Sunday, April 27, 2008

Djarum Super 4x4 Rookies Challenge


Informasi tentang event Djarum sudah kami dapatkan lebih kurang tiga minggu sebelumnya. Tidak ingin kehilangan event berharga maka reminder pun sudah di set di handphone. Acara akan diselenggarakan selama 2 hari yaitu hari jum’at dan sabtu.
Karena jum’at masih harus masuk kerja, maka aku dan suami memilih untuk datang menonton dihari sabtu.

Sabtu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Sempat menghabiskan setengah hari dulu di percetakan, akhirnya setelah makan siang kami berangkat. Udara sedang panas-panasnya memang. Sesuai dengan tema acaranya yang berupa kompetisi offroad maka kami memutuskan untuk membawa si Mere saja maksudnya biar agak nyambung dengan atmosphere-nya. Jarum penunjuk indikator bahan bakar menunjukkan dibawah E, yang artinya bensinnya sudah tiris banget. Dengan perkiraan cukup sampai ke pom bensin yang masih diareal perumahan kami segera berangkat dengan penuh percaya diri. Tapi apa mau dikata ketika sampai disana kami disambut dengan papan bertuliskan “Premium Habis”. Nah lo…

Ada dua pilihan, untuk tetap melanjutkan perjalanan sambil berusahan untuk menemukan pom bensin terdekat atau kembali kerumah untuk berganti kendaraan. Aku dan suami akhirnya memilih alternatif yang pertama. Tetap melanjutkan perjalanan dengan resiko mogok dijalan. Sepanjang perjalanan sambil mengobrol mata kami berdua tidak pernah lepas dari jarum fuel indicator. Siapa tahu aja kalau dipelototin terus jarumnya jadi berpindah dari E ke F gitu,…hehehe…

Tapi memang untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, kura-kura dalam perahu pura-pura tidak tahu, empat kali empat enambelas sempat tak sempat harap dibalas,…(iya,…berpantun aja terooos…).
Hal yang kami takutkan akhirnya terjadi. Setelah batuk-batuk beberapa saat akhirnya si Mere pingsan. Diam dan tidak bergerak. Berkali-kali kami memanggil namanya tapi dia tetap diam. Aku malah berininsiatif untuk memberikan bantuan pernafasan ala CPR gitu tapi suamiku malah melarang. Ya iyalah,…diakan bukan manusia tetapi dia seekor Jeep.

Aku mulai cemberut. Hari menunjukkkan pukul 2 siang dan kami berdua duduk diam didalam sebuah jeep yang mogok. Ini sama sekali tidak romantis, protesku. Lho, yang mau ngajak romantisan siapa, balas suamiku. Duh,…rasanya sebal sekali. Apalagi ketika aku diharuskan memilih antara membeli bensin ke pom bensin terdekat atau menunggui jeep. Tentu saja aku memilih untuk menunggui jeep. Ogah mesti bawa-bawa jerigen ke pom bensin. Jadi kalau ada yang lewat jalan raya serpong hari sabtu kemaren jam 2 siang, terus melihat seorang perempuan dengan wajah menyeramkan sedang bersembunyi dari panasnya sinar matahari dibawah kolong jeep merah, itu aku, bukan vampire…

Sambil tidur-tiduran ayam karena saking lamanya menunggu, tiba-tiba mata yang ngatuk berat dan tidak bisa dibuka mendadak terbelalak. Cairan merah menetes di kolong depan. Tadinya aku sempat berfikir bahwa si Mere mendapat kan haidnya yang pertama. Tapi lagi-lagi aku sadar bahwa Mere bukanlah seorang manusia. Melainkan seekor Jeep.
Oh my God,…cairan apakah gerangan?..

