Monday, August 11, 2008

Antara durian montong dan pembohong

Sebenarnya keperluan kami hanyalah membeli filling cabinet. Dan kebetulan di koran tertulis ada diskon 30% untuk pembelian furniture di Hypermart. Maka aku dan suami sepakat untuk berbelanja di Hypermart saja. Kali ini sengaja tidak membawa anak-anak karena ingin ringkas dan cepat.

Sesampainya disana ternyata barang yang kami inginkan hanya tersedia satu yaitu yang di dispay saja. Tidak ada stok di gudang. Padahal kami membutuhkan cukup banyak. Dan barang itu pun tidak termasuk dalam item yang didiskon. Huuuuu,…memang mesti waspada dengan iklan-iklan. Kebanyakan fiktif. Sembari mendorong troli kosong (karena kami memang tidak bermaksud belanja) terdengar pengumuman dari pengeras suara bahwa ada harga khusus untuk durian montong. Kami pun memutar troli menuju ke tempat durian. Disana orang sudah berkerumun seperti orang tawuran. Ya ampun,..

Seorang perempuan separuh baya dengan 5 buah durian dilantai disekeliling kakinya menarik perhatianku. Ini pasti penggila durian, batinku. Aku menyuruh suami untuk memilih karena malas berdesak-desakan. Tapi sebagai seorang pakar durian yang sangat dihormati di jagat perdurenan, tetap saja suamiku meminta pendapatku untuk memutuskan pilihannya. Aku berjalan dua langkah untuk mengendus bau durian yang sedang dipegang oleh suamiku. Sniff…sniff…hm,…OK! Ambil yang ini aja. Matangnya lumayan sempurna, kataku sambil berbalik untuk mengambil troli yang aku dorong tadi. Tapi troli itu sudah lenyap. Hilang entah kemana. Aih,…gila,..paling Cuma 30 detik dan aku hanya berjalan 2 langkah. Memangnya itu troli punya ilmu menghilang kayak kolor ijo, apa? Tidak mungkin. Pasti seseorang telah mengambilnya. Aku memandangi orang-orang disekelilingku. Rata-rata mereka memegang troli yang sudah berisi barang-barang belanjaan. Ada yang banyak isinya, ada yang sedikit. Dan ketika aku berpaling kearah ibu yang tadi dikelilingi oleh durian, tiba-tiba saja semua duriannya sudah berpindah kedalam troli. Aku langsung saja menodong dengan kalimat,”Ibu mengambil troli saya, ya?” Awalnya wajahnya terlihat kaget, lalu dengan santainya dia menjawab, “Enggak, saya dorong dari sana tadi.” Katanya sambil menunjuk kearah kasir yang terletak cukup jauh. Sambil menatap tajam aku bilang padanya,” Tapi saya tahu kalau itu troli yang saya bawa dan ibu telah mengambilnya.” Dia pura-pura tidak dengar sambil mengernyitkan keningnya. UUUUHHH,…rasanya kesal sekali. Dasar PEMBOHONG. Logikanya, yang pertama: tidak mungkin dia bisa bolak-balik mengambil troli dalam tempo 30 detik sementara keadaan sangat ramai dan letak troli kosong itu sangat jauh serta harus berjalan memutar. Yang kedua: dia memang kebagian tugas menjaga durian-durian itu sementara suaminya sibuk memilih-milih buah durian yang lain. Tidak mungkin dia meninggalkan durian-durian kesayangannya itu.Yang ketiga: dia satu-satu orang yang berada diposisi terdekat dengan aku sebelumnya. Dan dia tidak mengakui kalau dia mengambil troli itu. Padahal seandainya saja dia mengakui dan menyatakan penyesalannya, misalnya: oh,..iya…sebentar ya dik, saya ambilkan penggantinya, atau apa lah,…aku juga akan menolak dan dengan senang hati memberikan troli itu karena aku toh tidak terlalu membutuhkannya karena satu buah durian bisa aku tenteng dengan mudahnya. Tapi kebohongan itu yang membuatku kesal. Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya aku mengucapkan kata,”pembohong,…penipu…dasar pembohong,…dasar penipu…!
Uh,…sebalnya,…

No comments: