Wednesday, July 3, 2013

kasih ayah

setiap hari minggu aku selalu menjadi orang yang bangun paling pagi di rumah. daripada bengong menunggu para penghuni lainnya bangun aku memilih untuk berjalan pagi. aku sendiri juga bingung sebetulnya yang menjadi poin utamanya jalan pagi atau jajan setelah jalan pagi, hehe. yup, biasanya memang aku sekalian wisata sarapan. selain jajan ada hal lain yang juga menjadi kesukaanku. biasanya aku menikmati pemandangan pagi sembari memperhatikan orang-orang yang berada disekelilingku. kadang aku memperhatikan pepohonan. kadang bangunan. kadang anak-anak kecil yang berpapasan dengankku, orang tua anak-anak itu, para lanjut usia, tukang ojek, tukang dagang, ada kucing, ada anjing, pokoknya apa saja, siapa saja bisa menjadi objek perhatianku. hinggalah tiba pada hari minggu kemarin. entah kenapa tumben-tumbenan suamiku memutuskan untuk ikut jalan pagi denganku. usut punya usut ternyata dia ingin ikut sarapan denganku. huuuu... kamipun berjalan beriringan. dilapangan terlihat anak-anak sedang bermain bola dengan didampingi oleh seorang dewasa yang aku duga adalah seorang pelatih pura-pura alias pelatih wanna be. ya keliatan saya dari gayanya dia bukan pelatih sungguhan, tapi aku sungguh respek dengan kepeduliannya. di tempat lain aku melihat beberapa anak-anak yang sedang merubungi seekor anak anjing yang sedang memperagakan gerakan-gerakan sesuai dengan perintah majikannya. dengan beberapa perintah si anak anjing memperagakan gerakan duduk, berdiri, bersalaman, berbaring, dll secara berulang-ulang. aku melihat anak-anak begitu terkagum-kagum. lagi-lagi aku juga sungguh respek dengan ketulusannya memberikan hiburan sederhana sehingga anak-anak berbinar bahagia. lalu disisi lain aku melihat seorang ayah yang sedang menuntun anaknya lelaki remajanya. dengan sabar dia mengajari anaknya berjalan selangkah demi selangkah. kadang disertai dengan hitungan. sesekali diiringi dengan lagu-lagu pemberi semangat. pada saat papasan pertama aku masih tidak terlalu memperdulikannya. ketika kemudian aku kembali berpapasan dengan mereka aku mulai mencuri-curi pandang. aku melihat bagaimana si ayah mencoba untuk membuat anaknya tersenyum. dan kelihatannya dia cukup berhasil. sesekali dia menunjuk kearah anak-anak yang sedang bermain bola dan mengucapkan kata-kata yang membuat anaknya tersenyum. hatiku mulai bergetar. ketika kemudian berpapasan untuk yang kesekian kalinya, dan dia tidak sedikitpun terlihat lelah. semangatnya tidak sedikitpun terlihat berkurang. aku menarik tangan suamiku sambil berbisik, "lihatlah,..cinta seorang ayah, kasih sayang seorang ayah.., luar biasa!" suamiku juga ikut tercekat. "ya,.."sahutnya. kemudian aku berkata, "selama ini orang begitu terkonsentrasi dengan kasih seorang ibu, cinta seorang ibu, hingga kita luput melihat bahwa ayah juga memiliki cinta dan kasih sayang yang sama, yang tidak kalah dengan cinta seorang ibu.." Aku mulai berlinang, suamiku juga terlihat berlinang. Aku berbisik, "tiba-tiba aku ingat ayahku.." dan kudengar suamiku juga berbisik,"aku juga teringat akan ayahku" dan kami berjalan dalam hening, tenggelam dengan pikiran masing-masing.

Monday, July 1, 2013

berkata-kata dan tidak berkata-kata

Hei,..tidak berkata-kata ternyata benar-benar membuat kita pada akhirnya susah untuk berkata-kata. Aku benar-benar kehabisan kata-kata dan tidak tau harus memulai cerita darimana. Tapi sumpah aku hari ini sungguh-sungguh ingin berbagi kata-kata. So, better we start ya, ceritanya, ceritanya nih ya, sudah dua bulan terakhir ini aku mempunyai seorang karyawan yang tunawicara. Ya benar, dia bisu, tidak bisa bicara tepatnya. Awalnya agak ragu menerimanya karena ketidak sempurnaannya, tapi setelah dipikir-pikir kami putuskan untuk mencobanya. Tidak mudah bagi mereka untuk bersaing dengan orang-orang normal dalam perebutan lapangan pekerjaan, jadi sedikit kesempatan yang diberikan akan menjadi sangat berharga bagi mereka. Jadilah kami mulai beradaptasi. Sepanjang pengetahuan saya dia bekerja dengan rajin. Dari sisi kehadiran juga dia tidak banyak membolos. Terus terang aku cukup nyaman dalam mempekerjakannya. Hingga hari ini terjadilah sesuatu. Awalnya aku mampir untuk memberikan amplop gajinya, dia tersenyum dan mengangguk berkali-kali. Aku mengerti, dia mencoba untuk mengucapkan terimakasih. Tentu aku juga hanya bisa mengucapkan terima kasih dan membalas senyumnya. Tanpa berlama-lama aku langsung berpamitan untuk pergi menemui teman-temannya yang berada ditempat lain, tentunya untuk melakukan hal yang sama. Tapi sesampainya disana, aku begitu terkejut ketika teman-temannya bercerita bahwa si AA-UU, tadi terluka karena kecelakaan kerja.Sesuatu menimpa kepalanya hingga mengalami luka sobek, tapi sudah dibawa ke klinik untuk mendapatkan beberapa jahitan dikepalanya. Tentu saja aku terkejut bukan kepalang. Padahal barusan aku bertemu dengannya dan dia tidak menampakkan raut wajah sedih ataupun sakit. Eh, tapi tunggu dulu, yang benar saja, masa aku mengharapkan dia mencerita kejadian yang barusan menimpanya sedangkan dia mempunyai keterbatasan bicara. Aku langsung bergegas dan kembali lagi ke bengkel tempatnya bekerja. Untung dia masih ada disana. Dengan segala daya upaya aku berusaha untuk berkomunikasi dengannya. Aku tanyakan tentang kejadian yang tadi menimpanya. Dan dia mulai memperagakan beberapa gerakan dengan bahasa tubuhnya. Berkali-kali aku mencoba memastikan apakah benar dia tidak apa-apa. Dan dia mengangguk berkali-kali, memastikan dia baik-baik saja. Aku mencoba menyampaikan sebaiknya berhati-hati dalam bekerja. Dan sepertinya dia mengerti.Bahkan untuk menenangkanku dia memperagakan gerakan binaraga, sambil menepuk dadanya, mengatakan bahwa dia kuat. Aku tersenyum sambil menggeleng-geleng, tidak, kataku. Tetap harus berhati-hati, jaga keselamatan, ujarku sambil menepuk pundaknya. Lalu aku pun berpamitan. Sepanjang perjalanan aku kembali memikirkannya. Aku tahu dia berusaha keras untuk meyakinkanku karena aku tahu dia takut jika aku memutuskan hubungan kerja. Dengan segala keterbatasannya dia tahu bahwa posisinya sangat rentan. Aku menghela nafas. Terus terang ada kebimbangan didalam hatiku dengan kondisinya ini. Pasti akan ada kesulitan dengan keterbatasannya ini. Tapi aku tahu pasti ada jalan keluarnya. Ada pe-er baru untuk menciptakan keselamatan kerja dengan kondisi yang agak istimewa ini.