Selang beberapa waktu yang tidak terlalu singkat alias,…lama bangeeet…aku sampai garing…, suamiku pun datang dengan menenteng jerigen. Sambil menunggu ia menuangkan bensin yang di jerigen ke dalam tangki aku ceritakan kejadian yang barusan kulihat. Setelah membuka kap mobil dan melihat kedalam diketahui bahwa yang menetes itu adalah oli rem. Karena sudah terlanjur kering, kami pun memutuskan untuk memasukkan jeep kebengkel langganan dan sepanjang perjalanan itu kami mengendarai mobil dengan rem yang nyaris blong. Walah…walah…

Hari semakin sore. Sudah tiga jam berlalu dan kami malah kembali lagi kerumah untuk menukar kendaraan. Terus terang aku pesimis karena hari semakin sore berarti acara sudah hampir selesai. Dari pada tidak sama sekali kami pun memilih untuk tetap berangkat meskipun sudah telat.

Sesampainya disana kompetisi tinggal 2, yang satu untuk pemula dan yang kedua slalom. Huhuhu,….Sedihnya hatiku….

Sebagai pelipur lara aku memilih untuk berjalan-jalan mengitari stand-stand yang menjual berbagai macam perlengkapan offroad. Mulai dari merchandise, kaos dan atribut yang berbau offroad hingga segala macam tools untuk kendaraan jeep.


Ini salah satu stan yang menjual bermacam-macam tool untuk jeep. Mulai dari winch(motor penggerak kawat baja untuk menarik kendaraan), sling (tali untuk menarik atau mengikat kendaraan), high lift jack(sejenis dongkrak tapi khusus untuk jeep), berbagai perlengkapan camping, dll..

Foto yang diambil miring karena kaget ketika aku ditegur oleh yang punya. Maklum namanya juga jurnalis icak-icak, masih belum tahu tata karma untuk merekam sebuah gambar. Si empunya sempat dengan nada tidak senang bertanya padaku, “Mau dimuat dimana?”…Kataku,”Oh,..enggak dimana-mana pak. Cuma untuk dokumentasi pribadi saja,..” Aku pun buru-buru menyimpan kamera. Ngeri juga melihat raut juteknya.

Tapi tidak lama setelah aku membeli beberapa barang ditempatnya mendadak menjadi ramah. Dia malah menyilakanku untuk mengambil foto-foto lagi. Tidak bayar kok, timpalnya lagi. Oh,…jadi tadi maksudnya jutek itu karena tidak ada perjanjian harga toh,…pantesan. Tapi walau bagaimanapun aku bangga karena orang kita ternyata telah mengerti hak-haknya. Tidak seperti jaman dulu kalau dimasukkan ke teve atau majalah malah bangga meskipun sama sekali tidak tahu untuk media mana dan kepentingannya apa. Salut..


Ditempat lain aku sempat memotret seorang anak yang masih berumur 9 tahun, seumuran dengan putriku Kengie, sedang berlatih dengan sebuah jeep rakitan. Ck..ck..ck..salut lagi untuk orang tua yang serius untuk menciptakan calon=calon juara nantinya.


Temuan unik lainnya adalah sebuah jeep yang sudah didesain dengan tempat duduk beserta matras tempat tidur diatas atapnya. Sudah sering melihat yang seperti ini tapi yang satu ini agak berbeda. Karena pemasangannya yang rapi dan sangat compartable.

Jeep ini sengaja di desain sedemikian rupa karena pemiliknya punya hobby berburu. Kursi diatas roof berfungsi untuk mengintai buruan dan juga sebagai tempat tidur. Sedangkan dibagian belakang dipasang sebuah besi yang portable yang bisa disetel sesuai kebutuhan apakah untuk membawa hasil buruan, atau motor trail atau perlengkapan logistik.

Setelah puas berkeliling dan mampir sana-sini, aku dan suami pun segera pulang. Meski pada awalnya agak menjengkelkan tapi semua sudah tergantikan dengan oleh-oleh berupa sebuah payung, sebuah ember dan sebuah kanopi…..(Asli,…belanjaan mamak-mamak..!)

Maafin ya,...

Ini cerita tentang kebodohanku dalam pergaulan. Kalau kemarin aku berniat untuk memulai semuanya dari nol, itu sudah sangat benar. Karena beberapa hari lalu aku semakin menyadari betapa bodohnya aku dalam hal pertemanan.

