Kesibukan benar-benar telah membetotku hari-hari terakhir ini. Inginnya sih setiap malam bisa menuliskan sesuatu diblog meskipun hanya tulisan ngaco. Tapi apa daya, aku benar-benar terjepit oleh waktu.
Ini sedikit cerita tentang keterkejutanku yang bukan kepalang di suatu pagi. Hari adalah hari selasa tanggal 13 mei 2008. Tanggal 13 ya. Cateeet…!
Kebetulan sudah dua hari ini aku jadi karyawan bengkel karena satu-satunya karyawan perempuan yang biasanya mengurusi administrasi sedang sakit. Ketika sedang melongo-longo dan agak bego-bego sedikit karena udara bengkel yang panas , tiba-tiba datang salah seorang karyawanku yang di percetakan. Sebut saja namanya Ompong. Sudah dua hari ini Ompong absent dengan alasan sedang sakit. Dari kejauhan aku melihatnya membawa sebuah gulungan kertas. Ketika sampai didepanku dia mengatakan bahwa ingin menyampaikan sesuatu kepadaku tetapi secara pribadi. Aku pun menyetujui dan segera mengajaknya untuk memasuki ruangan kantor yang berada dilantai dua.
Sambil menaiki tangga aku mulai menebak-nebak pasti dia ingin memberikan surat keterangan dari dokter yang menyatakan bahwa yang bersangkutan membutuhkan istirahat selama beberapa hari. Pokoknya lebih kurang seperti itulah, pikirku. Sungguh sebuah pikiran yang sok tahu..sangat-sangat sok tahu...
Sesampainya diruangan aku mempersilakan ia untuk duduk dan menjelaskan maksud dan tujuan dari kedatangannya. Lalu dia mengatakan bahwa dia ingin mengundurkan diri. Terus terang saja aku kaget tapi aku tidak menampakkan ekspresi terkejut dihadapannya. Dengan tenang aku menanyakan alasan pengunduran dirinya. Dia mengatakan bahwa dia ingin mencari pengalaman kerja ditempat lain. Dan saat ini sudah diterima disebuah pabrik sepatu. Sempat aku pertanyakan ketidak hadirannya akhir-akhir ini apakah karena sedang dalam proses pelamaran kerjanya, dan ternyata dia membenarkan. Tanpa banyak basa basi aku segera menanda tangani surat pengunduran diri yang sudah dipersiapkan olehnya. Dan sambil menjabat tangannya aku mengucapkan selamat dan semoga sukses ditempat yang baru. Lalu diapun segera berlalu dari hadapanku.
Bagaimana keadaanku? Jengkel? Pasti! Dengan seenak udelnya menyodorkan surat pengunduran diri yang saat itu juga harus aku tandatangani. Kaget? Ya iya lah bo’. Tidak ada angin tidak ada hujan tahu-tahu minta berhenti. Perasaan gaji sudah diatas UMR, bahkan uang lembur dan gaji selalu dibayar tepat pada waktunya. Setahun sekali pasti ada acara jalan-jalan bersama keluarga dalam rangka ulang tahun Ipa Abong. Apa lagi?
Wait,…wait,…jangan ucapkan “Apalagi..?”wahai inge. Begini ya,…
Kembali lagi ke hakikat semula bahwa bahagia itu bisa dimana saja. Mungkin selama ini dia merasa kurang bahagia karena aku selalu cerewet dengan angka ketidakhadirannya dan selalu menanyakan mengapa dia absent dengan tidak memberikan kabar padahal jarak rumahnya begitu dekat bahkan dia juga memiliki telepon genggam yang bisa menghubungi kantor kapan saja termasuk melalui sms. Atau dia tidak bahagia ketika aku memergokinya sedang mengerjakan pekerjaan yang diluar pekerjaan kantor alias ngobyek sehingga akhirnya membolos dari jam kerja. Atau dia semakin tidak bahagia ketika aku menegurnya secara langsung dan mengultimatum agar memilih antara bekerja sendiri atau bekerja di Ipa Abong. Dan untuk menggapai rasa bahagianya itu maka dia memilih untuk keluar dari Ipa Abong. Mestinya sih aku sudah memiliki cukup tanda-tanda tapi tetap saja aku merasa kaget. Apalagi dalam beberapa kesempatan rapat karyawan aku cukup sering mengatakan kepada seluruh karyawanku bahwa bekerja itu tidak untuk dipaksa. Kalau tidak suka silahkan angkat kaki. Jadi semestinya aku sudah siap dengan kondisi ini.
Satu peer besar telah menunggu dan aku harus segera menemukan jalan keluarnya. Aku yakin semuanya akan segera bisa teratasi.
Tapi, tetap saja aku merasa BETE dan merasa tanggal 13 ini SIAL BANGET
No comments:
Post a Comment