Sunday, May 25, 2008

BEDOL DESA

Istilah bedol desa dulu sempat ngetop pada jaman orde baru. Salah satunya adalah pada kasus waduk Kedungombo kalau tidak salah. Bedol desa itu sendiri maksudnya adalah memindahkan seluruh penduduk desa karena karena kasus tertentu, misalnya saja desa yang tadinya dihuni itu akan ditenggelamkan karena pembangunan sebuah waduk. Contohnya ya waduk kedungombo itu. Contohnya lagi seperti diperbatasan Riau-Sumatera Barat yaitu PLTA Koto Panjang.

Tapi ternyata istilah ini tidak hanya untuk kejadian dramatis seperti diatas. Karena istilah bedol desa juga berlaku dalam dunia usaha. Misalnya saja pindahnya karyawan secara serempak kesebuah perusahaan lain, atau orang yang akan mendirikan perusahaan atau usaha yang memilih untuk membajak hampir semua karyawan dari perusahaan lain yang usahanya sejenis. Pokoknya intinya begini deh,…pindahnya karyawan secara bersamaan ke sebuah perusahaan lain.

Nah,…ini yang sekarang sedang melanda IPA ABONG ,…

Suatu hari ketika aku sedang mendiskusikan masalah pekerjaan dengan salah seorang karyawan perempuan. Setelang rampung tiba-tiba dia meminta maaf kepadaku. Terus terang aku bingung, puasa belum lebaran apalagi, kok udah ada acara maaf-maafan yak? Eh,..ternyata dia minta maaf karena selama ini merahasiakan sesuatu tetapi ada akhirnya dia tidak sanggup untuk menyimpang rahasia itu terus. Dan mengalirlah cerita dari bibir yang bergincu itu tentang kesepakatan yang sedang dibuat antara beberapa orang karyawanku dengan seorang pengusaha baru yang akan merintis usaha dibidang percetakan. Hanya tinggal menunggu datangnya mesin-mesin yang telah dipesan dan itu berarti lebih kurang satu atau dua bulan kedepan. Jadi dua orang operator mesin dan seorang seorang marketing sudah setuju untuk bergabung dengan sang pengusaha baru itu.

Didalam hari aku benar-benar bergejolak. Antara marah, kesal dan sedih semua berkecamuk menjadi satu. Tapi sedikitpun aku tidak memperlihatkan emosi dihadapannya. Aku bilang, “ Kalau benar seseorang memutuskan untuk pindah, saya tidak bisa melarangnya. Ini negara merdeka dan saya tidak bisa memaksa orang untuk harus ikut dengan saya atau tidak. Semua tergantung pada keputusan masing-masing. Apalagi jika kepindahan itu memberikan jaminan bahwa keadaannya akan lebih baik dari sekarang, saya malah ikut senang dan bangga.”

Karyawanku itu terlihat agak kaget. Mungkin dia tidak menyangka reaksi akan setenang itu, tapi seandainya saja dia bisa mendengar detak jantungku yang semakin cepat dan telapak tanganku yang mulai berkeringat,…..
Lalu dia berkata, “Tapi setidaknya cobalah dulu berbicara dengan mereka.”
Jawabku, “Oh, pasti. Itu pasti akan saya lakukan. Bahkan hari ini juga saya akan berbicara langsung dengan mereka.”
Tidak lama kemudan aku kembali keruanganku. Setengah bego dan masih termangu. APA YANG HARUS ENGKAU LAKUKAN, INGE…???????!!!!!!.....

Seperti biasa langkah pertama aku langsung menghubungi suamiku dan menceritakan semuanya dengan berapi-api. Saking berapi-apinya ada yang menetes dari telfon itu. Awalnya aku mengira telfonku meleleh, tapi ternyata aku yang ngomong sampai ngences-ngences. Hahaha,…

Setelah mendapatkan beberapa pengarahan dari mentor-ku itu, aku pun mulai memanggil mereka satu persatu. Mula-mula yang paling senior datang menghadap. Aku mulai bertanya apakah benar rumor yang beredar yang mengatakan bahwa dia akan segera mengundurkan diri. Lalu dia menjawab dengan setengah gugup,” Memang benar ada yang mengajak saya untuk bekerja ditempat lain, tapi saya masih belum memberikan keputusan apa-apa…” Aku pun berkata, “ Jika memang benar tidak apa-apa. Saya tidak akan menahan anda. Tapi beri saya waktu satu bulan untuk mengeset ulang dan mendapatkan operator pengganti. Tapi karena kita sudah lima tahun bersama-sama saya harap anda jujur untuk mengatakan sesuatu yang dirasakan mengganjal…” Dan dugaanku bahwa dibalik semua ini adalah uang, ternyata benar. Dia pun langsung curhat bahwa dengan tanggungan istri dan tiga anak ditambah dengan kenaikan harga BBM membuat dia tergiur dengan tawaran gaji yang dua kali lipat. Lalu aku segera menawarkan jalan keluar yang mungkin bisa dipertimbangkan. Bahwa aku akan berusaha untuk menaikkan pendapatannya tapi pasti tidak akan sampai dua kali lipat. Maka dia pun meminta waktu untuk memikirkannya lagi.

Tiba saatnya untuk orang yang kedua. Masih junior. Tapi dia sangat cerdas dan sangat berbakat. Jika diajari sesuatu dia cepat menerima dan tidak lama kemudian langsung bisa. Awalnya aku memang merekrut dia untuk dijadikan office boy. Tapi kemudian ketika dia diajarin dan ternyata mampu maka dia pun naik menjadi operator. Untuk effisiensi, maka urusan kebersihan kantor menjadi tanggung jawab bersama. Jadi semua karyawan mendapatkan jatah piket yang telah terjadwal. Dilakukan pada pagi hari sebelum mulai jam kantor dan pada sore hari setelah berakhir jam kantor. Sejak itu kami tidak membutuhkan office boy lagi. Nah,..untuk si junior ini terus terang aku ingin mempertahankannya karena dia potensial sekali. Ketika aku menanyakan apakah benar dia akan segera keluar, dia malah terlihat agak gelisah. Ketika aku bertanya apa yang menjadi ganjalannya selama bekerja disini, dia juga mengeluhkan masalah keuangan. Aku pun mengajukan solusi dengan memberikan tawaran. Aku akan menaikkan gajinya dan dia pun setuju untuk tetap bergabung dengan IPA ABONG. Alhamdullilah…

Untuk yang marketing aku tidak ingin menegosiasikan apapun. Karena memang sudah kodratnya marketing itu untuk bekerja pindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain. Kita tidak bisa mengharapkan seorang marketing untuk setia karena memang mereka akan selalu memilih siapa yang sanggup untuk membayarnya lebih besar lagi.

Pada akhirnya semua masalah terselesaikan dengan damai. Tidak ada pertumpahan darah apalagi pertumpahan airmata. Bahkan pada saat aku menuliskan naskah ini aku mendapatkan kepastian bahwa si operator senior memutuskan ingin tetap berkerja sama denganku termasuk juga si marketing. Problems solved. Masalah BEDOL DESA dapat teratasi. Tapi akan datang lagi masalah-malah baru bahkan tidak tertutup kemungkinan masalah yang sama akan datang lagi dikemudian hari.

Sumpah deh, kenaikan harga BBM benar-benar bikin nyeri kepala dan nyeri hati. Kalau rakyat kecil menjerit karena kenaikan harga bahan pokok, maka pengusaha kecil menjerit karena kenaikan harga bahan baku. Jika karyawan menuntut kenaikan gaji, pemilik sakit kepala memikirkan kenaikan gaji yang jika rata-rata kenaikan sebesar 20% dikalikan dengan jumlah karyawan,…ADOW…..KEPALA CENUT-CENUT…!

Sunday, May 18, 2008

Rambutnya kok aneh?!...

*Ini adalah bentuk lain dari kepolosan anak-anak yang kadang membuat kita malu luar biasa.....*

Lagi-lagi long week end. Bukan kenapa-kenapa, tapi libur panjang berarti akan ada pengeluaran ekstra. Mulai dari penolakan untuk makan dirumah, malas memasak juga, kepingin nonton bareng di bioskop, hingga kunjungan wajib ke toko buku. Kadang kalau dipikir-pikir entah mana yang lebih irit. Jalan-jalan keluar kota atau jalan-jalan didalam kota. Kok rasanya menghabiskan biayanya hampir sama saja. Hh..hh,...

Kali ini ada cerita sedikit tragis ketika kami sedang menikmati makan malam di sebuah restoran seafood langganan. Sudah bertahun-tahun kami menjadi pelanggan setia restoran seafood makasar yang berlokasi di ruko daerah Gading Serpong itu. Tidak heran jika kami cukup akrab dengan pemilik sekaligus pengelola restorannya. Malam itu, karena malam minggu restoran sangat penuh. Meskipun sedang sibuk melayani tamu-tamunya, sipemilik, kami biasa memanggilnya Tante, tetap menyempatkan diri untuk mendatangi meja kami dan mengajak berbincang-bincang. Setelah basa-basi obrolan seperlunya dan dia akan beranjak dari meja kami, tiba-tiba bena, putriku yang kecil berkata dengan cukup keras, "Kok rambutnya aneh..?" Mendadak ruangan yang tadinya agak berisik menjadi hening seketika, dan si Tante terlihat sangat kaget dan shock. Aku buru-buru menjernihkan suasana dengan mengatakan, " Itu dikasih gel rambut bena, dan pewarnaan seperti itu dinamakan highlight. Itu bagus dan harganya mahal sekali lho.."(cerocosku dengan sedikit sok tau, padahal sumpah aku tidak mengerti apa itu, highlight, smoothing, atau entah apalah istilah salon...,maklum, ndeso..!)

Tidak lama suasana kembali seperti semula. Tapi aku dan suamiku sambil berbisik mulai menasehati bena bahwa mengucapkan kata-kata seperti itu sangat tidak sopan. Tapi bena tetap dengan keyakinannya bahwa rambut itu aneh. Separuh berwarna hitam dan separuh lagi berwarna pirang. Dengan keriting bikinan dibagian bawah dan diberi sentuhan wet look, memang terlihat sangat tidak biasa baginya. "And.., for me she looked so weird, mom..."katanya...Aku mulai kehabisan kata-kata, dan aku tegaskan sekali lagi adalah tidak sopan mengucapkan atau berkomentar tentang entah itu rambut, pakaian, atau kebiasaan seseorang. Itu tidak benar, nak...Malah jika perlu katakan bahwa rambutnya kelihatan cantik dengan warna seperti itu. Eh,..bena malah bilang, "Are you telling me to lie to her...?" Oh My God,...No Bena,...aku mulai tergagap,...Just,...just don't say a word that could hurt someone, dek..That's will be better...

Tukang kursus itu bernama inge

Malu juga sih mendengar komentar dari anak-anakku. Kemaren mereka tiba-tiba melontarkan pertanyaan. “Kok mami hobby banget sih mam, ikutan kursus..?” Hehehehe… Mereka memang benar. Entah mengapa akhir-akhir ini aku sedang keranjingan kursus. Dengan penuh percaya diri aku menjawab,” Mami kepingin pintar jadi mami terus belajar. Biarpun sudah tua mami masih pengen cari elmu..” (Kata elmu sebagai penekanan bahwa artinya lebih dalam dari ilmu. Kalau ilmu kan biasa. Tapi kalau elmu itu kesannya belajar sampai botak gitu..)

Masih kurang puas mereka protes lagi,”Kalau kursus terus kan ngabis-ngabisin uang…”
Eit….sembarangan,…Lalu aku bilang,”Nak, pengetahuan itu adalah harta yang tidak akan pernah habis. Sekarang mami memang bayar untuk mendapatkan pengetahuan itu tetapi nanti, sampai kapanpun pengetahuan yang sudah mami miliki itu tidak akan pernah habis. Itu namanya investasi. Sama seperti tabungan. Tapi karena disimpan didalam otak mami maka tidak akan pernah habis dan tidak akan pernah hilang.

Pokoknya yang penting kan mami tidak pernah melalaikan kewajiban. Anter jemput selalu tepat waktu dan makan malam juga selalu terhidang tepat pada waktunya. Dan waktu kita untuk bertemu tidak pernah berkurang sedikitpun karena mami mengikuti kursus pada saat kalian sedang berada di sekolah.

Jadi,….ndak boleh protes ya…..

Minta berenti lagi?!....

Kesibukan benar-benar telah membetotku hari-hari terakhir ini. Inginnya sih setiap malam bisa menuliskan sesuatu diblog meskipun hanya tulisan ngaco. Tapi apa daya, aku benar-benar terjepit oleh waktu.

Ini sedikit cerita tentang keterkejutanku yang bukan kepalang di suatu pagi. Hari adalah hari selasa tanggal 13 mei 2008. Tanggal 13 ya. Cateeet…!

Kebetulan sudah dua hari ini aku jadi karyawan bengkel karena satu-satunya karyawan perempuan yang biasanya mengurusi administrasi sedang sakit. Ketika sedang melongo-longo dan agak bego-bego sedikit karena udara bengkel yang panas , tiba-tiba datang salah seorang karyawanku yang di percetakan. Sebut saja namanya Ompong. Sudah dua hari ini Ompong absent dengan alasan sedang sakit. Dari kejauhan aku melihatnya membawa sebuah gulungan kertas. Ketika sampai didepanku dia mengatakan bahwa ingin menyampaikan sesuatu kepadaku tetapi secara pribadi. Aku pun menyetujui dan segera mengajaknya untuk memasuki ruangan kantor yang berada dilantai dua.

Sambil menaiki tangga aku mulai menebak-nebak pasti dia ingin memberikan surat keterangan dari dokter yang menyatakan bahwa yang bersangkutan membutuhkan istirahat selama beberapa hari. Pokoknya lebih kurang seperti itulah, pikirku. Sungguh sebuah pikiran yang sok tahu..sangat-sangat sok tahu...

Sesampainya diruangan aku mempersilakan ia untuk duduk dan menjelaskan maksud dan tujuan dari kedatangannya. Lalu dia mengatakan bahwa dia ingin mengundurkan diri. Terus terang saja aku kaget tapi aku tidak menampakkan ekspresi terkejut dihadapannya. Dengan tenang aku menanyakan alasan pengunduran dirinya. Dia mengatakan bahwa dia ingin mencari pengalaman kerja ditempat lain. Dan saat ini sudah diterima disebuah pabrik sepatu. Sempat aku pertanyakan ketidak hadirannya akhir-akhir ini apakah karena sedang dalam proses pelamaran kerjanya, dan ternyata dia membenarkan. Tanpa banyak basa basi aku segera menanda tangani surat pengunduran diri yang sudah dipersiapkan olehnya. Dan sambil menjabat tangannya aku mengucapkan selamat dan semoga sukses ditempat yang baru. Lalu diapun segera berlalu dari hadapanku.

Bagaimana keadaanku? Jengkel? Pasti! Dengan seenak udelnya menyodorkan surat pengunduran diri yang saat itu juga harus aku tandatangani. Kaget? Ya iya lah bo’. Tidak ada angin tidak ada hujan tahu-tahu minta berhenti. Perasaan gaji sudah diatas UMR, bahkan uang lembur dan gaji selalu dibayar tepat pada waktunya. Setahun sekali pasti ada acara jalan-jalan bersama keluarga dalam rangka ulang tahun Ipa Abong. Apa lagi?

Wait,…wait,…jangan ucapkan “Apalagi..?”wahai inge. Begini ya,…

Kembali lagi ke hakikat semula bahwa bahagia itu bisa dimana saja. Mungkin selama ini dia merasa kurang bahagia karena aku selalu cerewet dengan angka ketidakhadirannya dan selalu menanyakan mengapa dia absent dengan tidak memberikan kabar padahal jarak rumahnya begitu dekat bahkan dia juga memiliki telepon genggam yang bisa menghubungi kantor kapan saja termasuk melalui sms. Atau dia tidak bahagia ketika aku memergokinya sedang mengerjakan pekerjaan yang diluar pekerjaan kantor alias ngobyek sehingga akhirnya membolos dari jam kerja. Atau dia semakin tidak bahagia ketika aku menegurnya secara langsung dan mengultimatum agar memilih antara bekerja sendiri atau bekerja di Ipa Abong. Dan untuk menggapai rasa bahagianya itu maka dia memilih untuk keluar dari Ipa Abong. Mestinya sih aku sudah memiliki cukup tanda-tanda tapi tetap saja aku merasa kaget. Apalagi dalam beberapa kesempatan rapat karyawan aku cukup sering mengatakan kepada seluruh karyawanku bahwa bekerja itu tidak untuk dipaksa. Kalau tidak suka silahkan angkat kaki. Jadi semestinya aku sudah siap dengan kondisi ini.

Satu peer besar telah menunggu dan aku harus segera menemukan jalan keluarnya. Aku yakin semuanya akan segera bisa teratasi.

Tapi, tetap saja aku merasa BETE dan merasa tanggal 13 ini SIAL BANGET

Tuesday, May 13, 2008

Dua teman baru...



Sepulang dari jalan-jalan berduaan saja dengan suami saatnya meluangkan waktu untuk keluarga. Karena mama kebetulan sedang datang berkunjung kami memutuskan untuk mengajaknya ke Masjid Kubah Mas..(again?!...)

Di luar dugaan ternyata pada hari minggu pengunjung begitu membludak. Luar biasa ramainya sehingga manusia sudah seperti cendol. Pokoknya minta ampyuuun…Tapi rasanya sayang untuk membatalkan kunjungan karena telah memasuki areal masjid. Jadi ya sutra lah…nikmati saja….

Kali ini cuaca agak mendung. Setelah melaksanakan shalat Dzuhur kami sengaja menunggu datangnya waktu Ashar.Berarti aku mempunyai banyak waktu untuk mengamati sekeliling. Mulai dari arsitektur masjid, desain interiornya hingga tikngkah laku orang-orang yang berada didalam masjid. Sebagian besar tidur-tiduran malah aku curiga mereka tidur beneran. Tapi tidak lama kemudian petugas pengawasnya datang dan menegur mereka satu persatu. Memang tidak sepantasnya kalau masjid sebagus itu dijadikan tempat ngaso atau tidur. Nanti kalau ngiler bagaimana? Dan bekas keringatnya kalau nempel bagaimana? Karpetnya kan jadi pada bau semua. Ih,…jadi jijay ngebayanginnya

Teropongku bergerak mengawasi orang-orang disekitarku. Jarak sekitar lima meter aku melihat sesuatu yang agak menarik perhatian. Seorang ibu sedang melaksanakan shalat sunnah dengan amat khusu’. Tapi yang menarik perhatianku bukan itu. Melainkan mukena yang digunakannya yang sudah sobek memanjang. Aku melihat kearah sajadah yang digunakannya, terlihat lusuh dan kumal. Kemudian pandanganku beralih pada tas yang dibawanya, sebuah tas plastik bening bekas bungkus entah sarung entah sprei dengan tali berwarna merah. Sangat sangat sederhana…..

Aku yakin seyakin-yakinnya pasti itulah mukena terbaik yang dia punya. Entah mengapa aku merasa seperti disentil oleh-Nya. Dengan jumlah mukena yang lebih dari cukup dengan aneka rupa dan warna mengapa aku masih melaksanakan shalat sekenanya. Artinya tergantung dengan keadaan. Jika aku sedang tergesa-gesa pasti aku melaksanakan shalat dengan secepat kilat dengan bacaaan yang sudah hafal diluar kepala. Jika aku mengantuk sekali aku akan mematikan alarm shalat subuh dan meng-cancel-nya agar berdering setengah jam kemudian. Jika aku kecapaian setelah seharian beraktifitas maka aku melaksanakan shalat Isya setelah aku tidur dulu barang satu atau dua jam sehabis makan malam. Aku benar-benar malu melihat kekhusu’an ibu itu dalam melaksanakan ibadahnya.

Kemudian lamunanku terputus oleh suara adzan. Setelah melaksanakan shalat berjamaah dan ditutup dengan mengucapkan salam aku pun berkemas-kemas.Seorang ibu paruh baya disebelahku berusaha untuk membuka percakapan denganku. Dia bertanya apakah benar pemilik masjid ini seorang perempuan. Aku membenarkannya. Kemudian dia bertanya lagi untuk membangun masjid semegah itu kira-kira uangnya berapa banyak. Dan aku jawab pasti sangatlah banyak, saking banyaknya susah bagiku untuk menerangkan kepada ibu itu. Pokoknya intinya banyak sekali. Titik.
Lalu dia lagi-lagi berdecak kagum dengan senyum yang tidak henti-henti menghiasi wajahnya. Kemudian dia bertanya lagi padaku apakah aku naik mobil besar. Awalnya aku kurang mengerti dengan maksudnya. Tapi kemudian aku paham yang dimaksud dengan mobil besar itu bis. Aku jawab kalau aku menggunakan mobil pribadi.
Aku langsung merasa benar-benar terharu melihat matanya yang berbinar-binar itu. Kelihatan dia sangat bahagia. Bahagia karena telah menjejakkan kakinya di masjid yang menurut dia menyerupai Masjidil Haram. Dan bagi mereka datang ke masjid ini tak ubahnya seperti datang ke replika tanah suci Mekkah. Jika angan-angan untuk melaksanakan ibadah haji terasa begitu tinggi dan nyaris tak tercapai maka menjejakkan kaki di masjid ini sudah cukup mengobati kerinduan itu. Aku benar-benar disentil lebih keras lagi kali ini. Bahwa bahagia tidak perlu kita cari kemana-mana karena sesungguhnya bahagia itu ada dimana-mana. Dan jika sebelumnya aku mengeluhkan tidak punya teman, itu salah besar. Karena sesungguhnya teman itu ada dimana-mana. Seperti hari ini tanpa aku duga aku mendapatkan seorang teman yang tulus mengajariku tentang makna kebahagian yang sesungguhnya.

Sambil berjalan menuju ke pintu keluar karena sudah saatnya pulang, aku menghampiri ibu yang mengenakan mukena sobek tadi. Aku menepuk halus pundaknya. Lalu aku berkata, “Saya ingin memberikan mukena ini untuk ibu, ibu mau?...” Dengan wajah terkejut ia menerima mukena yang aku berikan. Tapi sesaat kemudian ia tersenyum lebar dan mempertontonkan gigi depannya yang telah keropos. “Terima kasih ya, neng…”ucapnya lirih. ….

Hari itu mendapatkan begitu banyak pengalaman berharga. Tentang kesederhanaan... dan tentang kebahagiaan yang selama ini mungkin agak aku lupakan...

strolling the night with mud freak



Libur akhir pekan di akhir April adalah long weekend. Senang sekali karena aku diajak untuk turut serta dalam perjalanan light offroad ke daerah Wanaherang, Narogong. Biarpun hanya duduk sebagai navigator tapi rasanya aku mulai jatuh cinta pada kegiatan yang satu ini. Perjalanan direncanakan untuk dimulai pada tengah malam karena sebagian masih harus bekerja pada jumat siangnya. Ini pengalaman baru untuk merasakan indahnya bermain-main dengan lumpur di malam hari.

Jam 11 malam setelah sebelumnya sempat untuk menidurkan anak-anakku dulu, aku dan suami berangkat. Hari itu, jumat tanggal 2 Mei bertepatan dengan hari pendidikan nasional hari itu juga merupakan wedding anniversary kami. Sudah genap sebelas tahun kami mengarungi mahligai rumah tangga. (caile,...bahasanya kayak rubrik oh mama, oh papa dimajalah kartini aja...)Perjalanan ini kami anggap sebagai kado perkawinan sekaligus bernostalgia sambil mengenang saat-saat kami berpacaran dulu. Uh…hui…

Kira-kira jam setengah satu seluruh anggota rombongan yang terdiri dari : 1 CJ, 1 Landy, 1 Hardtop dan 3 Jimny telah berkumpul . Kami segera berangkat setelah masing-masing menghangatkan perut dengan semangkuk indomie rebus dan bubur kacang ijo.Sepanjang perjalanan kami semua masih berharap agar hujan turun sehingga permainan bisa jadi lebih seru. Tapi sayang hujan yang ditunggu-tunggu tidak kunjung turun juga. Ah,…kecewanya...

Selang beberapa waktu kami sampai di sebuah sebuah lapangan luas dengan puluhan kubangan dan gundukan. Sesungguhnya ini bukanlah trek resmi untuk offroad melainkan sebuah areal yang masih berdekatan dengan pabrik Holcim yang pada saat musim kemarau biasa dilewati oleh truk-truk yang mengangkut bahan baku semen. Mereka memilih untuk melintasi rute itu untuk mempersingkat jarak. Ketika musim hujan tiba, lapangan tanah merah itu berubah menjadi kubangan lumpur, lengkap dengan undakan dan genangan air luas menyerupai danau kecil. Semua dipersilahkan untuk berguling dan berloncatan semaunya. Puas-puasin deh…











Capek bermain-main kami kembali berkumpul dengan membentuk sebuah lingkaran. Sambil berbincang-bincang kami menikmati camilan yang sudah persiapkan sebelumnya. Rupanya cahaya yang kami pantulkan menggoda seorang sopir truk untuk mencoba melintasi kawasan yang penuh jebakan itu. Akibatnya amatlah fatal. Truknya langsung lengket ditanah. Oh,..men….

Tidak tega melihat sopir yang nyaris putus asa, kami berusaha untuk menolongnya keluar. Malam ini si Mere dapat tugas untuk jadi rescuer. Setelah sebelumnya semua mobil, kecuali landy, mendapat jatah untuk ditarik kini tiba saatnya untuk melakukan sebuah proses recovery yang tidak mungkin alias mission impossible. Hardtop mencoba untuk menarik Fuso. Ini sih seperti pertempuran David melawan Golliath. Dan untuk versi yang ini sudah pastilah tidak mampu. Secara Fuso bobotnya 8 ton gitu loh…






Berbagai cara sudah dicoba tetapi tetap tidak mendatangkan hasil. Akhirnya dengan berat hati kami katakan kepada sopir truk agak beristirahat dulu menunggu datangnya pagi dan kemudian meminta bantuan kepada teman-temannya sesama truk. Eh,…kira-kira setengah jam kemudian mendadak datang sebuah truk Fuso yang akan memberikan bantun. Ya elah,…mbok ya dari tadi kek..

Selama beberapa jam suasana agak hening karena masing-masing sudah tertidur didalam kendaraanya. Samar-samar terdengar suara azan subuh dari kampung sekitar. Beberapa mulai terbangun dan segera menunaikan shalat subuh. Biarpun in the middle of nowhere tapi tetap ingat Tuhan.



Tidak ingin kehabisan waktu kami segera melanjutkan perjalanan menuju ke kawasan penggalian batu kapur. Kalau tadi malam permainan dengan areal lumpur sekarang berubah keareal bebatuan.







Kawasan yang diperuntukan bagi pertambangan pasir dan batu sebagai bahan dasar pembuatan semen Holcim yang dulunya dikenal sebagai semen Cibinong masih terus beroperasi.





Bahkan pada saat photo session (caile…norak nggak sih, offroad tapi banci kamera..)sesekali terdengar suara dentuman yang ternyata berasal dari ledakan yang dilakukan untuk memecah bukit batu. Lihat 2 orang yang terlihat amat kecil dan mengenakan baju biru pada gambar diatas, mereka lah orang-orang yang melakukan proses peledakan. Aku sempat bertanya dari mana mereka mendapatkan bahan peledak, tapi mereka berkilah dengan mengatakan bahwa itu hanyalah bom tradisional yang terbuat dari campuran arang, karbit, dan beberapa bahan-bahan tertentu yang bisa didapat dari toko kimia. Gosh….Kalau pemerintah begitu panik dan paranoidnya dengan isu bom teroris,…ternyata tidak usah jauh-jauh dan repot-repot. Bom ternyata hal yang teramat biasa bagi masyarakat kita. Contohnya saja ya kejadian diatas itu tadi.





Semakin lama matahari semakin tinggi. Jam 10 sudah terasa panas sekali karena kami berada ditengah-tengah bukit kapur. Tidak ada lagi lumpur. Yang ada hanyalah batu dan tanah kapur dimana-mana. Ketika menemukan sebuah danau kecil beberapa sudah tidak sabar dan langsung menceburkan mobilnya kedalam air. Perut pun mulai keroncongan.Tapi yang tersedia hanyalah beberapa roti sobek dan soft drink. Jeritan kelaparan pun mulai terdengar dimana-mana. Sebagian ingin tetap melanjutkan perjalanan tetapi sebagian lagi ingin segera pulang. Sempat terpecah menjadi berbeda keinginan akhirnya diputuskan untuk segera pulang kerumah masing-masing.







Semua kembali berjalan beriringan menuju pintu tol hingga akhirnya berpisah karena tujuan yang berbeda. Sempat mampir makan dulu di Rest Area Tol yang disebelah kiri kalau kita dari cibinong ke Jakarta. Kalau tidak salah pom bensinnya Shell gitu. Tapi demi Tuhan,…makanannya semua: SUMPAH,.. TIDAK ENAK..! Aku makan nasi uduk,…eh..rasa minyak tanah. Emangnya aku kompor apa? Mesti diisi dengan minyak tanah segala. Kecewa dengan nasi uduk aku memesan ketupat sayur,…eh….ternyata ketupatnya terbuat dari singkong. Jadi liat dan tidak bisa dikunyah. Mana kuahnya bukan santan melainkan susu dancow. Eneg banget kan dimakannya. Terus mau tau harganya berapa untuk sepiring ketupat sayur tidak enak itu? Delapan belas ribu rupiah. YAP!...Unbelieveable….Pengen rasanya numpahin semua makanan itu kemuka pelayannya. Tapi ya sutra lah….Ini sebagai peringatan juga bagi semua,…JANGAN PERNAH MAKAN DI REST AREA YANG AKU SEBUTKAN DIATAS. Karena tidak satupun makanan yang dijual disana layak dimakan. Mending beli Dunkin Donuts-nya saja deh….

Dengan perut yang masih keroncongan, udara panas menyengat, capek, jendela dibuka setengah,…aku benar-benar tidak dapat melawan rasa kantuk. Aku tertidur dengan berbagai macam gaya. Kadang mendengkur, kadang ngiler, kadang “ngowoh”( tidur dengan kondisi mulut terbuka lebar) Komplit deh pokoknya. Bahkan saking pulasnya aku tidak sedikitpun menyadari bahwa suamiku sempat 2 kali menepikan kendaraan karena terserang rasa kantuk juga. Logikanya siapa yang tahan sih kalau melihat orang yang duduk disebelah dengan nikmatnya dibuai mimpi indah. Mendingan menepi dan ikut ngorok sekalian. Sedaaaap….betuuuuul……