Thursday, June 5, 2008

Let me help you, sir...

Ini masih tentang kegiatan sehari-hari. Karena jam pulang anakku yang berbeda, maka setiap hari senin-rabu-kamis aku bersama di adek harus menunggu si kakak sekitar satu jam . Kalau hari selasa dan jumat biasanya aku menunggu ditempat si adek les kumon. Selain hari yang aku sebutkan diatas itu, biasanya aku menunggu bisa dimana saja. Kadang di warung baso, kadang di tempat ketoprak atau kadang malah di pelataran parkir sekolah jika waktunya sudah mepet( ini biasanya kalau aku telat menjemput si adek ) Tapi aku dan si adek punya satu tempat rahasia yang menjadi favorit kami berdua. Sebuah pelataran parkir yang cukup teduh di kawasan perkantoran pemerintahan sipil. Terdiri atas mushalla, kantor koramil, kantor urusan agama, kantor camat, puskesmas dan terakhir baru saja berdiri kantor polsek. Pelataran parkir di kawasan inilah yang menjadi tempat mangkal idola kami. Biasanya kalau lagi rajin aku shalat di mushalla itu (kalau lagi malas shalatnya di rumah saja), ada kantin kecil tempat aku membeli makan siang jika tidak sempat membawa dari rumah, juga ada warung kecil yang menyediakan minuman dingin jika aku kehausan. Kadang kalau sedang capek sekali biasanya aku tidur dimobil barang 15 menit atau 30 menit( tinggal dikalungin handuk kecil putih merek "good morning" dileher, maka tampilanku persis kayak sopir angkot jurusan tanah abang - kampung melayu)

Hari ini ada kejadian yang agak tidak biasa. Sesampainya dibawah pohon rimbun langgananku, aku mulai membuka-buka koran hari ini karena tadi tidak sempat membaca dirumah. Sesekali aku mengalihkan pandangan ke sekeliling. Saat itulah tiba-tiba pandanganku terhenti pada seorang bapak tua yang buta yang sedang meraba-raba dengan tongkatnya. Dia kelihatan bersih dan rapi. Sangat berbeda dengan penampilan orang tuna netra yang biasa aku lihat. Dengan kemeja hitam, celana panjang krem, sebuah tas diselempangkan di bahu dan sebuah kacamata hitam dengan logo G, mungkin maksudnya Guci (dengan 1 huruf C saja) atau Gues (dengan 1 huruf S saja) Tapi secara umum dia kelihatan resik. Karena merasa dia agak spesial, maka aku berniat untuk mengabadikannya di kamera. Berdasarkan perkiraanku, jika aku memotretnya dari mobil ketika ia melewatiku pasti dia tidak akan menyadarinya karena memang dia tidak bisa melihat. Maka aku pun mengatur posisi duduk yang nyaman sambil menunggu ia melintas. Tapi ketika aku melihat dia dikejauhan hanya berputar-putar kebingungan aku menjadi iba. Tidak ada seorangpun disekitar situ, kecuali aku. Keadaan sekeliling sangat sunyi. Aku memutuskan untuk turun dari mobil dan menghampirinya. "Mau kemana pak? Mau kearah luar ya..?" tanyaku. "Iya,..."jawabnya lirih. "Sini pak, kearah kanan,.." Tiba-tiba aku sadar dia akan sangat susah membedakan kiri dan kanan. Aku pun memegang bahunya dan memutar badannya kearah kanan. "Tapi ini kan jalan yang tadi lagi..."katanya ragu. "Iya,..tapi ini menuju keluar. Jalan dipinggir aspal saja karena trotoarnya banyak yang bolong dan ada pohon ditengahnya" kataku. Ia lagi-lagi mendesah, seolah menyesali keterbatasannya. "Kalau kantor polsek dimana, jauh nggak?"katanya lagi. "Oh, itu yang diujung,..."lagi-lagi aku lupa kalau dia tidak bisa melihat arah yang aku tunjuk. "Gini, Bapak tinggal jalan luruuuus saja, kira-kira 100 langkah nanti kantor polseknya berada disebelah kiri bapak" kataku sambil menuntunnya ke pinggiran aspal. Pada saat yang bersamaan lewatlah seorang pria berumur sekitar 40-an dengan mengenakan seragam dinas petugas sipil. Dari kejauhan dia sudah tersenyum-senyum. Awalnya aku membalas dengan senyuman juga. Tapi tiba-tiba dia berkata, "Kok cuma dituntun,..di peluk dong,...hahaha..." dia tertawa sendiri. Aku kaget. Asli kaget. Maksudnya apa? Bukankah seharusnya dia sebagai seorang pria merasa punya kewajiban untuk menolong. Tapi dia malah mengolok-olokku dan pria buta setengah baya itu. Aku sampai tidak bisa ngomong apa-apa. "Hati-hati ya,pak..." kataku sambil melepas si bapak buta itu setelah menuntunnya beberapa langkah. Aku berjalan kembali ke mobil sambil tak henti-hentinya berfikir tentang pertemuanku dengan orang ajaib yang begitu mudahnya melecehkan orang lain dan benar-benar tidak punya kepekaan nurani.

Ku temui kameraku yang tergeletak karena tidak jadi digunakan."Oh,..sorry buddy, kita kehilangan moment berharga itu..."

Sebagai pengobat kecewa hanya gambar ini yang bisa aku dapatkan,....Gambar si bapak istimewa itu,... dari kejauhan.....


No comments: