Ini cerita tentang kebodohanku dalam pergaulan. Kalau kemarin aku berniat untuk memulai semuanya dari nol, itu sudah sangat benar. Karena beberapa hari lalu aku semakin menyadari betapa bodohnya aku dalam hal pertemanan.
Aku serius ingin berubah. Makanya aku mendaftar pada sebuah kursus yang diselenggarakan oleh tabloid Sedap. Harapanku disamping aku mendapat ilmu dalam bidang kulinari aku juga bisa mendapatkan beberapa teman baru yang mungkin satu hobbi. Dan hari Kamis kemarin aku pun terdampar diantara ibu-ibu yang serius mendengarkan dan memperhatikan demo pembuatan mie warna-warni dan nasi bakar. Waktu kursus yang berlangsung selama 3 jam memang terlewati dengan sempurna. Tapi berapa teman baru yang kudapat? Hanya dua. Yang pertama yang duduk di sebelah kiriku dan kedua yang duduk di sebelah kananku. Well,...aku pikir ini cukuplah daripada tidak mendapatkan teman sama sekali.
Keesokan harinya aku kembali datang kesana untuk mengikuti jenis kursus yang berbeda. Ternyata aku datang kepagian. Aku mengira acara dimulai pada pukul 9 sehingga aku sudah berangkat sejak pukul 8 pagi. Tapi sesampainya disana aku mendapati acara dimulai pada pukul 10. Jadi masih satu jam menunggu. Setelah mengambil tempat didepan aku memutuskan untuk jalan-jalan sebentar kebawah karena kebetulan ada bazaar yang diselenggarakan oleh Gramedia Majalah.
Setelah berkeliling dan membeli beberapa barang yang tidak terlalu penting, aku pun kembali menuju ke ruangan kursus. Jam 10 kurang seperempat aku masuk dan mulai panik ketika melihat ruangan yang tiba-tiba menjadi penuh. Aku melihat kearah kursi yang telah aku pilih tadi perasaan was-was. Benar saja. Kursi itu sudah ditempati orang. Kotak pinsil beserta beberapa berkas fotokopian yang telah aku tinggalkan sebelumnya telah bergeser keujung meja. Aku mulai gugup.
Akupun bertanya siapa yang telah menggeser tempat pinsilku. Aku juga katakan bahwa aku datang sudah dari pagi, karena panitia mengatakan tidak apa-apa jika ingin melihat bazaar dulu makanya aku berani meninggalkan kursiku. Tapi tidak ada yang mengaku memindahkan kotak pinsil itu. Aku rasanya kesaaal sekali. Kemudian aku melihat seorang anak kecil duduk diantara ibu-ibu itu. Lalu aku pun bertanya dia siapa. Salah seorang ibu mengatakan bahwa itu anaknya. Lalu aku bertanya apakah dia membayar. Dijawab tidak. Aku langsung emosi. Kalau tidak bayar berarti dia tidak berhak untuk duduk disana. Saya yang lebih berhak, kataku. Kalau ibu ingin mendudukkan anak ibu silahkan ambil kursi yang lain..kataku lagi dengan judesnya. Si Ibu pun perlahan-lahan bergeser duduknya dan kemudian sibuk mencarikan kursi untuk anaknya.
Aku kemudian menghempaskan bokongku dengan keras dan duduk dengan sedikit memunggunginya. Rasanya aku sebal sekali pada Ibu itu.
Kemudian acara pun dimulai. Karena acaranya menyangkut "beauty" dan topik yang dibahas adalah senyum, lama-lama aku merasa tersindir dengan omongan sang pembicara. Apalagi ketika kita diharuskan untuk mempraktekkan cara berkenalan dengan tersenyum pada orang yang duduk disebelah. Mau tidak mau akhirnya aku ber interaksi dengan si Ibu yang aku sebelin tadi. Dan akhirnya dari senyum dan saling celetuk pelan-pelan kami pun mulai akrab. Ternyata Etti, nama Ibu itu adalah orang yang meyenangkan. Menyadari sikapku yang tadi agak menyebalkan, aku pun segera meminta maaf padanya. "Etti, maaf ya kalau tadi aku agak kasar dan menyebalkan..." Dan Etti pun dengan tulusnya mengatakan,"Oh,..nggak apa-apa, saya juga minta maaf karena tadi sudah menduduki kursi inge. Abis saya nggak tau,.."
Duh,...rasanya anyeees....banget. Aku pun semakin menyadari kekuatan kata maaf saat itu. Bahwa permintaan maaf yang diungkapkan dengan tulus dan dibalas dengan penerimaan maaf yang tulus juga rasanya sangat indah. Seperti yang barusan saja terjadi antara aku dengan Etti. Dalam sekejap kami segera larut dalam obrolan tentang keluarga, anak, hobbi dan lain-lain. Kami merasa saling cocok dan setelah saling menukar nomor telfon kami berjanji untuk saling kontak dan janjian untuk kursus-kursus berikutnya.
Jadi kesimpulannya,...untuk semua teman-temanku yang mungkin pernah merasa tersinggung dengan kata-kataku,"....maafin aku ya,....." Mudah-mudahan kedepan aku akan lebih baik lagi dan lebih berhati-hati lagi dalam bertutur....
No comments:
Post a Comment