Monday, April 6, 2009

apalah arti sebuah nama

namaku inge, dengan e lemah seperti bunyi e pada kata kenduri, letih, perih,..dan sejenisnya. Tapi karena aku besar di sumatera, khususnya riau, khususnya lagi duri,.. yang terdiri atas berbagai macam suku, maka urusan ejaan namaku ini menjadi sedikit membingungkan. Penduduk Duri yang terdiri dari bermacam-macam suku termasuk diantaranya suku batak dan padang yang terbiasa dengan pengucapan e taling. Dimana huruf e selalu dibaca keras seperti pada kata sate,tape,tempe,dll. Dan parahnya lagi mereka hampir tidak mengenal e lemah. Jadi misalnya untuk kata wortel, e-nya dibaca keras seperti pada kata mantel.Atau misalnya lagi kata perempuan, diucapkan dengan e taling seperti bunyi e dalam kata tempel. Jadi tidak ada keraguan lagi jika namaku menjadi salah satu diantaranya dari inge menjadi inge (dengan bunyi seperti huruf e dalam kata sate atau tempe) Dan bagiku itu bukan masalah sama sekali. Hingga sekarang aku pun yakin aku lebih dikenal sebagai inge dengan diucapkan dengan e taling ketimbang inge dengan ucapan yang sesungguhnya.

Hingga akhirnya kerancuan namaku itu menjadi lebih rancu lagi ketika salah seorang dari teman ayahku,..tidak bisa mengucapkan kata inge itu tanpa akhiran r. Jadi dia selalu memanggulku INGER. Berkali-kali orang tuaku mencoba untuk meralatnya tapi tampaknya hal itu sia-sia belaka. Karena yang terjadi dia malah mempopulerkan nama Inger itu kepada beberapa tetangganya lagi sehingga mereka hanya mengenal inger bukan inge dan bukan inge. Dan komplit lah aku menjadi inge aka inge aka inger.
Aku akhirnya menerima dengan lapang dada.

Pada saat beranjak remaja, beberapa anak nakal mulai menciptakan ejekan. Ada yang memanggilku ros yang diambil dari kata rosalina. Dan lama-lama ros pun diucapkan sebagai roy sebagaimana biasanya lidah minang mengucapkannya. Dan yang paling memuakkanku adalah ketika namaku mulai dilecehkan dengan menyambungnya dengan 4 huruf saja dibelakang namaku, tapi hasilnya sungguh fatal. Silahkan merangkainya sendiri. Dan seumur hidupku, hanya satu hal ini yang membuatku sangat marah pada improvisasi orang atas namaku. Tapi aku anggap itu hanyalah pekerjaan orang-orang yang frustasi, remaja kurang perhatian dan terlalu banyak membaca nick carter. Go to hell..!!

Dan sekarang ketika aku dewasa, urusan nama ini masih belum selesai-selesai juga. Sudah beberapa kali namaku dirubah dari inge menjadi inggrid. Pertama ketika aku menerima ucapan yang di ampopnya tertulis: untuk sahabatku inggrid, dan didalamnya tertulis lagi: dear inggrid....bla..bla..bla..
Kedua ketika aku berkenalan dengan salah seorang costumer, pada saat berjabat-tangan aku mengucapkan namaku dengan jelas: inge, tapi dia berulang kali menyebutku inggrid. Dan berkali-kali aku harus meralatnya.
Ketiga ketika aku mendapatkan undangan untuk kebaktian gereja karena dari namaku mereka mengira aku bukan muslim.
Keempat ketika seorang sok tau menebak aku berasal dari manado, karena aku bernama inge. Astaga...apa tidak lihat pipi tembem, warna kulitku yang hitam legam dan hidungku yang pesek, yang jelas-jelas menggambarkan "homo Soloensis" hah??

autism awarness

Bulan ini adalah bulan peduli autis. Tidak banyak yang bisa aku lakukan dalam gerakan peduli autis ini karena aku tidak tahu harus memulai dari mana. Yang pasti pelajaran pertamaku pada keperdulian terhadap penyandang autisme aku dapatkan dari anak-anakku. Aku jadi teringat kejadian dua tahun yang lalu ketika aku menjadi salah seorang volunter dikelas anakku. Pada satu kegiatan aku melihat salah seorang anak yang kelihatan agak berbeda. Ketika sampai dirumah,..pada saat ngobrol-ngobrol aku sempatkan untuk menanyakan hal ini pada anakku,..
inge : Yang tinggi besar itu siapa ya kak?
kaka : Oh,..itu si P,..
inge : Kok dia semau-maunya gitu sih kak,..
kaka : He..eh,..dia kan sedikit autis mam,..
inge : Oh...ya?! Kok bisa dia sekelas ama kamu?
kaka : Sebenernya mamanya punya sekolah khusus untuk anak-anak autis, tapi P memang sengaja tidak disekolahkan disana agar dia bisa membaur dengan kita yang normal. Diharapkan dia juga semakin cepat beradaptasinya dan bisa hidup senormal mungkin.
inge : Oh..ya?!.. Masak sih? Mang kamu tau dari mana?
kaka : Yah,..yang aku denger sih gitu..
inge :(glek,..nelen ludah. Sungguh terharu...)Mang dia bisa ngikutin perintah miss?
kaka : Ya,..kadang-kadang bisa,..kadang-kadang nggak. Kalo lagi moodnya bagus dia sangat koperatif tapi kalo moodnya lagi jelek,..dia suka marah-marah.
inge : Oh ya?! miss biasanya gimana?
kaka : Ya dibujukin pelan-pelan,..abis itu biasanya P mulai tenang. Mereka hebat lo mam,..jenius. Karena P sangat suka dengan hotwheel dia hafal semua jenisnya berikut keterangan lengkapnya.
inge : Ya,..yang mami baca juga begitu,..IQ mereka memang kadang diatas normal
kaka : Iya,..mestinya jangan dikasih hotwheel ya mam,..tapi encyclopedia gitu
inge : Kalo pas pelajaran olahraga gimana? dia bisa bermain di team nggak?
kaka : Biasanya kita ngikutin permainan dia dulu,..dengan aturan dia,..dan biasanya itu juga tidak lama karena biasanya baru main sebentar saja dia sudah merasa capek dan bosan. Nah,..setelah itu biasanya kami baru melanjutkan permainan yang sesungguhnya.
inge : OOOOOhhhhhhh,....
Aku merasa sungguh terharu dengan apa yang telah dilakukan oleh anak-anak berusia 9 tahun itu,..mereka begitu pengertian, tulus,penyayang dan tanpa syarat. Aku juga begitu salut dengan guru kelas yang mungkin tidak memiliki sertifikasi untuk anak berkebutuhan khusus tapi dia bisa memahami dan mau menerima murid istimewa itu.