Friday, April 18, 2008

Dear Mr.President part 2

Aku tertawa geli ketika membaca sebuah berita yang menceritakan tentang kemarahan Pak Presiden yang tidak dapat dibendung lagi pada saat melihat salah seorang pendengar pidatonya tertidur dengan pulas. Kalau tidak salah saat itu Presiden sedang memberikan pidato dalam rangka pelantikan para peserta diklat di Lemhanas angkatan... (lupa..)dari institusi...(mana?..lupa juga...maaf). Tapi kalau inti ceritanya aku ingat persis.

Kejadian menggelikan itu tepatnya seperti ini:
Kala itu Presiden sedang menyampaikan pidatonya, ketika salah seorang peserta tertidur. Presiden menegur yang bersangkutan tetapi ya namanya orang lagi tidur, mana dia bisa dengar. Lalu Presiden pun memerintahkan orang yang duduk disebelah sipenidur, untuk segera membangunkannya. Dengan penuh emosi Presiden mengucapkan kata, "Calon pemimpin kok seperti itu. Bagaimana bisa mendengarkan suara rakyat kalau seperti itu. Orang ini tidak usah diluluskan saja..!" Dapat kita bayangkan seperti apa tampang penuh ketololan dan ketakutan diwajah si tukang tidur itu. Secara yang menegur seorang Presiden gitu loh..

Terlepas dari ancaman untuk tidak diluluskan, ternyata Muladi, direktur lemhanas bilang, ybs meskipun mendapat teguran keras tetapi tetap akan diluluskan. Mungkin saja ia menderita penyakit diabetes, atau kelelahan yang amat sangat, bela Muladi. Hahaha,..isnt't ironic? Yang salah pun tetap dibela. Eh,...tapi tunggu dulu...benarkah dia salah, mengingat sudah tiga kali Presiden berang terhadap tamu-tamunya yang tertidur saat mendengarkan pidatonya di Istana Negara.

Mendengarkan itu memang sulit. Kalau hanya sekedar mendengarkan saja tentu tidak sulit, tinggal buka telinga lebar-lebar. Tapi mendengarkan yang sesungguhnya membutuhkan pikiran dan konsentrasi. Dan itu semua tentu saja membutuhkan energi. Terus terang untuk mendengarkan pidato yang panjang dan bertele-tele akan menguras energi kita. Dan semua kelelahan ini akan bermuara pada suatu penyelesaian yaitu tidur.

Jika kejadian ini sampai terjadi berulang kali berarti ada sesuatu yang salah. Sudah selayaknya Presiden instropeksi diri. Apakah pidatonya sudah kadaluarsa, menjemukan, tidak berbobot atau cara penyampaiannya yang begitu-begitu saja. Atau semua orang memang sudah mulai amat sangat bosan padanya.

Sekarang kita selesai dengan perihal pidato. Aku ingin sedikit berkomentar tentang ulah tabloid Sambung Hati 9949 yang kemudian ditarik dari peredaran karena memuat rubrik kartun berjudul "Apa yang kau cari Palupi?" Disana digambarkan seorang perempuan gendut yang sedang naik sapu terbang dan seorang laki-laki uzur dan sakit-sakitan, yang pasti kita semua mengerti itu mewakili sosok Megawati dan Wiranto. Karena tabloid ini diterbitkan oleh orang-orang istana yang notabene adalah orang-orang SBY, maka olok-olok ini terasa amat kekanakan. Apakah sudah demikian putus asanya mereka sehingga harus menerbitkan sesuatu lelucon untuk lawan politik dengan cara yang tergolong pengecut.

Lihatlah bagaimana kampanye Wiranto yang mengedepankan pengentasan kemiskinan dan Prabowo yang ingin memperbaiki nasib para petani. Mereka benar-benar menawarkan sebuah subtansi, bukan hanya sekedar jualan citra. Ini baru "jantan" namanya.

Jadi sekali lagi, cukup sudah aktifitas jamuan rutin berupa makan siang dan ramah tamah setiap selesai shalat jum'at dengan mengundang para tokoh dari daerah dan pusat. Seperti yang terjadi pada jum'at ini yang merupakan jamuan keempat, yang kebagian diundang adalah para tokoh perempuan. Dalam setiap ramah tamah presiden menyampaikan apa-apa yang telah diusahakan dan dicapai selama kepemimpinannya. Yah,..hitung-hitung kampanye sedikit-sedikit lah. Mumpung masih punya fasilitas istana toh,..

...Ah,..inge, kalau seandainya inge yang diundang ke istana pasti ceritanya tidak akan seperti ini kan?...

...He...eh,..iya juga ya? Mungkin cerita tidak akan seperti ini ya? Hihihi,...kelakuan ya,...

3 comments:

AgungKenconoPriyanto said...

:Tidur" pekerjaan yang paling enak dan anugrah, bagaimana tidak , saat kita tertidur, semua serba hilang, :hutang, kewajiban atau apa saja yang membebani hidup ,hilang saat kita "TIDUR".

lalu, kenapa tidur di persalahkan,toh tidur tidak mengganggu orang lain, disebelahnya sekalipun !.( Kalo tidak ngorok )

saat presiden berpidato, audiencenya/pendengarnya tertidur, jadi , siapa yang salah.materinya yang tidak menarik atau memang pendengarnya merasa bosan.

bila ada orang berbicara di depan kita , lalu kita tertidur, apa pendapat anda...?

yang jelas , bila seseorang tertidur di depan orang yang sedang berbicara ,maka orang yang berbicara dianggap tidak berbobot hingga bisa jatuh tertidur.

Miss de Saire said...

kalo menurutku mba, zaman sekarang ini, mo siapapun juga presidennya (jelek, baik, ganteng, tolol), PASTI semua peserta rapat yg notabene katanya sebagai wakil rakyat itu, tidur!
sapa yg salah? presiden? Mungkin. Orang yg menuliskan pidato, sangat mungkin!
tapi yang paling salah dan paling goblok itu para anggota dewan/peserta/undangan itu sendiri! keliatankan prilaku mereka yg nggak tau diri dan ga tau etika?!? kalo ngga punya prilaku yang baik, yah jangan maksa mo jadi dewan rakyat atuuh..gimana negara mo beres kalo taunya cuma tidur. dan yg pasti, kelakuan ini artinya nggak bisa menghargai orang yg lain yg sedang bicara. Bah!
hehehehe piss mba =)

Ingerosalina said...

to agung;
Ini kok malah ngebahas masalah tidur lebih dalem lagi, siy?...
hihihi,..just kidding hon...

to soraya;
Memang benar semua yang duduk2 dan ongkang2 kaki tapi duitnya banyak itu tidak ada yang becus,Ya,..
dan seperti yang kita tahu mereka semua juga orang yang tidak bisa menghargai siapapun termasuk dirinya sendiri. Cuma yang mengherankan adalah mengapa pidato JK yang tanpa teks itu tidak pernah membosankan bahkan orang selalu tertawa dengan jokes yang dilontarkannya. Hehehe juga,...dan damai dibumi..