Aku serius ingin berubah. Makanya aku mendaftar pada sebuah kursus yang diselenggarakan oleh tabloid Sedap. Harapanku disamping aku mendapat ilmu dalam bidang kulinari aku juga bisa mendapatkan beberapa teman baru yang mungkin satu hobbi. Dan hari Kamis kemarin aku pun terdampar diantara ibu-ibu yang serius mendengarkan dan memperhatikan demo pembuatan mie warna-warni dan nasi bakar. Waktu kursus yang berlangsung selama 3 jam memang terlewati dengan sempurna. Tapi berapa teman baru yang kudapat? Hanya dua. Yang pertama yang duduk di sebelah kiriku dan kedua yang duduk di sebelah kananku. Well,...aku pikir ini cukuplah daripada tidak mendapatkan teman sama sekali.

Keesokan harinya aku kembali datang kesana untuk mengikuti jenis kursus yang berbeda. Ternyata aku datang kepagian. Aku mengira acara dimulai pada pukul 9 sehingga aku sudah berangkat sejak pukul 8 pagi. Tapi sesampainya disana aku mendapati acara dimulai pada pukul 10. Jadi masih satu jam menunggu. Setelah mengambil tempat didepan aku memutuskan untuk jalan-jalan sebentar kebawah karena kebetulan ada bazaar yang diselenggarakan oleh Gramedia Majalah.

Setelah berkeliling dan membeli beberapa barang yang tidak terlalu penting, aku pun kembali menuju ke ruangan kursus. Jam 10 kurang seperempat aku masuk dan mulai panik ketika melihat ruangan yang tiba-tiba menjadi penuh. Aku melihat kearah kursi yang telah aku pilih tadi perasaan was-was. Benar saja. Kursi itu sudah ditempati orang. Kotak pinsil beserta beberapa berkas fotokopian yang telah aku tinggalkan sebelumnya telah bergeser keujung meja. Aku mulai gugup.

Akupun bertanya siapa yang telah menggeser tempat pinsilku. Aku juga katakan bahwa aku datang sudah dari pagi, karena panitia mengatakan tidak apa-apa jika ingin melihat bazaar dulu makanya aku berani meninggalkan kursiku. Tapi tidak ada yang mengaku memindahkan kotak pinsil itu. Aku rasanya kesaaal sekali. Kemudian aku melihat seorang anak kecil duduk diantara ibu-ibu itu. Lalu aku pun bertanya dia siapa. Salah seorang ibu mengatakan bahwa itu anaknya. Lalu aku bertanya apakah dia membayar. Dijawab tidak. Aku langsung emosi. Kalau tidak bayar berarti dia tidak berhak untuk duduk disana. Saya yang lebih berhak, kataku. Kalau ibu ingin mendudukkan anak ibu silahkan ambil kursi yang lain..kataku lagi dengan judesnya. Si Ibu pun perlahan-lahan bergeser duduknya dan kemudian sibuk mencarikan kursi untuk anaknya.

Aku kemudian menghempaskan bokongku dengan keras dan duduk dengan sedikit memunggunginya. Rasanya aku sebal sekali pada Ibu itu.
Kemudian acara pun dimulai. Karena acaranya menyangkut "beauty" dan topik yang dibahas adalah senyum, lama-lama aku merasa tersindir dengan omongan sang pembicara. Apalagi ketika kita diharuskan untuk mempraktekkan cara berkenalan dengan tersenyum pada orang yang duduk disebelah. Mau tidak mau akhirnya aku ber interaksi dengan si Ibu yang aku sebelin tadi. Dan akhirnya dari senyum dan saling celetuk pelan-pelan kami pun mulai akrab. Ternyata Etti, nama Ibu itu adalah orang yang meyenangkan. Menyadari sikapku yang tadi agak menyebalkan, aku pun segera meminta maaf padanya. "Etti, maaf ya kalau tadi aku agak kasar dan menyebalkan..." Dan Etti pun dengan tulusnya mengatakan,"Oh,..nggak apa-apa, saya juga minta maaf karena tadi sudah menduduki kursi inge. Abis saya nggak tau,.."
Duh,...rasanya anyeees....banget. Aku pun semakin menyadari kekuatan kata maaf saat itu. Bahwa permintaan maaf yang diungkapkan dengan tulus dan dibalas dengan penerimaan maaf yang tulus juga rasanya sangat indah. Seperti yang barusan saja terjadi antara aku dengan Etti. Dalam sekejap kami segera larut dalam obrolan tentang keluarga, anak, hobbi dan lain-lain. Kami merasa saling cocok dan setelah saling menukar nomor telfon kami berjanji untuk saling kontak dan janjian untuk kursus-kursus berikutnya.

Jadi kesimpulannya,...untuk semua teman-temanku yang mungkin pernah merasa tersinggung dengan kata-kataku,"....maafin aku ya,....." Mudah-mudahan kedepan aku akan lebih baik lagi dan lebih berhati-hati lagi dalam bertutur....

Thursday, April 24, 2008

Confused

"sometimes i'm afraid for what people think about me, sometimes i'm not..."

Pintar-pintarlah bergaul. Mungkin itu pesan orang tua kita dulu. Maka diajarkanlah kita tentang sopan-santun, basa-basi dan semua yang berhubungan dengan etika pergaulan. Namun pada kenyataannya meskipun kita telah dibekali dengan semuanya itu, tetap saja ada suatu masa kita dianggap berlaku tidak pantas. Mungkin kita melakukannya dengan tidak sengaja tetapi orang menganggapnya sengaja.

Sekarang agar semua tampak lebih jernih, mari kita persempit objek pembicaraan kita. Dan supaya topiknya lebih fokus, lebih baik "aku" yang dijadikan objek pembicaraanya.

Berbeda dengan masa ketika aku kanak-kanak dulu, dunia dewasa sangat sulit untuk aku pahami. Semuanya menjadi serba sulit dan rumit. Yang paling mengganggu fikiranku saat ini adalah bagaimana menjalin sebuah pertemanan. Kadang aku sendiri setengah tidak percaya aku yang dulu begitu mudah untuk mendapatkan teman baru sekarang menjadi begitu gagap untuk memulai sebuah percakapan. Saat ini aku tiba-tiba sadar sudah begitu lama aku sibuk dengan duniaku sendiri hingga aku melupakan lingkungan disekitarku. Dan tiba-tiba saja aku sadar bahwa betapa "tidak nyambung"nya aku dengan sekelilingku. Dan lagi-lagi tanpa aku sadari aku mungkin saja menjadi seseorang yang menyebalkan bagi orang lain. Kelihatannya sepele tapi aku baru menyadari bahwa berteman itu juga butuh latihan. Dalam pergaulan ada hal-hal yang pantas dan tidak pantas untuk diucapkan. Dan karena kurang latihan aku menjadi kurang peka untuk hal pantas dan tidak pantas ini. Tampaknya aku harus mulai belajar semuanya dari dari nol lagi.....

Wednesday, April 23, 2008

Tangan kiri

Pagi-pagi, seperti biasanya sudah siap untuk mobile. Tapi reminder di hp berbunyi. Ternyata hari ini hari terakhir untuk batas pembayaran pajak mobil. Setelah memasukkan berkas-berkas yang diperlukan ke dalam tas maka meluncurlah aku ke Samsat Tangerang. Jadi peran hari ini judulnya "Menjadi calo perpanjang STNK"

Ini untuk yang kedua kalinya aku mengurus sendiri pembayaran pajak mobil. Setahun yang lalu aku bahkan melakukan semua perpanjangan STNK sekaligus perpanjangan plat nomor mobil yang telah melewati masa lima tahun. Kalau ditahun lalu aku bertanya kesana kemari dengan wajah bloon, maka kali ini semuanya berubah 180 derajat. Dengan penuh rasa percaya diri dan sedikit petentang-petenteng aku berjalan melewati pelataran parkir menuju kedalam kantor samsat. Maksudnya agak sombong sedikit, kan sudah yang kedua kali, jadi sudah familiar dong men...

Sebelum masuk aku menyempatkan diri untuk membeli sebuah map yang menjadi syarat wajib. Dijual hanya ditempat fotocopy yang juga merangkap koperasi karyawan. Map terdiri atas 2 warna. Merah untuk kendaraan roda 4 dan hijau untuk kendaraan roda 2. Setelah memasukkan semua copian berkas-berkas kedalam map aku pun melangkah dengan tegap kedalam ruangan pelayanan samsat. Seorang petugas mencegat ketika aku akan masuk.
Katanya, "Maaf mbak,...kalau mau mendaftar jadi polisi bukan disini tempatnya,..."
Kataku, "Iiih,...bapak sembarangan,..kata siapa saya mau mendaftar menjadi polisi. Wong saya cuma mau membayar pajak kendaraan,..
Katanya, "Lho,..saya kira mbak mau daftar jadi polisi, soalnya jalan kok kayak orang sedang latihan baris berbaris...."
Kataku, "Lha,..saya ini orangnya gampang beradaptasi pak. Kalau masuk kekantor polisi saya jalannya tegap begini, kalau masuk salon saya jalannya lemah gemulai, kalau masuk bangsal 13 saya jalannya ngesot...gitu lho pak...."
Akhirnya si Bapak itu segara berlalu dari hadapan saya. Entah karena malas berhadapan dengan orang setengah gila atau tiba-tiba terbayang wajah suster ngesot. Yang jelas aku mulai mengambil nomor antrian dan masuk kedalam barisan orang-orang yang sedang menunggu.

Karena hari masih agak pagi, antriannya belum terlalu panjang. Aku maju ke counter berbarengan dengan 2 orang pria. Sepertinya untuk memperpendek waktu kami dilayani secara berkelompok yang terdiri atas 3 orang. Kebetulan yang bersama denganku adalah seorang bapak dengan anak perempuannya yang masih balita, dan seorang pemuda. Ketika proses si Bapak berlangsung, semua berjalan dengan mulus-mulus saja. Berbeda dengan yang si pemuda. Ketika dia menyodorkan berkas, mungkin tanpa sengaja dia menyodorkan dengan tangan kiri. Si officer marah dan lansung menyemprot tuh anak muda.
"Tangan kananmu kenapa?" tanyanya...
Si anak muda bingung,...lalu..
"Tidak kenapa-napa pak,..."
"Kenapa kamu ngasih pakai tangan kiri?"
"Maaf...,pak..."
"Tangan kiri itu tidak sopan. Kamu tahu tidak..."
"Iya pak,...maaf..."
"Saya ini orang jawa, saya tahu sopan santun. Memangnya kamu tidak pernah diajar sopan santun sama orang tuamu?"..
Si anak muda mulai gugup dan salah tingkah. Aku pun terus menguping pembicaraan itu.
"Tangan kiri itu untuk cebok...."
Aku mulai geli mendengar kata cebok.
"Atau mungkin kamu cebok pakai tangan kanan...Iya?.."cecarnya lagi.
Aku hampir tidak dapat menahan tawa karena mendengar rasa ingin tahu si officer tentang proses cebok-mencebok si anak muda.
"Tidak pak..." jawab si anak muda yang makin ketakutan.
"Makanya,..kalau ngasih sesuatu pake tangan kanan.." bentak si officer.
"Iya pak,..terima kasih pak..." sianak muda cepat-cepat berlalu.

Akhirnya tiba giliranku. Dengan hati-hati aku menaruh map kehadapannya dengan menggunakan kedua belah tanganku. Sempat deg-degan juga sih. Bayangkan seandainya dia menuduhku cebok dengan kedua belah tanganku...Hahahaha....

Lalu semuanya berjalan dengan lancar. Tidak sampai satu jam kemudian aku telah mengantongi STNK yang baru. Sambil bernyanyi riang aku menuju ke parkiran. Eh,...ditengah jalan ketemu uang lagi...lumayan...rejeki memang tidak kemana-mana....Setelah mempertimbangkan dengan sangat matang (maksudnya apakah uang ini akan aku nikmati sendiri atau akan dibagi-bagi,..halah,..)akhirnya aku putuskan untuk mentraktir anak-anak.

kring...kring...

"Halo, Ipaabong, selamat pagi..."

"Halo,..pagi,...Bad, bilang sama anak-anak hari ini jangan beli nasi. Ibu yang traktir..."

Dan siang itu kami bersepuluh,
...makan nasi Padang....
...nyam...nyam...

Friday, April 18, 2008

Dear Mr.President part 2

Aku tertawa geli ketika membaca sebuah berita yang menceritakan tentang kemarahan Pak Presiden yang tidak dapat dibendung lagi pada saat melihat salah seorang pendengar pidatonya tertidur dengan pulas. Kalau tidak salah saat itu Presiden sedang memberikan pidato dalam rangka pelantikan para peserta diklat di Lemhanas angkatan... (lupa..)dari institusi...(mana?..lupa juga...maaf). Tapi kalau inti ceritanya aku ingat persis.

Kejadian menggelikan itu tepatnya seperti ini:
Kala itu Presiden sedang menyampaikan pidatonya, ketika salah seorang peserta tertidur. Presiden menegur yang bersangkutan tetapi ya namanya orang lagi tidur, mana dia bisa dengar. Lalu Presiden pun memerintahkan orang yang duduk disebelah sipenidur, untuk segera membangunkannya. Dengan penuh emosi Presiden mengucapkan kata, "Calon pemimpin kok seperti itu. Bagaimana bisa mendengarkan suara rakyat kalau seperti itu. Orang ini tidak usah diluluskan saja..!" Dapat kita bayangkan seperti apa tampang penuh ketololan dan ketakutan diwajah si tukang tidur itu. Secara yang menegur seorang Presiden gitu loh..

Terlepas dari ancaman untuk tidak diluluskan, ternyata Muladi, direktur lemhanas bilang, ybs meskipun mendapat teguran keras tetapi tetap akan diluluskan. Mungkin saja ia menderita penyakit diabetes, atau kelelahan yang amat sangat, bela Muladi. Hahaha,..isnt't ironic? Yang salah pun tetap dibela. Eh,...tapi tunggu dulu...benarkah dia salah, mengingat sudah tiga kali Presiden berang terhadap tamu-tamunya yang tertidur saat mendengarkan pidatonya di Istana Negara.

Mendengarkan itu memang sulit. Kalau hanya sekedar mendengarkan saja tentu tidak sulit, tinggal buka telinga lebar-lebar. Tapi mendengarkan yang sesungguhnya membutuhkan pikiran dan konsentrasi. Dan itu semua tentu saja membutuhkan energi. Terus terang untuk mendengarkan pidato yang panjang dan bertele-tele akan menguras energi kita. Dan semua kelelahan ini akan bermuara pada suatu penyelesaian yaitu tidur.

Jika kejadian ini sampai terjadi berulang kali berarti ada sesuatu yang salah. Sudah selayaknya Presiden instropeksi diri. Apakah pidatonya sudah kadaluarsa, menjemukan, tidak berbobot atau cara penyampaiannya yang begitu-begitu saja. Atau semua orang memang sudah mulai amat sangat bosan padanya.

Sekarang kita selesai dengan perihal pidato. Aku ingin sedikit berkomentar tentang ulah tabloid Sambung Hati 9949 yang kemudian ditarik dari peredaran karena memuat rubrik kartun berjudul "Apa yang kau cari Palupi?" Disana digambarkan seorang perempuan gendut yang sedang naik sapu terbang dan seorang laki-laki uzur dan sakit-sakitan, yang pasti kita semua mengerti itu mewakili sosok Megawati dan Wiranto. Karena tabloid ini diterbitkan oleh orang-orang istana yang notabene adalah orang-orang SBY, maka olok-olok ini terasa amat kekanakan. Apakah sudah demikian putus asanya mereka sehingga harus menerbitkan sesuatu lelucon untuk lawan politik dengan cara yang tergolong pengecut.

Lihatlah bagaimana kampanye Wiranto yang mengedepankan pengentasan kemiskinan dan Prabowo yang ingin memperbaiki nasib para petani. Mereka benar-benar menawarkan sebuah subtansi, bukan hanya sekedar jualan citra. Ini baru "jantan" namanya.

Jadi sekali lagi, cukup sudah aktifitas jamuan rutin berupa makan siang dan ramah tamah setiap selesai shalat jum'at dengan mengundang para tokoh dari daerah dan pusat. Seperti yang terjadi pada jum'at ini yang merupakan jamuan keempat, yang kebagian diundang adalah para tokoh perempuan. Dalam setiap ramah tamah presiden menyampaikan apa-apa yang telah diusahakan dan dicapai selama kepemimpinannya. Yah,..hitung-hitung kampanye sedikit-sedikit lah. Mumpung masih punya fasilitas istana toh,..

...Ah,..inge, kalau seandainya inge yang diundang ke istana pasti ceritanya tidak akan seperti ini kan?...

...He...eh,..iya juga ya? Mungkin cerita tidak akan seperti ini ya? Hihihi,...kelakuan ya,...

Thursday, April 17, 2008

Ketiban bulan,..kejatuhan bintang,..

Ini sebuah kejadian nyata yang terjadi minggu lalu. Semua tokoh adalah nyata dan benar adanya.

Sudah hampir tiga minggu aku tidak mampir ke percetakan. Terakhir kesana pada awal bulan dalam rangka menjalankan kewajiban membayar gaji karyawan. Itu tanggal satu di bulan april. Tanggal dua dan seterusnya benar-benar aku tidak pernah menampakkan batang hidung. Sampai-sampai ada salah seorang karyawanku yang memberanikan diri untuk bertanya pada suamiku apakah aku sedang sakit. Dan dengan konyolnya suamiku mengiyakan. Katanya aku memang sedang sakit, lumayan parah, nama penyakitnya : sakit malas!
Ternyata, meskipun tampang pas-pasan, karena tidak mau dibilang jelek, aku masih tetap dirindukan oleh para karyawanku. Duh,..aku jadi agak terharu.

Dua minggu tidak hadir ternyata membuat aku ketinggalan berita yang paling panas. Dan suamiku yang menggelindingkan bola panas gosip itu kerumah. "Si Yono bener-bener ketiban bulan, kejatuhan bintang dan diserempet matahari...!"katanya dengan menggebu-gebu.
Lho,..lho,..apa-apaan ini? Maksudnya si yono sekarang "mecedel" dan masuk ICU karena melepuh diserempet matahari?...kataku penasaran. Bukan...bukan itu,...kata suamiku

Ceritanya begini,:
Salah seorang karyawanku yang bernama Yayat, punya sepupu yang akan segera menikah, sebut saja namanya Bunga.(dih,..kok kayak berita dikoran aja, pakai nama samaran segala..) Semua perlengkapan untuk acara pernikahan telah dipersiapkan. Mulai dari undangan yang telah disebar, menyewa pelaminan dan tenda, pemesanan hidangan untuk para undangan, hingga menghubungi penghulu yang akan melakukan prosesi akad nikah. Semua telah terencana dengan matang dan sempurna, hingga pada H-3 terjadilah kejadian yang tidak diduga. Sang calon pengantin pria tiba-tiba menghilang. Konon menurut ceritanya dia menggelapkan 13 unit sepeda motor milik perusahaan tempatnya bekerja. Bukan hanya pihak pengantin perempuan yang mencari-carinya tetapi juga pihak kepolisian. Bayangkan betapa paniknya keluarga Bunga.

Yayat, sebagai kakak sepupu mencoba mencarikan jalan keluar dengan meminta bantuan pada salah seorang teman ditempatnya bekerja, yang nota bene adalah karyawanku juga. Tersebutlah Yono yang menjadi tempat curhat Yayat. Mendengar kisah Yayat, Yono pun jatuh iba. Dengan berlagak seperti pahlawan kesiangan, Yono bersedia untuk menggantikan si pengantin laki-laki bodong itu, untuk duduk dipelaminan. Tapi dengan syarat hanya duduk dipelaminan saja. Tidak untuk akad nikah. Akhirnya H-2 Yono pun dipertemukan dengan orang tua Bunga dan Bunga. Dalam pertemuan itu mereka berharap semoga ada ada perjodohan yang sesungguhnya pada akhirnya. Maksudnya,...mungkin cinta akan datang belakangan dan mereka akan menjadi pasangan suami istri yang sesungguhnya.

Wah,...wah,...wah...ini kok kayak cerita di pilem-pilem ya?..Pada saat suamiku menceritakan kejadian ini aku benar-benar tidak sabar dengan kelanjutan kisah ini. Tapi itu berarti aku harus menunggu keesokan harinya. Karena jam demi jam yang berlalu merupakan detik-detik bersejarah dalam kehidupan Yono. Dalam tempo 36 jam tanpa melalui proses pacaran tiba-tiba sudah tersedia pelaminan dan calon pengantin berusia 17 tahun untuknya. Cantik pulak. Kalau boleh jujur Yono dan Bunga seperti Beauty and The Beast secara tampang Yono yang sulit untuk di kategorikan sebagai lelaki tampan. Ehem,..

Keesokan harinya ketika H-1 yang berarti 24 jam sebelum acara, Yono datang kerumah kami. Dia meminta nasehat dan wejangan dari kami berdua yang telah dianggapnya sebagai orang tuanya. Pembicaraan yang pada awalnya kami tanggapi dengan santai berubah menjadi sangat serius karena kami tidak tega melihat tampang Yono yang tegang sekaligus bingung. Dan mulailah aku dan suamiku menerangkan tentang konsep perkawinan, bahwa pernikahan itu bukan hal yang sederhana seperti yang dikiranya, bahwa begitu banyak kemungkinan bisa terjadi. Dan yang paling kami tekankan padanya adalah : apa pun keputusan yang telah dipilih, pilihan itu tidak akan pernah disesali seumur hidupnya. Jadilah lelaki sejati, pesan suamiku.

Yono pun manggut-manggut. Entah maksudnya benar-benar mengerti, agak mengerti, atau kurang mengerti, hanya dialah yang tahu. Tidak lama kemudian dia pun berpamitan. Aku dan suamiku hanya saling berpandangan,...lalu berpegangan tangan...heh,maksudnya apa, coba?!
..Hehehe...maksudnya ya, kami mendoakan semoga Yono berhasil. Gitu lho..!

Beberapa jam kemudian kami mendapat berita bahwa Yono mengundurkan diri untuk menjadi mempelai pria karena pihak keluarga Bunga terus berusaha mendesak Yono untuk melakukan akad nikah. Karena tidak adanya kesepakatan maka akhirnya dibatalkan. Kepanikan yang melanda keluarga Bunga semakin menjadi-jadi karena tenggat waktu yang semakin sempit. Bisik-bisik sudah mulai disana-sini. Bahkan para pemasang tenda ikut ambil bagian dalam rumpian ini. Hingga akhirnya salah seorang dari karyawan penyewaan tenda itu mendengar dan menawarkan dirinya sebagai calon pengantin pria. Setelah pertemuan singkat antara calon penganti laki-laki dengan calon pengantin perempuan, termasuk mendatangkan orang tua si calon pengantin laki-laki dadakan, maka acara perkawinan akan dilangsungkan dalam waktu 12 jam kedepan. Masalah terpecahkan. Everybody happy. Begitu sederhananya...ck...ck...ck...

Tinggal aku yang terlongo-longo. Kok ya kawin atau nikah ternyata semudah itu. Apa tidak lebih baik jika mengirimkan kepada para undangan sebuah surat pemberitahuan pembatalan pernikahan daripada melakukan aksi asal comot begitu. Ini yang kawin orang apa kucing, sih? Aku benar-benar tidak habis pikir.

Lha, terus si Yono gimana nasibnya? Menurutku definisi yang tepat untuknya saat ini adalah : (...Setelah melalui proses ketiban bulan, kejatuhan bintang, dan diserempet matahari....) "Yono lebih baik mengungsi ke Mars..."