Sabtu pagi mampir keruko dulu karena rencananya akan buka setengah hari. Semua karyawan masih libur. Aku pikir pekerjaan sederhana ini dapat aku lakukan sendiri. Toh hanya melayani konsumen yang akan memesan atau yang akan mengambil cetakan yang sudah jadi. Kegiatan operasional masih ditiadakan yang berarti a very-very long weekend for them. Setelah aku pikir masak-masak kenapa hanya mereka yang bisa menikmati masa liburan. Sementara aku mesti jaga gawang. Saatnya aku juga dong untuk aku jalan-jalan. Tapi enaknya kemana ya?...hm,...bagaimana kalau kita ke...."Masjid Kubah Emas"!..jreng..jreng...jreng...
Kemaren-kemaren waktu baru diresmikan dan dibuka untuk umum, aku dengan sinisnya berkata," Ih,..ngapain sih ikut-ikutan macet-macetin jalan cuma mau ngeliat kubah emasnya aja. Biasa aja lagi. Trus yang jalan-jalan begitu kan kerjaannya ibu-ibu majelis taklim..kalau nggak ya kerjaannya kakek nenek yang pengen jalan-jalan"...Astagfirullah al azim...jutek amat si inge..
Pada akhirnya aku kemakan ucapan sendiri deh...Makanya jangan asal omong, jadi kuwalat kan. Katanya enggan untuk ikut-ikutan tapi malah sabtu ini aku terdampar disana. Tepatnya sih mendamparkan diri kesana. Hihihi...
Mungkin karena liburan yang memang benar-benar panjang, perjalanan menuju kesana tidak terlalu macet. Atau bisa jadi aku juga yang datangnya agak kesorean. Agak aneh juga karena tidak ada sedikitpun petunjuk di jalan tentang lokasi Masjid ini sehingga aku harus berkali-kali berhenti untuk menanyakan jalan pada masyarakat setempat. Bahkan anakku yang kecil dengan polosnya berkata, "Aku dari tadi udah cariin tulisan Kubah Mas nggak ada. Yang ada malah tulisan Mas Kumis,..." Dasar si dedek. Nggak nyambung...!
Akhirnya setelah 1 jam perjalanan aku dan keluarga pun sampai di areal Masjid Kubah Mas. Kami memasuki pelataran parkir setengah jam sebelum masuknya waktu shalat Ashar. Ini berarti aku dapat mengikuti shalat Ashar secara berjamaah di masjid itu.
Memasuki pelataran masjid yang luas cukup membuat pangling. Mengapa? Aroma kemegahan begitu terasa. Bangunan didisain dengan ukuran yang besar dan dibagi atas4 bangunan utama. Bangunan itu terdiri atas : bangunan masjid, bangunan aula, bangunan tempat tinggal pemiliknya dan sebuah bangunan pendukung yang berisikan restoran, butik dan cafeteria. Pokoknya lebih kurang begitulah. Aku tidak begitu mengerti arsitektur. Jadi susah bagiku untuk mendeskripsikannya secara lebih terperinci.
Sebagai gambaran sederhana yang bisa aku sampaikan adalah sbb: Untuk interior masjid dan aula terasa mewah karena semua menggunakan marmer asli. Khusus untuk bangunan masjid, ruangan dengan lantai marmer dilapisi karpet. Ruangan juga terasa sejuk karena dilengkapi dengan pendingin udara (AC). Setiap lima menit, pengharum udara otomatis mengeluarkan aroma wangi. Bahkan sebuah lampu Kristal besar yang indah menjuntai dengan anggun tepat di tengah-tengah ruangan masjid. Terus terang aku begitu terkesima ketika berada disana.
Aku benar-benar merasa amat takjub. Bukan hanya pada bentuk dan arsitekturnya. Melainkan pada suatu hal dibalik itu. Aku terkejut, takjub dan salut pada seseorang yang berada dibalik pembangunan masjid ini. Orang itu bernama Dian al Mahri. Seorang pengusaha wanita asal Serang. Seorang perempuan. Sekali lagi, perempuan, lho... Aku benar-benar kagum pada seleranya akan keindahan. Tapi yang lebih aku kagumi lagi adalah kecintaanya kepada Allah yang diwujudkannya dengan kerelaan dan keikhlasnya untuk membelanjakan hartanya dijalan Allah. Subhannallah….Aku benar-benar merasa malu dan minder ketika menyorongkan uang 100 ribu kedalam kotak amal yang disediakan diluar masjid. Benar-benar sangat kecil dan nyaris tidak ada nilainya. Tidak sampai se-taik kuku dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan oleh Ibu Dian al Mahri. Mungkin Ibu Dian memang kaya, tapi aku yakin masih banyak orang yang lebih kaya lagi dibandingkan dengan beliau. Anggap saja Bambang Trihatmojo lebih kaya, atau entah siapa lagi lah namanya. Tapi, apakah Bambang Tri atau entah siapalah itu, rela membelanjakan uang dijalan ini? Belum tentu…
Aku juga sempat berdecak kagum melihat rumah tinggal “berkubah emas” sang pemilik yang masih berada satu areal dengan masjid. Hm,..what a perfect combination : Women and Gold…Dan pikiranku melayang-layang…melamun…kira-kira usahanya bergerak dibidang apa ya?...atau mungkin dia dinikahi oleh salah seorang raja minyak dari Saudi,...atau…Stop!...Cukup!... Hentikan semua lamunan yang mulai dirasuki syetan itu. Yang penting dia perempuan yang sangat kaya dan iklas membelanjakan hartanya dijalan Allah. Titik..!
Dihalaman masjid banyak tukang foto amatir yang menawarkan jasanya. Dengan berbekal kamera digital berbagai merek mereka menjanjikan proses yang cepat. Hanya dalam tempo 30 menit saja bisa membawa pulang foto keluarga maupun perorangan ukuran 10 R dengan latarbelakang bangunan masjid. Rasanya geli sendiri kalau melihat lagak para tukang foto itu. Lagunya sudah seperti Profesional Photographer saja...ck..ck..ck..
Well,...
Perjalanan yang aku anggap iseng-iseng belaka ternyata meninggalkan sesuatu didalam batinku.
Maafkanlah kalimat sok-sok-an yang dulu pernah aku lontarkan, “Itu kan cuma kerjaannya ibu-ibu majelis ta’lim atau kakek nenek yang pengen jalan-jalan….” …Hehehehe…..
Aku benar-benar merasa amat takjub. Bukan hanya pada bentuk dan arsitekturnya. Melainkan pada suatu hal dibalik itu. Aku terkejut, takjub dan salut pada seseorang yang berada dibalik pembangunan masjid ini. Orang itu bernama Dian al Mahri. Seorang pengusaha wanita asal Serang. Seorang perempuan. Sekali lagi, perempuan, lho... Aku benar-benar kagum pada seleranya akan keindahan. Tapi yang lebih aku kagumi lagi adalah kecintaanya kepada Allah yang diwujudkannya dengan kerelaan dan keikhlasnya untuk membelanjakan hartanya dijalan Allah. Subhannallah….Aku benar-benar merasa malu dan minder ketika menyorongkan uang 100 ribu kedalam kotak amal yang disediakan diluar masjid. Benar-benar sangat kecil dan nyaris tidak ada nilainya. Tidak sampai se-taik kuku dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan oleh Ibu Dian al Mahri. Mungkin Ibu Dian memang kaya, tapi aku yakin masih banyak orang yang lebih kaya lagi dibandingkan dengan beliau. Anggap saja Bambang Trihatmojo lebih kaya, atau entah siapa lagi lah namanya. Tapi, apakah Bambang Tri atau entah siapalah itu, rela membelanjakan uang dijalan ini? Belum tentu…
Aku juga sempat berdecak kagum melihat rumah tinggal “berkubah emas” sang pemilik yang masih berada satu areal dengan masjid. Hm,..what a perfect combination : Women and Gold…Dan pikiranku melayang-layang…melamun…kira-kira usahanya bergerak dibidang apa ya?...atau mungkin dia dinikahi oleh salah seorang raja minyak dari Saudi,...atau…Stop!...Cukup!... Hentikan semua lamunan yang mulai dirasuki syetan itu. Yang penting dia perempuan yang sangat kaya dan iklas membelanjakan hartanya dijalan Allah. Titik..!
Dihalaman masjid banyak tukang foto amatir yang menawarkan jasanya. Dengan berbekal kamera digital berbagai merek mereka menjanjikan proses yang cepat. Hanya dalam tempo 30 menit saja bisa membawa pulang foto keluarga maupun perorangan ukuran 10 R dengan latarbelakang bangunan masjid. Rasanya geli sendiri kalau melihat lagak para tukang foto itu. Lagunya sudah seperti Profesional Photographer saja...ck..ck..ck..
Well,...
Perjalanan yang aku anggap iseng-iseng belaka ternyata meninggalkan sesuatu didalam batinku.
Maafkanlah kalimat sok-sok-an yang dulu pernah aku lontarkan, “Itu kan cuma kerjaannya ibu-ibu majelis ta’lim atau kakek nenek yang pengen jalan-jalan….” …Hehehehe…..
2 comments:
mba inge, ini dimana? ko aku ga pernah liat yah...?
Mesjidnya elegant banget deh..kaya di Madinah
Di Depok, aya. Coba deh sekali waktu iseng maen kesana. Daripada ke mall terus. Dijamin kayak aku ntar, awalnya gengsi eh,..akhirnya jatuh hati.hihihi...
Post a Comment