Njebobog itu, kalau tidak salah, dalam bahasa jawa biasanya untuk mengungkapkan sesuatu yang megar, khususnya rambut. Misalnya rambut ahmad albar, itu njebobog. Rambut inge rosalina, juga njebobog.
Jadi ceritanya aku kesel karena setiap pergi kesalon sama hair stylist-nya pasti disarankan untuk hair rebonding.
Sudah berpuluh-puluh kali aku ditawari untuk program pelurusan rambut. Entah itu oleh hair stylish, kapster atau tukang pijat refleksi (lo, kok pijat refleksi, apa hubungannya?)
Yang mengherankan bagiku adalah mengapa rambutku begitu menggemaskan bagi mereka. Akhirnya aku bertanya pada diri sendiri, what’s wrong with my hair?
Memang rambutku mungkin dianggap tidak indah bagi sebagian orang. Keriting, mekar dan susah diatur. Tapi aku tidak ada masalah dengan kondisi dan keadaan rambutku. Malah aku sangat bersyukur bisa punya rambut, betul tidak? Tapi tampaknya mereka tidak pernah menyerah. Selalu melontarkan pertanyaan yang itu lagi,itu lagi. Seperti ini,”nggak di rebonding, bu?” Aku jawab,”Nggak, ntar saya dikirain kembarannya vocalis kangen band, lagi..” Katanya, “Ah, ibu bisa aja…” Tapi masih belum nyerah juga dan bertanya lagi,”Kalau nggak mau di rebonding di smoothing aja bu..” Aku jawab lagi,”Nggak ah,..mahal”. Baru nggak ngomong. Cuma mungkin dalam hati dia mbatin, gila ni orang pelit amat yak!
Hahahaha,…
Tidak hanya orang salon yang sering bertanya-tanya dengan pertanyaan serupa. Beberapa kerabatku pun kerap menanyakan hal yang sama. Nggak dibonding, mbak inge? Nggak di bonding dek inge? Nggak dibonding tante inge?..Sampai aku merasa bosan untuk menjawabnya. Nggak, nggak dan enggak. Kenapa sih harus hair rebonding? Apakah rambut lurus itu yang paling indah. Sama seperti sterotip kulit putih itu yang cantik? Tidak kan? Atau karena ongkos rebonding yang relatif mahal sehingga dianggap kalau tidak hair rebonding tidak punya uang? Tidak juga kan? Jadi maunya apa sih kok selalu memaksaku untuk meluruskan rambut?
Terakhir pertanyaan itu kembali menyapaku beberapa hari yang lalu. Salah seorang keponakanku mengomentari rambutku. Dan selanjunya mengomentari rambut anak-anakku yang memang mewarisi benar turunan rambut keritingku. Karena ini bukan untuk yang kesatu atau dua kalinya dia melontarkan pertanyaan yang sama, maka aku menjawabnya dengan agak sedikit keras. Pertanyaan awalnya seperti biasa, nggak pengen dibonding tante inge? Enggak jawabku. Lalu dia bertanya lagi, kengi sama bena gimana? Apa mereka nggak pernah minta rambutnya direbonding? (bagiku pertanyaan ini agak aneh, secara anak-anakku bukannya salon oriented, dan juga sesuai dengan umur mereka apa pantas pertanyaan itu ditanyakan?) Oh,..nggak pernah tuh,.. Aku selalu bilang ke mereka bahwa beauty is not everything. Dan hasilnya mereka bangga dengan rambut megarnya, mereka bangga dengan warna kulitnya, dan mereka juga bangga dengan diri mereka apa adanya…
Oooooo,…hanya itu kata yang keluar dari mulut keponakanku itu. Dia kelihatan kehabisan kata-kata. Hahaha,…rasain...!
No comments:
Post a Comment