Hari ini ada kejadian yang agak tidak biasa. Sesampainya dibawah pohon rimbun langgananku, aku mulai membuka-buka koran hari ini karena tadi tidak sempat membaca dirumah. Sesekali aku mengalihkan pandangan ke sekeliling. Saat itulah tiba-tiba pandanganku terhenti pada seorang bapak tua yang buta yang sedang meraba-raba dengan tongkatnya. Dia kelihatan bersih dan rapi. Sangat berbeda dengan penampilan orang tuna netra yang biasa aku lihat. Dengan kemeja hitam, celana panjang krem, sebuah tas diselempangkan di bahu dan sebuah kacamata hitam dengan logo G, mungkin maksudnya Guci (dengan 1 huruf C saja) atau Gues (dengan 1 huruf S saja) Tapi secara umum dia kelihatan resik. Karena merasa dia agak spesial, maka aku berniat untuk mengabadikannya di kamera. Berdasarkan perkiraanku, jika aku memotretnya dari mobil ketika ia melewatiku pasti dia tidak akan menyadarinya karena memang dia tidak bisa melihat. Maka aku pun mengatur posisi duduk yang nyaman sambil menunggu ia melintas. Tapi ketika aku melihat dia dikejauhan hanya berputar-putar kebingungan aku menjadi iba. Tidak ada seorangpun disekitar situ, kecuali aku. Keadaan sekeliling sangat sunyi. Aku memutuskan untuk turun dari mobil dan menghampirinya. "Mau kemana pak? Mau kearah luar ya..?" tanyaku. "Iya,..."jawabnya lirih. "Sini pak, kearah kanan,.." Tiba-tiba aku sadar dia akan sangat susah membedakan kiri dan kanan. Aku pun memegang bahunya dan memutar badannya kearah kanan. "Tapi ini kan jalan yang tadi lagi..."katanya ragu. "Iya,..tapi ini menuju keluar. Jalan dipinggir aspal saja karena trotoarnya banyak yang bolong dan ada pohon ditengahnya" kataku. Ia lagi-lagi mendesah, seolah menyesali keterbatasannya. "Kalau kantor polsek dimana, jauh nggak?"katanya lagi. "Oh, itu yang diujung,..."lagi-lagi aku lupa kalau dia tidak bisa melihat arah yang aku tunjuk. "Gini, Bapak tinggal jalan luruuuus saja, kira-kira 100 langkah nanti kantor polseknya berada disebelah kiri bapak" kataku sambil menuntunnya ke pinggiran aspal. Pada saat yang bersamaan lewatlah seorang pria berumur sekitar 40-an dengan mengenakan seragam dinas petugas sipil. Dari kejauhan dia sudah tersenyum-senyum. Awalnya aku membalas dengan senyuman juga. Tapi tiba-tiba dia berkata, "Kok cuma dituntun,..di peluk dong,...hahaha..." dia tertawa sendiri. Aku kaget. Asli kaget. Maksudnya apa? Bukankah seharusnya dia sebagai seorang pria merasa punya kewajiban untuk menolong. Tapi dia malah mengolok-olokku dan pria buta setengah baya itu. Aku sampai tidak bisa ngomong apa-apa. "Hati-hati ya,pak..." kataku sambil melepas si bapak buta itu setelah menuntunnya beberapa langkah. Aku berjalan kembali ke mobil sambil tak henti-hentinya berfikir tentang pertemuanku dengan orang ajaib yang begitu mudahnya melecehkan orang lain dan benar-benar tidak punya kepekaan nurani.
Ku temui kameraku yang tergeletak karena tidak jadi digunakan."Oh,..sorry buddy, kita kehilangan moment berharga itu..."
Sebagai pengobat kecewa hanya gambar ini yang bisa aku dapatkan,....Gambar si bapak istimewa itu,... dari kejauhan.....
No comments:
Post a Comment