aku bener-bener geli sendiri.

Cukup lama kemudian (karena nunggunya memang lumayan lama ) dengan rakusnya aku menghabiskan stamina ramen ukuran besar dan sepiring gyoza. Itupun hanya dalam tempo beberapa menit saja sodara-sodara. Bahkan saking serunya aku hampir menelan sumpitnya. Kirain masih ramen juga. Hehehe...dasar sikurus rakus.

Setelah ngomong bla..bla..bla...utara-selatan...ujung rambut sampe ujung kaki, tibalah saatnya kami untuk berpisah. Dan prosesi "lagi-lagi" itu pun terulang lagi. Seorang waitress kembali menjadi korban kekejaman kami yang memaksanya untuk menjepret dikamera tanpa bayaran sepeser pun. Dan jangan khawatir,..untuk di setiap pose kami masih cukup waras untuk tetap memakai pakaian lengkap. ( ya,...iiyaaaa...laaaah....mo dimasukin ke RSJ Grogol apa? ...)

Cipika...cipiki,....Bye...bye....C..ya....

(Sebelum pulang aku harus ke Sogo dulu untuk menjemput adikku yang tadi aku titipkan di deposit counter. Abis kalo dibawa-bawa berat. Trus dia juga makannya banyak. Jadi daripada bikin bokek mending ditinggal dulu aja kan...Kikikik...(sorry, sist...) Nah dalam perjalanan menuju Sogo aku bareng dengan Indri dan Yani yang katanya mau beli (.. st...harus diucapkan dengan suara berbisik ya: "beha") Aku sempat heran mengapa harus bisik-bisik. Tapi mereka tetap aja setiap dalam diskusi yang ada kata "beha" suaranya jadi menghilang. Misalnya, "Mo beli.....pst..pst..(bisik-bisik mengucapkan kata "beha") merek apa?"...Trus misalnya lagi nih, "Pst..pst..(bisik-bisik mengucapkan kata "beha") merek anu lagi diskon nggak ya..."dan akhirnya aku malah keliatan bego sendiri. Ya elah,..udah tuwa-tuwa gini kok ya masih malu ngucapin kata "beha". Dasar... teman-temanku yang aneh....but don't worry...i still love you, guys...