Sunday, February 24, 2008

O'...la...la...

Jum'at kemaren hari yang sangat padat. Mampir ke ruko trus bayar semua tagihan karena sudah masuk awal bulan. Sederetan jadwal sudah aku susun dari pagi hari. Ke graha telkom, ke pln, ke pam, menjemput anak-anak, terakhir ke salon untuk merapikan rambut mereka yang sudah kelihatan seperti sarang burung kepondang. Maklum turunan keluarga rambut kusut.
Siang itu hujan turun cukup deras. Untuk menghemat waktu aku memilih untuk makan siang di daerah Bintaro.Akhirnya Cafe O la la menjadi pilihan karena letaknya yang strategis. Ketika aku membuka pintu aku mendengar suara yang sangat berisik seperti suara ribuan tawon. Tapi ternyata suara itu berasal dari sekelompok ibu-ibu yang sedang arisan. Beberapa diantaranya sedang merokok sehingga membuat udara dalam ruangan menjadi sesak.
Setelah memesan sebuah croisant tuna, sepotong apel pie dan segelas caffe latte aku memutuskan untuk duduk diluar karena tidak tahan untuk berada satu ruangan dengan mereka. Beruntung saat itu hujan masih turun dengan derasnya hingga cuaca di luar cukup dingin meskipun tidak ber ac.
Aku akan makan dengan cepat karena ingin melanjutkan bacaan Edensor-Andrea Hirata. Maka kurang dari setengah jam semua makanan sudah ludes, masuk ke dalam perutku. Aku pun larut dalam bacaanku.
Tapi sesekali aku mengangkat kepala karena terganggu oleh suara jeritan-jeritan dari dalam. Ajaib bagaimana suara mereka dapat menembus kaca yang tebal dan bisa mengalahkan suara hujan. Aku pun akhirnya tertarik untuk sesekali mengamati tingkah laku para ibu-ibu itu.
Mungkin sesama orang tua murid disebuah sekolah, aku mulai menebak-nebak. Usia mereka mungkin sepantaran denganku. Diatas 30 tahun. Beberapa malah kulihat mendekati usia 40 tahun. Rata-rata memakai busana dengan model yang up to date. Termasuk tas dan sepatu berikut aksesorinya. Sayang aku tidak hapal dan tidak tau mode higga susah bagiku untuk menyebutkan nama barang-barang itu satu persatu.
Dan pelan-pelan aku memperhatikan pakaianku sendiri. Jeans yang sudah mulai belel, polo shirt dan sepasang sepatu kets. Dan pelan-pelan aku melirik tas piere cardin coklat yang mulai butut yang tergeletak disampingku. Tas yang selalu setia menemaniku dan menjadi favorit karena daya tampungnya yang banyak. Mulai dari dompet, hp, buku-buku bank, pembalut, panti liner, buku bacaan, sisir (kadang2, seringnya lupa) tisu, mitu, sendok plastik(buat jaga2 kalo beli nasi bungkus), pencil case (berisi alat tulis lengkap berikut gunting kecil dan cutter), kit-kat(kalo laper banget tapi masih in the middle of nowhere), tapi tidak ada beauty case karena percuma, nggak pernah di pake.
Jadi,...apa korelasinya? Am I jealous? ...No my dear, absolutly no. Sejak lama aku begitu bangga dengan apa adanya aku. Dan hari ini juga tidak akan merubah apapun. I am what I am. Sepanjang pakaian yang kukenakan nyaman, sepanjang tas yang kubawa memuat semua yang ku perlukan, sepanjang aku bisa makan dimanapun aku suka, hidupku lengkap dan bahagia.
Sudah lama aku mempelajari sekelilingku. Sering aku temukan orang yang kelihatan hebat dari luarnya ternyata didalam tidak ada apa-apanya. Tapi berhati-hati terhadap apa yang kelihatan biasa-biasa saja ternyata menyimpan sesuatu yang lebih hebat.
Untuk kasus yang pertama banyak sekali contohnya. Wanita yang kelihatan glamour kalo di Mall ternyata naik taksi trus tinggalnya di gang lagi. Tapi berani sumpah, mbak-mbak SPG rela sampai terbungkuk-bungkuk meladeni mereka dibandingkan meladeni aku yang lecek ini. Bahkan tidak sekali atau dua kali terjadi aku dianggap tidak berdaya beli. Kurang ajar...!
Untuk kasus yang kedua juga banyak sekali contohnya. Tetanggaku Ko' Ali selalu memakai celana pendek dibawah lutut kemana-mana. Katanya kalo pake celana panjang panas. Kemaren baru aja beli peternakan lagi di Cianjur seharga 4 milyar. Padahal aku tau dia telah memiliki peternakan di Serpong dan di Bogor. EMPAT MILYAR?....aku terbelalak sementara dia mengucapkannya dengan nada yang datar-datar saja.
Dan beberapa pertemuanku dengan costumer, sering aku berhadapan langsung dengan owner yang, demi Tuhan, penampilannya yang biasa-biasa aja. Pasti nggak nyangka deh kalo mereka pemilik perusahaan dengan omzet yang besar. Seperti tadi pagi seorang pemilik gerai selular yang datang ingin agar pesanannya selesai dalam waktu 1 minggu karena minggu depannya dia sudah harus berangkat ke USA, anak-anak pengen maen ke Disneland sana sebab yang kemaren waktu ke Disneland Hongkong nggak terlalu bagus. Sekalian mau natalan di sana. Hm...!
So,...kembali ke ibu-ibu arisan tadi. Tampaknya acara telah berakhir. Jeritan yang kudengar mungkin rasa antusias karena nama yang keluar dari gulungan kertas yang diundi. Mereka mulai memisahkan diri dan berjalan menuju ke kendaraan masing-masing. Berbagai merek mobil yang ada di parkiran mewakili indentitas masing-masing.
Ini cuma obrolan seseorang yang tidak punya temen ngobrol. Untuk ibu-ibu yang punya kelompok arisan silahkan menikmati arisannya. Dan aku kembali menikmati dunia kecilku yang indah.

No comments: