Sunday, May 25, 2008

BEDOL DESA

Istilah bedol desa dulu sempat ngetop pada jaman orde baru. Salah satunya adalah pada kasus waduk Kedungombo kalau tidak salah. Bedol desa itu sendiri maksudnya adalah memindahkan seluruh penduduk desa karena karena kasus tertentu, misalnya saja desa yang tadinya dihuni itu akan ditenggelamkan karena pembangunan sebuah waduk. Contohnya ya waduk kedungombo itu. Contohnya lagi seperti diperbatasan Riau-Sumatera Barat yaitu PLTA Koto Panjang.

Tapi ternyata istilah ini tidak hanya untuk kejadian dramatis seperti diatas. Karena istilah bedol desa juga berlaku dalam dunia usaha. Misalnya saja pindahnya karyawan secara serempak kesebuah perusahaan lain, atau orang yang akan mendirikan perusahaan atau usaha yang memilih untuk membajak hampir semua karyawan dari perusahaan lain yang usahanya sejenis. Pokoknya intinya begini deh,…pindahnya karyawan secara bersamaan ke sebuah perusahaan lain.

Nah,…ini yang sekarang sedang melanda IPA ABONG ,…

Suatu hari ketika aku sedang mendiskusikan masalah pekerjaan dengan salah seorang karyawan perempuan. Setelang rampung tiba-tiba dia meminta maaf kepadaku. Terus terang aku bingung, puasa belum lebaran apalagi, kok udah ada acara maaf-maafan yak? Eh,..ternyata dia minta maaf karena selama ini merahasiakan sesuatu tetapi ada akhirnya dia tidak sanggup untuk menyimpang rahasia itu terus. Dan mengalirlah cerita dari bibir yang bergincu itu tentang kesepakatan yang sedang dibuat antara beberapa orang karyawanku dengan seorang pengusaha baru yang akan merintis usaha dibidang percetakan. Hanya tinggal menunggu datangnya mesin-mesin yang telah dipesan dan itu berarti lebih kurang satu atau dua bulan kedepan. Jadi dua orang operator mesin dan seorang seorang marketing sudah setuju untuk bergabung dengan sang pengusaha baru itu.

Didalam hari aku benar-benar bergejolak. Antara marah, kesal dan sedih semua berkecamuk menjadi satu. Tapi sedikitpun aku tidak memperlihatkan emosi dihadapannya. Aku bilang, “ Kalau benar seseorang memutuskan untuk pindah, saya tidak bisa melarangnya. Ini negara merdeka dan saya tidak bisa memaksa orang untuk harus ikut dengan saya atau tidak. Semua tergantung pada keputusan masing-masing. Apalagi jika kepindahan itu memberikan jaminan bahwa keadaannya akan lebih baik dari sekarang, saya malah ikut senang dan bangga.”

Karyawanku itu terlihat agak kaget. Mungkin dia tidak menyangka reaksi akan setenang itu, tapi seandainya saja dia bisa mendengar detak jantungku yang semakin cepat dan telapak tanganku yang mulai berkeringat,…..
Lalu dia berkata, “Tapi setidaknya cobalah dulu berbicara dengan mereka.”
Jawabku, “Oh, pasti. Itu pasti akan saya lakukan. Bahkan hari ini juga saya akan berbicara langsung dengan mereka.”
Tidak lama kemudan aku kembali keruanganku. Setengah bego dan masih termangu. APA YANG HARUS ENGKAU LAKUKAN, INGE…???????!!!!!!.....

Seperti biasa langkah pertama aku langsung menghubungi suamiku dan menceritakan semuanya dengan berapi-api. Saking berapi-apinya ada yang menetes dari telfon itu. Awalnya aku mengira telfonku meleleh, tapi ternyata aku yang ngomong sampai ngences-ngences. Hahaha,…

Setelah mendapatkan beberapa pengarahan dari mentor-ku itu, aku pun mulai memanggil mereka satu persatu. Mula-mula yang paling senior datang menghadap. Aku mulai bertanya apakah benar rumor yang beredar yang mengatakan bahwa dia akan segera mengundurkan diri. Lalu dia menjawab dengan setengah gugup,” Memang benar ada yang mengajak saya untuk bekerja ditempat lain, tapi saya masih belum memberikan keputusan apa-apa…” Aku pun berkata, “ Jika memang benar tidak apa-apa. Saya tidak akan menahan anda. Tapi beri saya waktu satu bulan untuk mengeset ulang dan mendapatkan operator pengganti. Tapi karena kita sudah lima tahun bersama-sama saya harap anda jujur untuk mengatakan sesuatu yang dirasakan mengganjal…” Dan dugaanku bahwa dibalik semua ini adalah uang, ternyata benar. Dia pun langsung curhat bahwa dengan tanggungan istri dan tiga anak ditambah dengan kenaikan harga BBM membuat dia tergiur dengan tawaran gaji yang dua kali lipat. Lalu aku segera menawarkan jalan keluar yang mungkin bisa dipertimbangkan. Bahwa aku akan berusaha untuk menaikkan pendapatannya tapi pasti tidak akan sampai dua kali lipat. Maka dia pun meminta waktu untuk memikirkannya lagi.

Tiba saatnya untuk orang yang kedua. Masih junior. Tapi dia sangat cerdas dan sangat berbakat. Jika diajari sesuatu dia cepat menerima dan tidak lama kemudian langsung bisa. Awalnya aku memang merekrut dia untuk dijadikan office boy. Tapi kemudian ketika dia diajarin dan ternyata mampu maka dia pun naik menjadi operator. Untuk effisiensi, maka urusan kebersihan kantor menjadi tanggung jawab bersama. Jadi semua karyawan mendapatkan jatah piket yang telah terjadwal. Dilakukan pada pagi hari sebelum mulai jam kantor dan pada sore hari setelah berakhir jam kantor. Sejak itu kami tidak membutuhkan office boy lagi. Nah,..untuk si junior ini terus terang aku ingin mempertahankannya karena dia potensial sekali. Ketika aku menanyakan apakah benar dia akan segera keluar, dia malah terlihat agak gelisah. Ketika aku bertanya apa yang menjadi ganjalannya selama bekerja disini, dia juga mengeluhkan masalah keuangan. Aku pun mengajukan solusi dengan memberikan tawaran. Aku akan menaikkan gajinya dan dia pun setuju untuk tetap bergabung dengan IPA ABONG. Alhamdullilah…

Untuk yang marketing aku tidak ingin menegosiasikan apapun. Karena memang sudah kodratnya marketing itu untuk bekerja pindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain. Kita tidak bisa mengharapkan seorang marketing untuk setia karena memang mereka akan selalu memilih siapa yang sanggup untuk membayarnya lebih besar lagi.

Pada akhirnya semua masalah terselesaikan dengan damai. Tidak ada pertumpahan darah apalagi pertumpahan airmata. Bahkan pada saat aku menuliskan naskah ini aku mendapatkan kepastian bahwa si operator senior memutuskan ingin tetap berkerja sama denganku termasuk juga si marketing. Problems solved. Masalah BEDOL DESA dapat teratasi. Tapi akan datang lagi masalah-malah baru bahkan tidak tertutup kemungkinan masalah yang sama akan datang lagi dikemudian hari.

Sumpah deh, kenaikan harga BBM benar-benar bikin nyeri kepala dan nyeri hati. Kalau rakyat kecil menjerit karena kenaikan harga bahan pokok, maka pengusaha kecil menjerit karena kenaikan harga bahan baku. Jika karyawan menuntut kenaikan gaji, pemilik sakit kepala memikirkan kenaikan gaji yang jika rata-rata kenaikan sebesar 20% dikalikan dengan jumlah karyawan,…ADOW…..KEPALA CENUT-CENUT…!

No comments: