Ini cerita tentang mobil-mobil yang pernah berbagi hidup denganku
Honda accord tahun 1986, dengan silinder 1800 cc
Ini mobil pertamaku. Persneling-nya otomatis. Per-nya empuk. Ac-nya dingin.Pelek-nya racing. Dengan stir racing dan jok juga racing. Maklum mobil mobil ini bekas anak muda. Jadi tampilannya pun funky abis.Dengan penuh rasa ge-er aku merasa sebagai ibu hamil yang funky. Mobil inilah yang setiap hari menemaniku pulang pergi ke kantor. Biarpun tua mobil ini sangat nyaman untuk dikendarai. Secara honda gitu loh.
Banyak kenangan manis dan seram yang terukir bersama accord ini. Mulai dari menyetir sambil ngelamun, sehingga aku tanpa sadar melewati exit tol tanpa membayar. Tiba-tiba pas sampai dirumah aku kaget sendiri karena melihat ada kartu tol. Dan ini sering kali terjadi. (Bahkan setahun yang lalu pun masih terjadi. Aku kaget ketika menemukan kartu tol di dasboard mobilku. Sedikitpun aku tidak bisa mengingat kapan itu terjadi dan dimana.)
Kejadian lainnya ketika knalpot mobil ini lepas dari kaitannya sehingga terseret-seret sepanjang perjalananku. Kejadiannya persis kayak mobil pengantin dibarat-barat sana yang sering ditulisi “just married”lalu diikatkan dengan kaleng sehingga berisik ketika berjalan. Klontang..klontang sepanjang perjalan tanpa sedikitpun aku ngeh.
Kali lain ketika di tol dalam perjalanan ke jakarta. Karena ada hal yang sangat penting dan mendesak, malam itu aku mengajak mamaku dan bayiku yang masih berusia 3 minggu bersamaku. Tiba-tiba ditengah tol pintu kiri depannya terbuka sendiri. Aduh,..mamaku sampai jerit-jerit ketakutan. Aku segera menepikan kendaraan dan menutup pintunya berkali-kali dengan keras. Untuk memastikan tidak akan terbuka lagi selanjutnya. Aneh, padahal sebelum berangkat aku yakin sudah menutup dengan rapat dan memastikan telah terkunci. Apalagi pintunya juga central lock. Mestinya ini tidak mungkin terjadi. Tapi ya sudah lah..
Nah yang paling serem lagi ketika aku bersama suami pulang dari menonton film midnight show di bioskop 21 di mall karawaci. Terjadinya awal tahun 1999. Hampir setahun setelah kerusuhan Mei.(Memang mall baru beberapa minggu dibuka setelah sebelumnya ditutup. Penjarahan massa dan kebakaran pada kerusuhan mei, membuat mall ini harus merenovasi seluruh bangunannya) Sehabis pertunjukan kami menuju ke parkiran basement. Tidak ada mobil lain yang parkir kecuali accord-ku yang cantik jelita seorang. Sepiii…sekali. Aku dan suamipun diam tidak berkata-kata. Kemudian kami masuk kemobil. Suamiku menyalakan mesin dan menjalankan mobil dengan pelan-pelan. Beberapa detik kemudian kami terlonjak dari tempat duduk masing-masing karena tiba-tiba radio menyala dengan volume yang maksimum dan gelombang yang berpindah-pindah. Buru-buru aku mematikan power radio dan suamiku langsung menginjak pedal gas dalam-dalam. Alhasil malam itu kami seperti adegan “Fast and Furious” di parkiran basement dengan suara ban yang mendecit-decit. Setelah membayar tiket parkir dan keluar dari arela mall kami baru berani membahasnya. “Tadi power-nya Off kan ya?” Aku cuma mejawab,”Hmmm,..” Lalu,”Volume-nya juga kecil kan ya..” Lagi-lagi aku mendehem. “Trus tadikan kita waktu berangkat nyetel kaset, bukan radio…” Aku mulai sebel,”Udah,..ah…jangan dibahas lagi. Mungkin tape-nya korsleting....” Atau mungkin juga ada seseorang yang ikut waktu keluar dari twenty one,..Hiiii….
Sejak itu aku jadi penasaran. Jangan-jangan mobil accord itu bekas tabrakan. Aku mengecek seluruh bodinya. Dan memang setelah dilihat dengan teliti di rangka dekat pintu sopir ada bekas patahan yang telah disambung dengan rapi. Lalu aku membongkar lapisan karpet dikursi sopir hingga kelapisan yang paling bawah. Disana terlihat bercak kecoklatan yang cukup luas. Aku menelitinya dibawah cahaya matahari, dan sepertinya itu bekas noda darah. Karena jika lumpur tidak akan sepekat itu. Juga berbeda dengan bercak karena oli. Pokoknya feeling-ku mengatakan itu bekas noda darah aja (huuuu,..parno..!) Setelah memcoba memcucinya berkali-kali dan tetap tidak bisa hilang, akhirnya aku memutuskan untuk menjual mobil itu. Sebenarnya cukup sedih melepasnya karena dia telah menemaniku sejak aku hamil hingga anakku lahir dan berumur beberapa bulan. Tapi membayangkan kejadian-kejadian aneh yang makin sering terjadi belakangan, aku tidak mau ambil resiko.
Bye..bye..accord….
Daihatsu Espass tahun 1995, dengan silinder 1300 cc
Ini mobilku yang kedua. Meskipun second tapi kondisinya masih bagus luar dalam. Hanya saja kekurangan mobil espass jaman dulu itu adalah paling takut dengan genangan air. Kalau kita melintasi genangan air yang agak luas, selang beberapa detik kemudian dia akan mogok,…gok! Jadi aku agak takut menyetir mobil ini kalau hari hujan. Karena jika hujannya agak deras, berarti harus bersiap-siap saja untuk mogok. Entah sudah berapa banyak duit yang aku keluarkan untuk membayar orang untuk membantu mendorong mobil ini kepinggir jalan. Dan anehnya lagi jika kita sabar menunggu kira-kira satu atau dua jam, dia akan menyala lagi dengan santainya, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Setelah diselidiki ternyata letak koil-nya yang dibawah adalah penyebabnya. Jika koil itu basah, maka mesinnya akan mati seketika. Dengan bantuan salah seorang montir langganan, dia punya ide untuk membungkus koil itu dengan plastik sehingga dapat terhindar dari air. Sejak saat itu memang benar-benar tokcer, tidak pernah kejadian lagi mogok dimusim hujan. Ada genangan?...Siapa takut….
Mobil ini juga yang menemaniku dalam merintis karir berdagang, halah….!
Beneran, mobil ini yang setia menemaniku pergi ke deperindag untuk lihat-lihat jadwal bazar atau jadwal kegiatan umkm dan sejenisnya. Dan salah satu kegiatan kami yang paling berkesan adalah berangkat subuh-subuh untuk mengikuti sebuah bazar di parkir timur senayan. Mobil sarat dengan muatan berbagai macam barang dagangan. Mulai dari baju-baju, sprei, sarung bantal, aksesori rambut, sandal, barang-barang kerajinan tangan, abon sapi hingga ikan asin (yang membuat kabin mobil menjadi bau hingga berminggu-minggu). Mengenai barang-barang yang banyaknya a'ujubile itu, jangan dikira semua barang itu milik aku dan partner dagangku. Sebenarnya sebagian besar dari barang-barang itu adalah barang pinjaman atau titipan. Biasanya kalau ada barang yang laku, baru kita serahkan uang hasil penjualannya kepada pemiliknya. Tapi jika tidak laku kita tinggal mengembalikan barang-barang itu kepemiliknya lagi.
Pengalaman unik lainnya dengan mobil ini adalah klaksonnya yang korsleting. Awalnya balita kengie senang bermain-main dengan stir dan klakson mobil ini. Saking senangnya, suatu hari aku membiarkan dia untuk bermain sepuasnya dengan klakson dan stir mobil didalam garasi. Entah karena gemas atau merasa gregetan, dia mencabut bantalan klakson yang terletak ditengah stir itu. Seketika dia menjerit karena sepertinya ada aliran listik kecil yang menyetrumnya. Disusul dengan suara klakson panjang yang tidak henti-hentinya. Aku coba untuk memperbaikinya, tapi ternyata tidak bisa kembali seperti semula. Kadang-kadang korslitingnya kumat. Sering kali jika aku pulang dari suatu tempat, diperjalanan tiba-tiba klaksonnya berbunyi terus dan tidak bisa dihentikan. Jadi sepanjang perjalanan bunyi Tttiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit. Ampun deh!. Bikin budeg sekaligus bikin dipelototin orang sejalan raya. Seiring dengan waktu mobil ini mulai kerepotan untuk bisa mengimbangi frekuensi perjalananku yang cukup tinggi. Mesinnya jadi sering panas dan over heat. Akhirnya dengan berat hati aku pun menjual mobil ini.
Bye..bye..espass…
Toyota Kijang Diesel tahun 1999, dengan silinder 2400 cc
Ini mobil ketiga yang pernah aku miliki. Meskipun beli second tapi masih kelihatan sangat bagus kondisinya. Maklum baru dipakai 9 bulan oleh pemiliknya. Tentu saja aku senang bisa dapat barang bagus tapi agak murah. Mobil ini pun suddah seperti rumah kedua saking nyamannya Dimobil aku menyediakan bantal, selimut, satu tas berisi baju ganti, minuman, makanan ringan, buku bacaan, mainan anak, dll. Pokoknya komplit. Mobil ini juga nyaris tanpa cela, hingga suatu malam, dalam perjalanan kembali dari solo, terjadi peristiwa yang membahayakan. Pada saat akan menyalib sebuah mobil yang berada didepan kami, mendadak mobil kehilangan tenaga alias ngeden. Padahal sudah di gas pol tapi mobil tidak meberikan reaksi. Sangat berbahaya karena pada saat yang bersamaan muncul kendaraan dari arah yang berlawanan. Untung masih sempat membanting setir ke arah kanan jalan dan akhirnya kami sedikit terperosok kesemak-semak. Tapi kejadian itu sangat menakutkan dan menimbulkan trauma bagi kami. Akhirnya tidak lama setelah itu mobil pun segera dijual. Memang harus segera, sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Bye..bye..kijang...
Toyota Kijang Matic tahun 2002, dengan silinder 2000 cc
Ini mobil keempat dan terlama yang pernah aku miliki. Hampir 7 tahun aku memakai mobil ini dan belum pernah ada keluhan sedikitpun, kecuali ban yang kempes atau sobek (yang memang karena ulahku) dan konsumsi bahan bakarnya yang agak boros. Berbeda dengan mobil-mobil sebelumnya kali ini aku lah sang tangan pertama. Dan memang berbeda jika merawat dari pertama. Meskipun sudah bertahun-tahun, semua kondisinya tetap stabil dan sempurna. Aku memperlakukan mobil ini sudah seperti sahabat dekat. Saking lamanya kebersamaan kami kadang aku merasa mobil ini memiliki jiwa yang sudah menyatu denganku. Kadang jika bosan atau kesepian, aku mengajaknya berbicara seolah dia manusia. Dan Alhamdulillah, dengan lindungan Allah, sudah dua kali kami terhindar dari musibah dijalan tol. Kejadian pertama di tol depan Mall Puri Indah. Dalam keadaan jalanan yang sepi, entah mengapa mobil yang berada jauh didepanku tiba-tiba melintir dan akhirnya terbalik. Untung dalam keadaan kencang aku tidak panik sehingga tidak terjadi kecelakaan beruntun. Kejadian yang kedua terjadi setahun yang lalu. Hampir sama. Kejadiannya pun di tol depan Mall Puri Indah, hanya kali ini dia arah yang berlawanan. Ceritanya truk yang berada di jalur tengah yang berada kira-kira 500 meter didepanku mengerem mendadak menghindari sebuah carry yang zigzag. Truk yang direm mendadak itu pun berayun-ayun ke kiri dan ke kanan sebelum akhirnya terguling dua kali menutupi jalur cepat yang sedang aku lewati. Untung pada saat itu disebelah duduk suamiku yang langsung membantuku mengendalikan setir dan menghindari truk yang diam ditengah jalan. Tidak terbayangkan seandainya aku menyetir sendirian dan kemudian menjadi panik menyaksikan adegan langsung yang terjadi didepan mata saat itu. Fuuiiih….
Sekali-kalinya aku menabrak juga dengan mobil ini. Ceritanya aku ke bank untuk mengeprint buku tabungan. Tapi costumer servisnya jutek banget. Aku memang tahu mesti menunggu dia yang sedang melayani orang lain. Ketika aku bertanya apakah buku mesti aku letakkan dimejanya dan kembali ketempat duduk atau tetap menunggu hingga tiba giliranku,..eh,..dia malah menjawab dengan judesnya, ibu nggak liat apa saya sedang melayani orang. Idih,...nggak perlu sejudes itu kale. Dia kan costumer service,...service...service gitu loh. Bilang aja yang sopan, tunggu sampai giliran ibu tiba, atau mengantri ya bu, atau apa sambil senyum gitu. Aku juga bakalan menunggu dengan sabar kok. Kalau urusan dia sedang melayani orang lain ya jelas aku lihat lah. Emang aku buta apa? Pokoknya keuuuusel banget deh melihat tampang itu orang. Aku langsung pergi dengan perasaan yang sangat gondok. Sangat-sangat gondok sehingga tanpa sadar aku memundurkan kendaraan dengan perasaan masih marah dan tidak melihat kebelakang lagi. Lalu,...JEDEEEER! Aku pun menabrak mobil yang diparkir paralel dibelakangku. Siaaaaal...
Kebetulan pengemudinya sedang ada didalam mobil. Dia langsung keluar dan melabrakku. Aku juga ngotot menyalahkan dia yang parkir dibelakangku. Tidak lama kemudian datang seorang pria separuh baya yang dandy banget. Ternyata dia sang pemilik mobil. Melihat gayanya yang aduhai; celana panjang putih, kemeja putih dengan beberapa kancing yang sengaja dibuka plus kalung dan gelang emas, aku langsung berasumsi dia genit. Yah,..sejenis om genit gitu deh. Langsung aku mengeluarkan jurus manis manja grup...(idiiih..!) " Gimana dong, pak?...Saya nggak sengaja nabrak mobil bapak..."kataku sambil mengedip-ngedipkan mata dan memonyong-monyongkan bibir dan sesekali mengeluarkan lidah seperti ular. Huahahaha...
Cuma kata,"Oh,..yang keluar dari mulutnya. Mungkin dia sedang berfikir keras mahluk apa yang sedang ada dihadapannya. Siluman apa manusia? Kalaupun manusia, waras apa enggak?
Sambil mengeluarkan kartu namaku aku menyerocos lagi,"Biar asuransi saya saja yang mengurus semuanya ya pak. Pokoknya bapak tahu beres saja. Mobil bapak akan kembali seperti semula. Saya jamin! Boleh saya minta kartu nama bapak..?"Kalimat terakhir ini sengaja aku memakai jurus berbicara dan suara ala Julia Peres. Huahahaha....
Dan ternyata berhasil saudara-saudara. Semua urusan beres. Tanpa banyak cingcong si Bapak itu langsung setuju. Tidak ada ribut-ribut ataupun pertengkaran. Seumur-umur ini adalah tabrakan paling damai yang pernah aku lihat. Suer!
Dan begitulah, hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, persahabatanku dengan si Madu ( Matic Duaribu) semakin erat.
Bahkan hingga hari inipun dia masih setia menemaniku kemana-mana. Ke bank, ke pasar, ke dokter, ke sekolah, ke tempat kursus, ke kondangan, hingga keluar kota.
“My car is my second home,….”
Kalau mengutip kata-kata para sopir truk; “Hidupku diatas roda….”
No comments:
Post a Comment