Wednesday, April 23, 2008

Tangan kiri

Pagi-pagi, seperti biasanya sudah siap untuk mobile. Tapi reminder di hp berbunyi. Ternyata hari ini hari terakhir untuk batas pembayaran pajak mobil. Setelah memasukkan berkas-berkas yang diperlukan ke dalam tas maka meluncurlah aku ke Samsat Tangerang. Jadi peran hari ini judulnya "Menjadi calo perpanjang STNK"

Ini untuk yang kedua kalinya aku mengurus sendiri pembayaran pajak mobil. Setahun yang lalu aku bahkan melakukan semua perpanjangan STNK sekaligus perpanjangan plat nomor mobil yang telah melewati masa lima tahun. Kalau ditahun lalu aku bertanya kesana kemari dengan wajah bloon, maka kali ini semuanya berubah 180 derajat. Dengan penuh rasa percaya diri dan sedikit petentang-petenteng aku berjalan melewati pelataran parkir menuju kedalam kantor samsat. Maksudnya agak sombong sedikit, kan sudah yang kedua kali, jadi sudah familiar dong men...

Sebelum masuk aku menyempatkan diri untuk membeli sebuah map yang menjadi syarat wajib. Dijual hanya ditempat fotocopy yang juga merangkap koperasi karyawan. Map terdiri atas 2 warna. Merah untuk kendaraan roda 4 dan hijau untuk kendaraan roda 2. Setelah memasukkan semua copian berkas-berkas kedalam map aku pun melangkah dengan tegap kedalam ruangan pelayanan samsat. Seorang petugas mencegat ketika aku akan masuk.
Katanya, "Maaf mbak,...kalau mau mendaftar jadi polisi bukan disini tempatnya,..."
Kataku, "Iiih,...bapak sembarangan,..kata siapa saya mau mendaftar menjadi polisi. Wong saya cuma mau membayar pajak kendaraan,..
Katanya, "Lho,..saya kira mbak mau daftar jadi polisi, soalnya jalan kok kayak orang sedang latihan baris berbaris...."
Kataku, "Lha,..saya ini orangnya gampang beradaptasi pak. Kalau masuk kekantor polisi saya jalannya tegap begini, kalau masuk salon saya jalannya lemah gemulai, kalau masuk bangsal 13 saya jalannya ngesot...gitu lho pak...."
Akhirnya si Bapak itu segara berlalu dari hadapan saya. Entah karena malas berhadapan dengan orang setengah gila atau tiba-tiba terbayang wajah suster ngesot. Yang jelas aku mulai mengambil nomor antrian dan masuk kedalam barisan orang-orang yang sedang menunggu.

Karena hari masih agak pagi, antriannya belum terlalu panjang. Aku maju ke counter berbarengan dengan 2 orang pria. Sepertinya untuk memperpendek waktu kami dilayani secara berkelompok yang terdiri atas 3 orang. Kebetulan yang bersama denganku adalah seorang bapak dengan anak perempuannya yang masih balita, dan seorang pemuda. Ketika proses si Bapak berlangsung, semua berjalan dengan mulus-mulus saja. Berbeda dengan yang si pemuda. Ketika dia menyodorkan berkas, mungkin tanpa sengaja dia menyodorkan dengan tangan kiri. Si officer marah dan lansung menyemprot tuh anak muda.
"Tangan kananmu kenapa?" tanyanya...
Si anak muda bingung,...lalu..
"Tidak kenapa-napa pak,..."
"Kenapa kamu ngasih pakai tangan kiri?"
"Maaf...,pak..."
"Tangan kiri itu tidak sopan. Kamu tahu tidak..."
"Iya pak,...maaf..."
"Saya ini orang jawa, saya tahu sopan santun. Memangnya kamu tidak pernah diajar sopan santun sama orang tuamu?"..
Si anak muda mulai gugup dan salah tingkah. Aku pun terus menguping pembicaraan itu.
"Tangan kiri itu untuk cebok...."
Aku mulai geli mendengar kata cebok.
"Atau mungkin kamu cebok pakai tangan kanan...Iya?.."cecarnya lagi.
Aku hampir tidak dapat menahan tawa karena mendengar rasa ingin tahu si officer tentang proses cebok-mencebok si anak muda.
"Tidak pak..." jawab si anak muda yang makin ketakutan.
"Makanya,..kalau ngasih sesuatu pake tangan kanan.." bentak si officer.
"Iya pak,..terima kasih pak..." sianak muda cepat-cepat berlalu.

Akhirnya tiba giliranku. Dengan hati-hati aku menaruh map kehadapannya dengan menggunakan kedua belah tanganku. Sempat deg-degan juga sih. Bayangkan seandainya dia menuduhku cebok dengan kedua belah tanganku...Hahahaha....

Lalu semuanya berjalan dengan lancar. Tidak sampai satu jam kemudian aku telah mengantongi STNK yang baru. Sambil bernyanyi riang aku menuju ke parkiran. Eh,...ditengah jalan ketemu uang lagi...lumayan...rejeki memang tidak kemana-mana....Setelah mempertimbangkan dengan sangat matang (maksudnya apakah uang ini akan aku nikmati sendiri atau akan dibagi-bagi,..halah,..)akhirnya aku putuskan untuk mentraktir anak-anak.

kring...kring...

"Halo, Ipaabong, selamat pagi..."

"Halo,..pagi,...Bad, bilang sama anak-anak hari ini jangan beli nasi. Ibu yang traktir..."

Dan siang itu kami bersepuluh,
...makan nasi Padang....
...nyam...nyam...

No comments: