Hari senin,...lagi-lagi bena tidak masuk sekolah karena batuk semalaman yang mengakibatkan dia kurang tidur. Tidak mau ambil resiko batuknya tambah parah, atau jeleknya lagi bisa-bisa dibarengi dengan demam, maka aku memilih untuk memboloskannya dari sekolah.
Bena memang sering absen karena dia memiliki riwayat alergi. Alegi susu sapi dan semua yang berbahan dasar dari sapi seperti dairy produk, telur,...seafood dan juga debu. Kebetulan weekend kemaren aku cuti masak. Halah....Hari sabtu restoran seafood dan hari minggunya restoran chinesefood. Lengkaplah pemicu alergi bena. Minggu malam hingga senin pagi dia tidak bisa tidur nyenyak karena batuk-batuk terus. Maapin mami ben....
Dan setelah beristirahat setengah harian penuh, tibalah saatnya aku harus menjemput kakak kengi. Karena dirumah tidak ada siapa-siapa yang bisa menemani maka aku terpaksa harus mengajak bena juga. Tidak ada masalah kalau menggunakan mobil yang nyaman seperti sebelumnya yang ada bantal, selimut, dll. Tapi bukankah mobil itu sudah terjual?..hik..
Tidak masalah juga kalau aku memakai mobil suami yang belakangan ini memang sering aku pinjam. Tapi hari ini di lebih memerlukan mobil itu dibandingkan aku. Dan sungguh suatu masalah karena satu-satunya mobil yang tersedia adalah si merah. Jeep merah kesayangan hari ini harus menunjukkan baktinya padaku. Hm,...
Terus terang agak keder juga karena jeep ini benar-benar spesifikasi offroad. Medan hutan dan medan jalan raya tentu jauh berbeda. Apalagi mesti menghadapi sepeda motor yang pecicilan dan angkot yang ugal-ugalan. OhMyGod...
But show must go on......! Hahahaha....
Kejadian pertama:
Keluar dari garasi, ketika akan menutup pagar aku berpapasan dengan pak RT. Tanpa babibu itu pak RT langsung komentar,"Wah,..kecil-kecil cabe rawit ya bu, biar kecil tapi bisa nge-jinak-in mobil segede itu..." Aku meringis,.."Duh,..pak RT,..abis kepepet sih,..daripada nggak ada kendaraan...heeh.." Iya deh, bu ati-ati,...pesannya padaku.
Kejadian kedua:
Mampir di bengkel dulu,...ngutang duit untuk isi bensin. Aku tidak mau ambil resiko seperti waktu itu,..mogok karena kehabisan bensin. Waktu aku memeriksa dompet ternyata hanya berisi uang sekitar 30 ribu-an. Lah,..ini kan cuma cukup untuk nyogok polisi lalu-lintas seandainya aku ditilang (mohon untuk tidak meniru tindakan menyogok yang sangat-sangat tidak terpuji itu!)Ampyun....Kalau mampir ke atm dulu waktunya sudah telat banget. Belum lagi kalau di atmnya harus antri. Wah,...tidak mungkin. Akhirnya kasir bengkel yang jadi korban. "Ibu pinjami uang dulu buat isi bensin, nanti pulangnya diganti. Soalnya buru-buru nih,..tidak sempat ke atm.." Hahaha,...anak-anak bengkel semua pada bengong,...(Mungkin mereka setengah tidak percaya kalau si-Ibu bisa sebokek itu...)
Kejadian ketiga:
Dijalan aku harus berjuang keras untuk tidak menyundul sepeda motor atau angkot. Beberapa kali jeepku mbabit (bergerak dengan liar kekiri dan kekanan secara cepat) karena aku mengerem mendadak. Biasalah,..kalau tidak karena ulah angkot, ya karena ulah sepeda motor. Dan beberapa kali mesinnya mati karena jalanan macet, aku tidak kuat menginjak pedal koplingnya yang dalam dan keras sekali. Jika jalanan agak kosong aku langsung gas pool. Tapi itu juga agak susah karena kemudinya di-desain bukan untuk ngebut dijalan raya. Fuiiih...
Kejadian keempat:
Pada saat mengisi bensin aku mengalami kesulitan untuk membuka tangkinya. Berkali-kali memutar kuncinya tapi tetap tidak berhasil. Akhirnya dibantuin sama petugasnya. Menyesal karena selama ini aku tidak pernah mencoba untuk mengakrabkan diri dengan si jeep. Pokoknya tinggal naik terus duduk manis disamping suami yang menyetir. Tiba saatnya harus membawa sendiri ya,..seperti ini..nih.
Kejadian kelima:
Ketika hampir sampai ketempat tujuan, samar-samar aku mendengar bena bersenandung kecil,...mami is tukul...mami is tukul,..lalalala...
"Lho,..dek...kok mami dibilang tukul sih? Emangnya mami kayak tukul apa?!"...
Bukan, mam....!Maksudku mami itu "too cool...too cool" Cool mam,...kereeen...!
"Ooooooh,.....!"
Kejadian keenam:
Karena menjemputnya sudah telat aku melihat kengie sudah berlari-larian di lapangan bersama teman-temannya. Dari jauh aku mengklakson,...din..din...Lagi,...din...din. Biarpun jeep ini penampilannya gahar tapi suara klaksonnya banci. Lembut gitu..din..din...Dan semua anggota rumah sudah hafal dengan suara ini. Termasuk kengie. Dia segera berlari menghampiri. "Wooow,...You look soo cool with that jeepie mam...!" Idiiih,..!
Kemudian lagi-lagi aku mengalami kesulitan untuk membuka pintu belakang. Karena tidak berhasil juga akhirnya aku menyuruh sikakak lewat pintu depan melangkahi adiknya yang duduk dikursi samping sopir.
Kejadian ketujuh:
Pukul setengah empat sore aku melintasi jalan raya dengan suara mesin yang meraung-raung. Maklum dengan torsinya yang besar yaitu 4200 cc,..jalanan yang rata dan agak sepi terasa sangat enteng. Jam empat aku sudah sampai dirumah lagi. Perjalanan yang cukup melelahkan untuk seseorang yang sedang berpuasa,...hahahaha.....
Monday, September 22, 2008
Tuesday, September 16, 2008
it's time to say good bye,..
Pernahkan merasa sedih karena ditinggal sahabat?... Entah itu karena dia pindah ke kota lain, atau dia memilih teman lain karena tidak merasa cocok lagi dengan kita, atau lebih ekstrimnya lagi mungkin karena dia meninggal dunia.hiii..
Mungkin ini semacam pertanda atau entah apalah namanya ketika beberapa hari yang lalu tiba-tiba saja aku ingin bercerita tentang mobil yang pernah menjadi sahabatku, dan di paragraf terakhir aku terlihat begitu memuja sahabatku yang paling anyar; si madu,...maka....
hari ini,....ya hari ini,...aku harus kehilangan sahabatku itu. Hilang, maksudnya?!...BUKAN...! Dia tidak hilang atau menghilangkan diri, tapi DIJUAL!
Hiiiiks,hiiiiks,...
Semuanya terjadi begitu cepat. Bahkan pada saat ditawar pun kabin mobil itu masih penuh dengan tetek bengek bawaanku. Termasuk sendok, garpu, sedotan, tusuk gigi,...dll. Dalam tempo satu jam transaksi selesai dan aku dengan berat hati mengeluarkan semua barang-barangku. I'm so sorry my dear,...but it's time for us to say good bye,...bisikku sambil mengelus-elus dashboard-nya. Berkali-kali aku mengusap-usap kap depannya ketika dia pelan-pelan bergerak keluar dari garasiku. Dan terus menatapnya hingga hilang dari penglihatanku. Aku tidak menyangka perpisahan dengan sebuah mobil saja bisa membuatku yellow mellow begitu.
Dan sepanjang hari itu aku begitu murung sehingga sikakak kengie sempat bertanya padaku,
why you look so sad, mommy? .....
Coz i sold my kijang....
It's just a car, mom...soon maybe you will have another one...
It's not about the car, hon...she's my best friend.....!
Yeah,..i know,..but you will find your new best friend soon. Trust me. C'mon, c'mon..let me give you a kiss and hug...
then,...i smiled! Like a ussual, kengie always there for me. She's my advisor, my supporter, and my motivator. Suddenly i realized that my true best friend is...her! Thank you, honey...
Mungkin ini semacam pertanda atau entah apalah namanya ketika beberapa hari yang lalu tiba-tiba saja aku ingin bercerita tentang mobil yang pernah menjadi sahabatku, dan di paragraf terakhir aku terlihat begitu memuja sahabatku yang paling anyar; si madu,...maka....
hari ini,....ya hari ini,...aku harus kehilangan sahabatku itu. Hilang, maksudnya?!...BUKAN...! Dia tidak hilang atau menghilangkan diri, tapi DIJUAL!
Hiiiiks,hiiiiks,...
Semuanya terjadi begitu cepat. Bahkan pada saat ditawar pun kabin mobil itu masih penuh dengan tetek bengek bawaanku. Termasuk sendok, garpu, sedotan, tusuk gigi,...dll. Dalam tempo satu jam transaksi selesai dan aku dengan berat hati mengeluarkan semua barang-barangku. I'm so sorry my dear,...but it's time for us to say good bye,...bisikku sambil mengelus-elus dashboard-nya. Berkali-kali aku mengusap-usap kap depannya ketika dia pelan-pelan bergerak keluar dari garasiku. Dan terus menatapnya hingga hilang dari penglihatanku. Aku tidak menyangka perpisahan dengan sebuah mobil saja bisa membuatku yellow mellow begitu.
Dan sepanjang hari itu aku begitu murung sehingga sikakak kengie sempat bertanya padaku,
why you look so sad, mommy? .....
Coz i sold my kijang....
It's just a car, mom...soon maybe you will have another one...
It's not about the car, hon...she's my best friend.....!
Yeah,..i know,..but you will find your new best friend soon. Trust me. C'mon, c'mon..let me give you a kiss and hug...
then,...i smiled! Like a ussual, kengie always there for me. She's my advisor, my supporter, and my motivator. Suddenly i realized that my true best friend is...her! Thank you, honey...
Sunday, September 14, 2008
Aaaauuw,....
Weekend kemaren aku menemani adikku untuk berbelanja pakaian. Bukan baju lebaran kok. Tapi baju buat sehari-hari, cuma yang rada formil. Seperti biasanya aku yang memang awalnya tidak berniat untuk membeli apa-apa, lama-lama tergoda juga. Kebetulan di keranjang sale ada sebuah celana panjang yang menarik perhatianku. Hm,..lucu juga kali ya kalau bisa dapat barang murah tapi bagus.(huuuu,..emang mata diskon-an)
Sehubungan dengan event menjelang lebaran, tidak heran jika semua pusat perbelanjaan dan departement store ramai. Termasuk juga departement store yang sedang aku datangi ini. Yang namany kamar pas, antriannya mengalahkan antrian minyak tanah. Weleh,..Dan untuk mensiasatinya antirian ini maka tidak jarang departement store menyediakan kamar ganti darurat yang berbentuk gorden setengah lingkaran yang menempel di dinding. Lumayan juga karena cukup membantu mengurangi deretan antrian dikamar pas. Termasuk aku sebagai salah seorang yang menggunakan kamar pas darurat seperti itu.
Disinilah awal kejadiannya,..
Setelah menutup gorden yang mengelilingi dengan rapi aku mulai mencoba mengenakan celana panjang yang aku taksir tadi. Hm,...kelihatan pas di panggul dan nyaman dipakai. Setelah mematut-matutkan diri didepan kaca aku memutuskan untuk membeli celana itu. Dengan setengah terburu-buru aku melepaskan celana itu, dan tiba-tiba,...AAAAUUUUWWW,...aku menjerit keras. Adikku yang turut menemaniku didalam terkejut dan bertanya kenapa. Aku bilang, "Ada yang nyubit pantatku tadi..." Dia semakin kaget,.."Masak sih,...yang bener mam..!" Aku mengangguk lemah sambil melorotkan celana panjang itu, rasanya sedih dan marah karena jadi korban pelecehan, tapi...tunggu,... tungguuuuu,....
"Oooooh,..ternyata "tag merek-nya" yang segambreng ini kesangkut, dek.. karena aku nariknya kelewat keras.....sih.." kataku sambil meringis penuh penyesalan.
"Ih,..si mami ngaget-ngagetin aja...Kirain beneran ada yang nyubit!"kata adikku kesal.
"He..eh,...sorry....dek!"
Dasar inge emang dodoooool....!!!!
Sehubungan dengan event menjelang lebaran, tidak heran jika semua pusat perbelanjaan dan departement store ramai. Termasuk juga departement store yang sedang aku datangi ini. Yang namany kamar pas, antriannya mengalahkan antrian minyak tanah. Weleh,..Dan untuk mensiasatinya antirian ini maka tidak jarang departement store menyediakan kamar ganti darurat yang berbentuk gorden setengah lingkaran yang menempel di dinding. Lumayan juga karena cukup membantu mengurangi deretan antrian dikamar pas. Termasuk aku sebagai salah seorang yang menggunakan kamar pas darurat seperti itu.
Disinilah awal kejadiannya,..
Setelah menutup gorden yang mengelilingi dengan rapi aku mulai mencoba mengenakan celana panjang yang aku taksir tadi. Hm,...kelihatan pas di panggul dan nyaman dipakai. Setelah mematut-matutkan diri didepan kaca aku memutuskan untuk membeli celana itu. Dengan setengah terburu-buru aku melepaskan celana itu, dan tiba-tiba,...AAAAUUUUWWW,...aku menjerit keras. Adikku yang turut menemaniku didalam terkejut dan bertanya kenapa. Aku bilang, "Ada yang nyubit pantatku tadi..." Dia semakin kaget,.."Masak sih,...yang bener mam..!" Aku mengangguk lemah sambil melorotkan celana panjang itu, rasanya sedih dan marah karena jadi korban pelecehan, tapi...tunggu,... tungguuuuu,....
"Oooooh,..ternyata "tag merek-nya" yang segambreng ini kesangkut, dek.. karena aku nariknya kelewat keras.....sih.." kataku sambil meringis penuh penyesalan.
"Ih,..si mami ngaget-ngagetin aja...Kirain beneran ada yang nyubit!"kata adikku kesal.
"He..eh,...sorry....dek!"
Dasar inge emang dodoooool....!!!!
Tuesday, September 9, 2008
Ini cerita tentang mobil
Ini cerita tentang mobil-mobil yang pernah berbagi hidup denganku
Honda accord tahun 1986, dengan silinder 1800 cc
Ini mobil pertamaku. Persneling-nya otomatis. Per-nya empuk. Ac-nya dingin.Pelek-nya racing. Dengan stir racing dan jok juga racing. Maklum mobil mobil ini bekas anak muda. Jadi tampilannya pun funky abis.Dengan penuh rasa ge-er aku merasa sebagai ibu hamil yang funky. Mobil inilah yang setiap hari menemaniku pulang pergi ke kantor. Biarpun tua mobil ini sangat nyaman untuk dikendarai. Secara honda gitu loh.
Banyak kenangan manis dan seram yang terukir bersama accord ini. Mulai dari menyetir sambil ngelamun, sehingga aku tanpa sadar melewati exit tol tanpa membayar. Tiba-tiba pas sampai dirumah aku kaget sendiri karena melihat ada kartu tol. Dan ini sering kali terjadi. (Bahkan setahun yang lalu pun masih terjadi. Aku kaget ketika menemukan kartu tol di dasboard mobilku. Sedikitpun aku tidak bisa mengingat kapan itu terjadi dan dimana.)
Kejadian lainnya ketika knalpot mobil ini lepas dari kaitannya sehingga terseret-seret sepanjang perjalananku. Kejadiannya persis kayak mobil pengantin dibarat-barat sana yang sering ditulisi “just married”lalu diikatkan dengan kaleng sehingga berisik ketika berjalan. Klontang..klontang sepanjang perjalan tanpa sedikitpun aku ngeh.
Kali lain ketika di tol dalam perjalanan ke jakarta. Karena ada hal yang sangat penting dan mendesak, malam itu aku mengajak mamaku dan bayiku yang masih berusia 3 minggu bersamaku. Tiba-tiba ditengah tol pintu kiri depannya terbuka sendiri. Aduh,..mamaku sampai jerit-jerit ketakutan. Aku segera menepikan kendaraan dan menutup pintunya berkali-kali dengan keras. Untuk memastikan tidak akan terbuka lagi selanjutnya. Aneh, padahal sebelum berangkat aku yakin sudah menutup dengan rapat dan memastikan telah terkunci. Apalagi pintunya juga central lock. Mestinya ini tidak mungkin terjadi. Tapi ya sudah lah..
Nah yang paling serem lagi ketika aku bersama suami pulang dari menonton film midnight show di bioskop 21 di mall karawaci. Terjadinya awal tahun 1999. Hampir setahun setelah kerusuhan Mei.(Memang mall baru beberapa minggu dibuka setelah sebelumnya ditutup. Penjarahan massa dan kebakaran pada kerusuhan mei, membuat mall ini harus merenovasi seluruh bangunannya) Sehabis pertunjukan kami menuju ke parkiran basement. Tidak ada mobil lain yang parkir kecuali accord-ku yang cantik jelita seorang. Sepiii…sekali. Aku dan suamipun diam tidak berkata-kata. Kemudian kami masuk kemobil. Suamiku menyalakan mesin dan menjalankan mobil dengan pelan-pelan. Beberapa detik kemudian kami terlonjak dari tempat duduk masing-masing karena tiba-tiba radio menyala dengan volume yang maksimum dan gelombang yang berpindah-pindah. Buru-buru aku mematikan power radio dan suamiku langsung menginjak pedal gas dalam-dalam. Alhasil malam itu kami seperti adegan “Fast and Furious” di parkiran basement dengan suara ban yang mendecit-decit. Setelah membayar tiket parkir dan keluar dari arela mall kami baru berani membahasnya. “Tadi power-nya Off kan ya?” Aku cuma mejawab,”Hmmm,..” Lalu,”Volume-nya juga kecil kan ya..” Lagi-lagi aku mendehem. “Trus tadikan kita waktu berangkat nyetel kaset, bukan radio…” Aku mulai sebel,”Udah,..ah…jangan dibahas lagi. Mungkin tape-nya korsleting....” Atau mungkin juga ada seseorang yang ikut waktu keluar dari twenty one,..Hiiii….
Sejak itu aku jadi penasaran. Jangan-jangan mobil accord itu bekas tabrakan. Aku mengecek seluruh bodinya. Dan memang setelah dilihat dengan teliti di rangka dekat pintu sopir ada bekas patahan yang telah disambung dengan rapi. Lalu aku membongkar lapisan karpet dikursi sopir hingga kelapisan yang paling bawah. Disana terlihat bercak kecoklatan yang cukup luas. Aku menelitinya dibawah cahaya matahari, dan sepertinya itu bekas noda darah. Karena jika lumpur tidak akan sepekat itu. Juga berbeda dengan bercak karena oli. Pokoknya feeling-ku mengatakan itu bekas noda darah aja (huuuu,..parno..!) Setelah memcoba memcucinya berkali-kali dan tetap tidak bisa hilang, akhirnya aku memutuskan untuk menjual mobil itu. Sebenarnya cukup sedih melepasnya karena dia telah menemaniku sejak aku hamil hingga anakku lahir dan berumur beberapa bulan. Tapi membayangkan kejadian-kejadian aneh yang makin sering terjadi belakangan, aku tidak mau ambil resiko.
Bye..bye..accord….
Daihatsu Espass tahun 1995, dengan silinder 1300 cc
Ini mobilku yang kedua. Meskipun second tapi kondisinya masih bagus luar dalam. Hanya saja kekurangan mobil espass jaman dulu itu adalah paling takut dengan genangan air. Kalau kita melintasi genangan air yang agak luas, selang beberapa detik kemudian dia akan mogok,…gok! Jadi aku agak takut menyetir mobil ini kalau hari hujan. Karena jika hujannya agak deras, berarti harus bersiap-siap saja untuk mogok. Entah sudah berapa banyak duit yang aku keluarkan untuk membayar orang untuk membantu mendorong mobil ini kepinggir jalan. Dan anehnya lagi jika kita sabar menunggu kira-kira satu atau dua jam, dia akan menyala lagi dengan santainya, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Setelah diselidiki ternyata letak koil-nya yang dibawah adalah penyebabnya. Jika koil itu basah, maka mesinnya akan mati seketika. Dengan bantuan salah seorang montir langganan, dia punya ide untuk membungkus koil itu dengan plastik sehingga dapat terhindar dari air. Sejak saat itu memang benar-benar tokcer, tidak pernah kejadian lagi mogok dimusim hujan. Ada genangan?...Siapa takut….
Mobil ini juga yang menemaniku dalam merintis karir berdagang, halah….!
Beneran, mobil ini yang setia menemaniku pergi ke deperindag untuk lihat-lihat jadwal bazar atau jadwal kegiatan umkm dan sejenisnya. Dan salah satu kegiatan kami yang paling berkesan adalah berangkat subuh-subuh untuk mengikuti sebuah bazar di parkir timur senayan. Mobil sarat dengan muatan berbagai macam barang dagangan. Mulai dari baju-baju, sprei, sarung bantal, aksesori rambut, sandal, barang-barang kerajinan tangan, abon sapi hingga ikan asin (yang membuat kabin mobil menjadi bau hingga berminggu-minggu). Mengenai barang-barang yang banyaknya a'ujubile itu, jangan dikira semua barang itu milik aku dan partner dagangku. Sebenarnya sebagian besar dari barang-barang itu adalah barang pinjaman atau titipan. Biasanya kalau ada barang yang laku, baru kita serahkan uang hasil penjualannya kepada pemiliknya. Tapi jika tidak laku kita tinggal mengembalikan barang-barang itu kepemiliknya lagi.
Pengalaman unik lainnya dengan mobil ini adalah klaksonnya yang korsleting. Awalnya balita kengie senang bermain-main dengan stir dan klakson mobil ini. Saking senangnya, suatu hari aku membiarkan dia untuk bermain sepuasnya dengan klakson dan stir mobil didalam garasi. Entah karena gemas atau merasa gregetan, dia mencabut bantalan klakson yang terletak ditengah stir itu. Seketika dia menjerit karena sepertinya ada aliran listik kecil yang menyetrumnya. Disusul dengan suara klakson panjang yang tidak henti-hentinya. Aku coba untuk memperbaikinya, tapi ternyata tidak bisa kembali seperti semula. Kadang-kadang korslitingnya kumat. Sering kali jika aku pulang dari suatu tempat, diperjalanan tiba-tiba klaksonnya berbunyi terus dan tidak bisa dihentikan. Jadi sepanjang perjalanan bunyi Tttiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit. Ampun deh!. Bikin budeg sekaligus bikin dipelototin orang sejalan raya. Seiring dengan waktu mobil ini mulai kerepotan untuk bisa mengimbangi frekuensi perjalananku yang cukup tinggi. Mesinnya jadi sering panas dan over heat. Akhirnya dengan berat hati aku pun menjual mobil ini.
Bye..bye..espass…
Toyota Kijang Diesel tahun 1999, dengan silinder 2400 cc
Ini mobil ketiga yang pernah aku miliki. Meskipun beli second tapi masih kelihatan sangat bagus kondisinya. Maklum baru dipakai 9 bulan oleh pemiliknya. Tentu saja aku senang bisa dapat barang bagus tapi agak murah. Mobil ini pun suddah seperti rumah kedua saking nyamannya Dimobil aku menyediakan bantal, selimut, satu tas berisi baju ganti, minuman, makanan ringan, buku bacaan, mainan anak, dll. Pokoknya komplit. Mobil ini juga nyaris tanpa cela, hingga suatu malam, dalam perjalanan kembali dari solo, terjadi peristiwa yang membahayakan. Pada saat akan menyalib sebuah mobil yang berada didepan kami, mendadak mobil kehilangan tenaga alias ngeden. Padahal sudah di gas pol tapi mobil tidak meberikan reaksi. Sangat berbahaya karena pada saat yang bersamaan muncul kendaraan dari arah yang berlawanan. Untung masih sempat membanting setir ke arah kanan jalan dan akhirnya kami sedikit terperosok kesemak-semak. Tapi kejadian itu sangat menakutkan dan menimbulkan trauma bagi kami. Akhirnya tidak lama setelah itu mobil pun segera dijual. Memang harus segera, sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Bye..bye..kijang...
Toyota Kijang Matic tahun 2002, dengan silinder 2000 cc
Ini mobil keempat dan terlama yang pernah aku miliki. Hampir 7 tahun aku memakai mobil ini dan belum pernah ada keluhan sedikitpun, kecuali ban yang kempes atau sobek (yang memang karena ulahku) dan konsumsi bahan bakarnya yang agak boros. Berbeda dengan mobil-mobil sebelumnya kali ini aku lah sang tangan pertama. Dan memang berbeda jika merawat dari pertama. Meskipun sudah bertahun-tahun, semua kondisinya tetap stabil dan sempurna. Aku memperlakukan mobil ini sudah seperti sahabat dekat. Saking lamanya kebersamaan kami kadang aku merasa mobil ini memiliki jiwa yang sudah menyatu denganku. Kadang jika bosan atau kesepian, aku mengajaknya berbicara seolah dia manusia. Dan Alhamdulillah, dengan lindungan Allah, sudah dua kali kami terhindar dari musibah dijalan tol. Kejadian pertama di tol depan Mall Puri Indah. Dalam keadaan jalanan yang sepi, entah mengapa mobil yang berada jauh didepanku tiba-tiba melintir dan akhirnya terbalik. Untung dalam keadaan kencang aku tidak panik sehingga tidak terjadi kecelakaan beruntun. Kejadian yang kedua terjadi setahun yang lalu. Hampir sama. Kejadiannya pun di tol depan Mall Puri Indah, hanya kali ini dia arah yang berlawanan. Ceritanya truk yang berada di jalur tengah yang berada kira-kira 500 meter didepanku mengerem mendadak menghindari sebuah carry yang zigzag. Truk yang direm mendadak itu pun berayun-ayun ke kiri dan ke kanan sebelum akhirnya terguling dua kali menutupi jalur cepat yang sedang aku lewati. Untung pada saat itu disebelah duduk suamiku yang langsung membantuku mengendalikan setir dan menghindari truk yang diam ditengah jalan. Tidak terbayangkan seandainya aku menyetir sendirian dan kemudian menjadi panik menyaksikan adegan langsung yang terjadi didepan mata saat itu. Fuuiiih….
Sekali-kalinya aku menabrak juga dengan mobil ini. Ceritanya aku ke bank untuk mengeprint buku tabungan. Tapi costumer servisnya jutek banget. Aku memang tahu mesti menunggu dia yang sedang melayani orang lain. Ketika aku bertanya apakah buku mesti aku letakkan dimejanya dan kembali ketempat duduk atau tetap menunggu hingga tiba giliranku,..eh,..dia malah menjawab dengan judesnya, ibu nggak liat apa saya sedang melayani orang. Idih,...nggak perlu sejudes itu kale. Dia kan costumer service,...service...service gitu loh. Bilang aja yang sopan, tunggu sampai giliran ibu tiba, atau mengantri ya bu, atau apa sambil senyum gitu. Aku juga bakalan menunggu dengan sabar kok. Kalau urusan dia sedang melayani orang lain ya jelas aku lihat lah. Emang aku buta apa? Pokoknya keuuuusel banget deh melihat tampang itu orang. Aku langsung pergi dengan perasaan yang sangat gondok. Sangat-sangat gondok sehingga tanpa sadar aku memundurkan kendaraan dengan perasaan masih marah dan tidak melihat kebelakang lagi. Lalu,...JEDEEEER! Aku pun menabrak mobil yang diparkir paralel dibelakangku. Siaaaaal...
Kebetulan pengemudinya sedang ada didalam mobil. Dia langsung keluar dan melabrakku. Aku juga ngotot menyalahkan dia yang parkir dibelakangku. Tidak lama kemudian datang seorang pria separuh baya yang dandy banget. Ternyata dia sang pemilik mobil. Melihat gayanya yang aduhai; celana panjang putih, kemeja putih dengan beberapa kancing yang sengaja dibuka plus kalung dan gelang emas, aku langsung berasumsi dia genit. Yah,..sejenis om genit gitu deh. Langsung aku mengeluarkan jurus manis manja grup...(idiiih..!) " Gimana dong, pak?...Saya nggak sengaja nabrak mobil bapak..."kataku sambil mengedip-ngedipkan mata dan memonyong-monyongkan bibir dan sesekali mengeluarkan lidah seperti ular. Huahahaha...
Cuma kata,"Oh,..yang keluar dari mulutnya. Mungkin dia sedang berfikir keras mahluk apa yang sedang ada dihadapannya. Siluman apa manusia? Kalaupun manusia, waras apa enggak?
Sambil mengeluarkan kartu namaku aku menyerocos lagi,"Biar asuransi saya saja yang mengurus semuanya ya pak. Pokoknya bapak tahu beres saja. Mobil bapak akan kembali seperti semula. Saya jamin! Boleh saya minta kartu nama bapak..?"Kalimat terakhir ini sengaja aku memakai jurus berbicara dan suara ala Julia Peres. Huahahaha....
Dan ternyata berhasil saudara-saudara. Semua urusan beres. Tanpa banyak cingcong si Bapak itu langsung setuju. Tidak ada ribut-ribut ataupun pertengkaran. Seumur-umur ini adalah tabrakan paling damai yang pernah aku lihat. Suer!
Dan begitulah, hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, persahabatanku dengan si Madu ( Matic Duaribu) semakin erat.
Bahkan hingga hari inipun dia masih setia menemaniku kemana-mana. Ke bank, ke pasar, ke dokter, ke sekolah, ke tempat kursus, ke kondangan, hingga keluar kota.
“My car is my second home,….”
Kalau mengutip kata-kata para sopir truk; “Hidupku diatas roda….”
Honda accord tahun 1986, dengan silinder 1800 cc
Ini mobil pertamaku. Persneling-nya otomatis. Per-nya empuk. Ac-nya dingin.Pelek-nya racing. Dengan stir racing dan jok juga racing. Maklum mobil mobil ini bekas anak muda. Jadi tampilannya pun funky abis.Dengan penuh rasa ge-er aku merasa sebagai ibu hamil yang funky. Mobil inilah yang setiap hari menemaniku pulang pergi ke kantor. Biarpun tua mobil ini sangat nyaman untuk dikendarai. Secara honda gitu loh.
Banyak kenangan manis dan seram yang terukir bersama accord ini. Mulai dari menyetir sambil ngelamun, sehingga aku tanpa sadar melewati exit tol tanpa membayar. Tiba-tiba pas sampai dirumah aku kaget sendiri karena melihat ada kartu tol. Dan ini sering kali terjadi. (Bahkan setahun yang lalu pun masih terjadi. Aku kaget ketika menemukan kartu tol di dasboard mobilku. Sedikitpun aku tidak bisa mengingat kapan itu terjadi dan dimana.)
Kejadian lainnya ketika knalpot mobil ini lepas dari kaitannya sehingga terseret-seret sepanjang perjalananku. Kejadiannya persis kayak mobil pengantin dibarat-barat sana yang sering ditulisi “just married”lalu diikatkan dengan kaleng sehingga berisik ketika berjalan. Klontang..klontang sepanjang perjalan tanpa sedikitpun aku ngeh.
Kali lain ketika di tol dalam perjalanan ke jakarta. Karena ada hal yang sangat penting dan mendesak, malam itu aku mengajak mamaku dan bayiku yang masih berusia 3 minggu bersamaku. Tiba-tiba ditengah tol pintu kiri depannya terbuka sendiri. Aduh,..mamaku sampai jerit-jerit ketakutan. Aku segera menepikan kendaraan dan menutup pintunya berkali-kali dengan keras. Untuk memastikan tidak akan terbuka lagi selanjutnya. Aneh, padahal sebelum berangkat aku yakin sudah menutup dengan rapat dan memastikan telah terkunci. Apalagi pintunya juga central lock. Mestinya ini tidak mungkin terjadi. Tapi ya sudah lah..
Nah yang paling serem lagi ketika aku bersama suami pulang dari menonton film midnight show di bioskop 21 di mall karawaci. Terjadinya awal tahun 1999. Hampir setahun setelah kerusuhan Mei.(Memang mall baru beberapa minggu dibuka setelah sebelumnya ditutup. Penjarahan massa dan kebakaran pada kerusuhan mei, membuat mall ini harus merenovasi seluruh bangunannya) Sehabis pertunjukan kami menuju ke parkiran basement. Tidak ada mobil lain yang parkir kecuali accord-ku yang cantik jelita seorang. Sepiii…sekali. Aku dan suamipun diam tidak berkata-kata. Kemudian kami masuk kemobil. Suamiku menyalakan mesin dan menjalankan mobil dengan pelan-pelan. Beberapa detik kemudian kami terlonjak dari tempat duduk masing-masing karena tiba-tiba radio menyala dengan volume yang maksimum dan gelombang yang berpindah-pindah. Buru-buru aku mematikan power radio dan suamiku langsung menginjak pedal gas dalam-dalam. Alhasil malam itu kami seperti adegan “Fast and Furious” di parkiran basement dengan suara ban yang mendecit-decit. Setelah membayar tiket parkir dan keluar dari arela mall kami baru berani membahasnya. “Tadi power-nya Off kan ya?” Aku cuma mejawab,”Hmmm,..” Lalu,”Volume-nya juga kecil kan ya..” Lagi-lagi aku mendehem. “Trus tadikan kita waktu berangkat nyetel kaset, bukan radio…” Aku mulai sebel,”Udah,..ah…jangan dibahas lagi. Mungkin tape-nya korsleting....” Atau mungkin juga ada seseorang yang ikut waktu keluar dari twenty one,..Hiiii….
Sejak itu aku jadi penasaran. Jangan-jangan mobil accord itu bekas tabrakan. Aku mengecek seluruh bodinya. Dan memang setelah dilihat dengan teliti di rangka dekat pintu sopir ada bekas patahan yang telah disambung dengan rapi. Lalu aku membongkar lapisan karpet dikursi sopir hingga kelapisan yang paling bawah. Disana terlihat bercak kecoklatan yang cukup luas. Aku menelitinya dibawah cahaya matahari, dan sepertinya itu bekas noda darah. Karena jika lumpur tidak akan sepekat itu. Juga berbeda dengan bercak karena oli. Pokoknya feeling-ku mengatakan itu bekas noda darah aja (huuuu,..parno..!) Setelah memcoba memcucinya berkali-kali dan tetap tidak bisa hilang, akhirnya aku memutuskan untuk menjual mobil itu. Sebenarnya cukup sedih melepasnya karena dia telah menemaniku sejak aku hamil hingga anakku lahir dan berumur beberapa bulan. Tapi membayangkan kejadian-kejadian aneh yang makin sering terjadi belakangan, aku tidak mau ambil resiko.
Bye..bye..accord….
Daihatsu Espass tahun 1995, dengan silinder 1300 cc
Ini mobilku yang kedua. Meskipun second tapi kondisinya masih bagus luar dalam. Hanya saja kekurangan mobil espass jaman dulu itu adalah paling takut dengan genangan air. Kalau kita melintasi genangan air yang agak luas, selang beberapa detik kemudian dia akan mogok,…gok! Jadi aku agak takut menyetir mobil ini kalau hari hujan. Karena jika hujannya agak deras, berarti harus bersiap-siap saja untuk mogok. Entah sudah berapa banyak duit yang aku keluarkan untuk membayar orang untuk membantu mendorong mobil ini kepinggir jalan. Dan anehnya lagi jika kita sabar menunggu kira-kira satu atau dua jam, dia akan menyala lagi dengan santainya, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Setelah diselidiki ternyata letak koil-nya yang dibawah adalah penyebabnya. Jika koil itu basah, maka mesinnya akan mati seketika. Dengan bantuan salah seorang montir langganan, dia punya ide untuk membungkus koil itu dengan plastik sehingga dapat terhindar dari air. Sejak saat itu memang benar-benar tokcer, tidak pernah kejadian lagi mogok dimusim hujan. Ada genangan?...Siapa takut….
Mobil ini juga yang menemaniku dalam merintis karir berdagang, halah….!
Beneran, mobil ini yang setia menemaniku pergi ke deperindag untuk lihat-lihat jadwal bazar atau jadwal kegiatan umkm dan sejenisnya. Dan salah satu kegiatan kami yang paling berkesan adalah berangkat subuh-subuh untuk mengikuti sebuah bazar di parkir timur senayan. Mobil sarat dengan muatan berbagai macam barang dagangan. Mulai dari baju-baju, sprei, sarung bantal, aksesori rambut, sandal, barang-barang kerajinan tangan, abon sapi hingga ikan asin (yang membuat kabin mobil menjadi bau hingga berminggu-minggu). Mengenai barang-barang yang banyaknya a'ujubile itu, jangan dikira semua barang itu milik aku dan partner dagangku. Sebenarnya sebagian besar dari barang-barang itu adalah barang pinjaman atau titipan. Biasanya kalau ada barang yang laku, baru kita serahkan uang hasil penjualannya kepada pemiliknya. Tapi jika tidak laku kita tinggal mengembalikan barang-barang itu kepemiliknya lagi.
Pengalaman unik lainnya dengan mobil ini adalah klaksonnya yang korsleting. Awalnya balita kengie senang bermain-main dengan stir dan klakson mobil ini. Saking senangnya, suatu hari aku membiarkan dia untuk bermain sepuasnya dengan klakson dan stir mobil didalam garasi. Entah karena gemas atau merasa gregetan, dia mencabut bantalan klakson yang terletak ditengah stir itu. Seketika dia menjerit karena sepertinya ada aliran listik kecil yang menyetrumnya. Disusul dengan suara klakson panjang yang tidak henti-hentinya. Aku coba untuk memperbaikinya, tapi ternyata tidak bisa kembali seperti semula. Kadang-kadang korslitingnya kumat. Sering kali jika aku pulang dari suatu tempat, diperjalanan tiba-tiba klaksonnya berbunyi terus dan tidak bisa dihentikan. Jadi sepanjang perjalanan bunyi Tttiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit. Ampun deh!. Bikin budeg sekaligus bikin dipelototin orang sejalan raya. Seiring dengan waktu mobil ini mulai kerepotan untuk bisa mengimbangi frekuensi perjalananku yang cukup tinggi. Mesinnya jadi sering panas dan over heat. Akhirnya dengan berat hati aku pun menjual mobil ini.
Bye..bye..espass…
Toyota Kijang Diesel tahun 1999, dengan silinder 2400 cc
Ini mobil ketiga yang pernah aku miliki. Meskipun beli second tapi masih kelihatan sangat bagus kondisinya. Maklum baru dipakai 9 bulan oleh pemiliknya. Tentu saja aku senang bisa dapat barang bagus tapi agak murah. Mobil ini pun suddah seperti rumah kedua saking nyamannya Dimobil aku menyediakan bantal, selimut, satu tas berisi baju ganti, minuman, makanan ringan, buku bacaan, mainan anak, dll. Pokoknya komplit. Mobil ini juga nyaris tanpa cela, hingga suatu malam, dalam perjalanan kembali dari solo, terjadi peristiwa yang membahayakan. Pada saat akan menyalib sebuah mobil yang berada didepan kami, mendadak mobil kehilangan tenaga alias ngeden. Padahal sudah di gas pol tapi mobil tidak meberikan reaksi. Sangat berbahaya karena pada saat yang bersamaan muncul kendaraan dari arah yang berlawanan. Untung masih sempat membanting setir ke arah kanan jalan dan akhirnya kami sedikit terperosok kesemak-semak. Tapi kejadian itu sangat menakutkan dan menimbulkan trauma bagi kami. Akhirnya tidak lama setelah itu mobil pun segera dijual. Memang harus segera, sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Bye..bye..kijang...
Toyota Kijang Matic tahun 2002, dengan silinder 2000 cc
Ini mobil keempat dan terlama yang pernah aku miliki. Hampir 7 tahun aku memakai mobil ini dan belum pernah ada keluhan sedikitpun, kecuali ban yang kempes atau sobek (yang memang karena ulahku) dan konsumsi bahan bakarnya yang agak boros. Berbeda dengan mobil-mobil sebelumnya kali ini aku lah sang tangan pertama. Dan memang berbeda jika merawat dari pertama. Meskipun sudah bertahun-tahun, semua kondisinya tetap stabil dan sempurna. Aku memperlakukan mobil ini sudah seperti sahabat dekat. Saking lamanya kebersamaan kami kadang aku merasa mobil ini memiliki jiwa yang sudah menyatu denganku. Kadang jika bosan atau kesepian, aku mengajaknya berbicara seolah dia manusia. Dan Alhamdulillah, dengan lindungan Allah, sudah dua kali kami terhindar dari musibah dijalan tol. Kejadian pertama di tol depan Mall Puri Indah. Dalam keadaan jalanan yang sepi, entah mengapa mobil yang berada jauh didepanku tiba-tiba melintir dan akhirnya terbalik. Untung dalam keadaan kencang aku tidak panik sehingga tidak terjadi kecelakaan beruntun. Kejadian yang kedua terjadi setahun yang lalu. Hampir sama. Kejadiannya pun di tol depan Mall Puri Indah, hanya kali ini dia arah yang berlawanan. Ceritanya truk yang berada di jalur tengah yang berada kira-kira 500 meter didepanku mengerem mendadak menghindari sebuah carry yang zigzag. Truk yang direm mendadak itu pun berayun-ayun ke kiri dan ke kanan sebelum akhirnya terguling dua kali menutupi jalur cepat yang sedang aku lewati. Untung pada saat itu disebelah duduk suamiku yang langsung membantuku mengendalikan setir dan menghindari truk yang diam ditengah jalan. Tidak terbayangkan seandainya aku menyetir sendirian dan kemudian menjadi panik menyaksikan adegan langsung yang terjadi didepan mata saat itu. Fuuiiih….
Sekali-kalinya aku menabrak juga dengan mobil ini. Ceritanya aku ke bank untuk mengeprint buku tabungan. Tapi costumer servisnya jutek banget. Aku memang tahu mesti menunggu dia yang sedang melayani orang lain. Ketika aku bertanya apakah buku mesti aku letakkan dimejanya dan kembali ketempat duduk atau tetap menunggu hingga tiba giliranku,..eh,..dia malah menjawab dengan judesnya, ibu nggak liat apa saya sedang melayani orang. Idih,...nggak perlu sejudes itu kale. Dia kan costumer service,...service...service gitu loh. Bilang aja yang sopan, tunggu sampai giliran ibu tiba, atau mengantri ya bu, atau apa sambil senyum gitu. Aku juga bakalan menunggu dengan sabar kok. Kalau urusan dia sedang melayani orang lain ya jelas aku lihat lah. Emang aku buta apa? Pokoknya keuuuusel banget deh melihat tampang itu orang. Aku langsung pergi dengan perasaan yang sangat gondok. Sangat-sangat gondok sehingga tanpa sadar aku memundurkan kendaraan dengan perasaan masih marah dan tidak melihat kebelakang lagi. Lalu,...JEDEEEER! Aku pun menabrak mobil yang diparkir paralel dibelakangku. Siaaaaal...
Kebetulan pengemudinya sedang ada didalam mobil. Dia langsung keluar dan melabrakku. Aku juga ngotot menyalahkan dia yang parkir dibelakangku. Tidak lama kemudian datang seorang pria separuh baya yang dandy banget. Ternyata dia sang pemilik mobil. Melihat gayanya yang aduhai; celana panjang putih, kemeja putih dengan beberapa kancing yang sengaja dibuka plus kalung dan gelang emas, aku langsung berasumsi dia genit. Yah,..sejenis om genit gitu deh. Langsung aku mengeluarkan jurus manis manja grup...(idiiih..!) " Gimana dong, pak?...Saya nggak sengaja nabrak mobil bapak..."kataku sambil mengedip-ngedipkan mata dan memonyong-monyongkan bibir dan sesekali mengeluarkan lidah seperti ular. Huahahaha...
Cuma kata,"Oh,..yang keluar dari mulutnya. Mungkin dia sedang berfikir keras mahluk apa yang sedang ada dihadapannya. Siluman apa manusia? Kalaupun manusia, waras apa enggak?
Sambil mengeluarkan kartu namaku aku menyerocos lagi,"Biar asuransi saya saja yang mengurus semuanya ya pak. Pokoknya bapak tahu beres saja. Mobil bapak akan kembali seperti semula. Saya jamin! Boleh saya minta kartu nama bapak..?"Kalimat terakhir ini sengaja aku memakai jurus berbicara dan suara ala Julia Peres. Huahahaha....
Dan ternyata berhasil saudara-saudara. Semua urusan beres. Tanpa banyak cingcong si Bapak itu langsung setuju. Tidak ada ribut-ribut ataupun pertengkaran. Seumur-umur ini adalah tabrakan paling damai yang pernah aku lihat. Suer!
Dan begitulah, hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, persahabatanku dengan si Madu ( Matic Duaribu) semakin erat.
Bahkan hingga hari inipun dia masih setia menemaniku kemana-mana. Ke bank, ke pasar, ke dokter, ke sekolah, ke tempat kursus, ke kondangan, hingga keluar kota.
“My car is my second home,….”
Kalau mengutip kata-kata para sopir truk; “Hidupku diatas roda….”
Saturday, September 6, 2008
Can't hardly wait
Ini semua gara-gara trinity si penulis the naked traveller itu. Setelah menyelesaikan halaman terakhir buku itu, aku memandangi suami. Dia pun balik memandangiku. Dan bahasa mata itu sudah cukup mewakili segalanya, (eits,..jangan punya pikiran jorok dulu,..) Langsung mengambil kertas dan mulai menyusun itenirary. Rencana untuk tidak jalan-jalan tahun ini ternyata gagal. Dengan kesadaran penuh akhirnya aku dan suami memutuskan untuk tetap jalan-jalan. Dan atas nama efisiensi, maka jalan-jalan kali ini tidak mengajak anak-anak. Mereka akan dititipkan ditempat eyangnya di Pekanbaru. Ini sungguh tidak adil, kata anak-anak. Hiks..
Seminggu sehabis lebaran aku akan pulang kampung karena salah seorang sepupuku akan menikah. Dan aku mengambil cuti, tepatnya bolos dan juga memboloskan anak-anak selama sepuluh hari. Jika acara pernikahan hanya menghabiskan dua hari dari jumlah cuti yang aku miliki maka aku masih punya delapan hari lagi. Ide awalnya sih, kepingin jadi backpacker, makanya kami memilih untuk Bangkok overland. Tapi setelah dipikir-pikir kok rasanya tidak yakin ya bisa jadi backpacker. Hihihi...
Rencana awalnya adalah: perjalanan dari Pekanbaru ke Mallaca dengan speedboat, Mallaca ke Kuala Lumpur dengan menggunakan bis, dan dari Kuala Lumpur ke Bankok dengan kereta api. Tapi akhir-akhir ini di kabarkan situasi di Bankok kurang kondusif. Kamipun jadi agak ragu.
Pilihan selain Bangkok adalah Saigon. Rencana berikutnya adalah perjalanan dari Pekanbaru ke Malacca, lalu dari Mallaca naik bis ke Kuala Lumpur, dari Kuala Lumpur ke Ho Chi Minh City dengan menggunakan pesawat. Tapi setelah melihat jadwal Speedboat dari Pekanbaru yang tidak tersedia setiap hari, melainkan hanya pada hari senin, rabu, dan jum'at, sementara pesawat ke Ho Chi Minh hari senin jam 18.30 rasanya tidak mungkin untuk tetap menggunakan moda transportasi ini. Akhirnya diputuskan untuk naik pesawat dari Pekanbaru ke Kualalumpur. Wuuuuuuu,...penonton kecewa. Backpacker apaan kalau naik turun pesawat gitu...Hahahaha...
Ya, sudahlah...kita sepertinya tidak pantas menyandang predikat sebagai backpacker.
Lalu,...
Mengapa Vietnam?
Ya, seperti yang diceritaka diatas tadi, awalnya kami memilih untuk ke Bangkok Overland. Tapi setelah baca dikoran kok situasi politik disana sedang kurang bagus, kami membatalkannya. Dan lagi jika ke Bangkok lebih enak jika wisata keluarga (lengkap dengan anak-anak maksudnya.)Pasti akan lebih praktis jika berangkat dari Jakarta, dengan kursi murah dari Airasia.Hehehe,..
Mengapa Vietnam?
Oh,..iya,belum dijawab ya? Pilihan jatuh ke Vietnam karena daerah south east asia ini paling historical. Ingat perang Vietnam? Ingat film Rambo? Bayangkan betapa kerennya kalau ada yang tanya ke anakku; "Where's your dad?"....dan dijawab, "He's in Nam"...persis kayak dialog-dialog difilm hollywood gitu. Huahahaha...
Tapi mengapa Vietnam?
Masih penasaran juga? Karena bagiku Vietnam begitu eksotis. Sejarahnya begitu dramatis. Cerita tentang Vietkong, sungai Mekong, Pol Pot begitu lekat diingatanku, dan aku ingin melihat dan merasakan Vietnam secara langsung. Seandainya waktunya lebih panjang aku juga kepingin ke Kamboja dan Laos.Jadi singkatnya ini sebagian dari obsesi masa kecilku...(ih, dasar psikopat!...obsesi kok perang vietnam...!)
So,...tiket sudah ditangan,...sebentar lagi,...
Vietnam,...aku datang....
Seminggu sehabis lebaran aku akan pulang kampung karena salah seorang sepupuku akan menikah. Dan aku mengambil cuti, tepatnya bolos dan juga memboloskan anak-anak selama sepuluh hari. Jika acara pernikahan hanya menghabiskan dua hari dari jumlah cuti yang aku miliki maka aku masih punya delapan hari lagi. Ide awalnya sih, kepingin jadi backpacker, makanya kami memilih untuk Bangkok overland. Tapi setelah dipikir-pikir kok rasanya tidak yakin ya bisa jadi backpacker. Hihihi...
Rencana awalnya adalah: perjalanan dari Pekanbaru ke Mallaca dengan speedboat, Mallaca ke Kuala Lumpur dengan menggunakan bis, dan dari Kuala Lumpur ke Bankok dengan kereta api. Tapi akhir-akhir ini di kabarkan situasi di Bankok kurang kondusif. Kamipun jadi agak ragu.
Pilihan selain Bangkok adalah Saigon. Rencana berikutnya adalah perjalanan dari Pekanbaru ke Malacca, lalu dari Mallaca naik bis ke Kuala Lumpur, dari Kuala Lumpur ke Ho Chi Minh City dengan menggunakan pesawat. Tapi setelah melihat jadwal Speedboat dari Pekanbaru yang tidak tersedia setiap hari, melainkan hanya pada hari senin, rabu, dan jum'at, sementara pesawat ke Ho Chi Minh hari senin jam 18.30 rasanya tidak mungkin untuk tetap menggunakan moda transportasi ini. Akhirnya diputuskan untuk naik pesawat dari Pekanbaru ke Kualalumpur. Wuuuuuuu,...penonton kecewa. Backpacker apaan kalau naik turun pesawat gitu...Hahahaha...
Ya, sudahlah...kita sepertinya tidak pantas menyandang predikat sebagai backpacker.
Lalu,...
Mengapa Vietnam?
Ya, seperti yang diceritaka diatas tadi, awalnya kami memilih untuk ke Bangkok Overland. Tapi setelah baca dikoran kok situasi politik disana sedang kurang bagus, kami membatalkannya. Dan lagi jika ke Bangkok lebih enak jika wisata keluarga (lengkap dengan anak-anak maksudnya.)Pasti akan lebih praktis jika berangkat dari Jakarta, dengan kursi murah dari Airasia.Hehehe,..
Mengapa Vietnam?
Oh,..iya,belum dijawab ya? Pilihan jatuh ke Vietnam karena daerah south east asia ini paling historical. Ingat perang Vietnam? Ingat film Rambo? Bayangkan betapa kerennya kalau ada yang tanya ke anakku; "Where's your dad?"....dan dijawab, "He's in Nam"...persis kayak dialog-dialog difilm hollywood gitu. Huahahaha...
Tapi mengapa Vietnam?
Masih penasaran juga? Karena bagiku Vietnam begitu eksotis. Sejarahnya begitu dramatis. Cerita tentang Vietkong, sungai Mekong, Pol Pot begitu lekat diingatanku, dan aku ingin melihat dan merasakan Vietnam secara langsung. Seandainya waktunya lebih panjang aku juga kepingin ke Kamboja dan Laos.Jadi singkatnya ini sebagian dari obsesi masa kecilku...(ih, dasar psikopat!...obsesi kok perang vietnam...!)
So,...tiket sudah ditangan,...sebentar lagi,...
Vietnam,...aku datang....
Thursday, September 4, 2008
Rambut Njebobog
Njebobog itu, kalau tidak salah, dalam bahasa jawa biasanya untuk mengungkapkan sesuatu yang megar, khususnya rambut. Misalnya rambut ahmad albar, itu njebobog. Rambut inge rosalina, juga njebobog.
Jadi ceritanya aku kesel karena setiap pergi kesalon sama hair stylist-nya pasti disarankan untuk hair rebonding.
Sudah berpuluh-puluh kali aku ditawari untuk program pelurusan rambut. Entah itu oleh hair stylish, kapster atau tukang pijat refleksi (lo, kok pijat refleksi, apa hubungannya?)
Yang mengherankan bagiku adalah mengapa rambutku begitu menggemaskan bagi mereka. Akhirnya aku bertanya pada diri sendiri, what’s wrong with my hair?
Memang rambutku mungkin dianggap tidak indah bagi sebagian orang. Keriting, mekar dan susah diatur. Tapi aku tidak ada masalah dengan kondisi dan keadaan rambutku. Malah aku sangat bersyukur bisa punya rambut, betul tidak? Tapi tampaknya mereka tidak pernah menyerah. Selalu melontarkan pertanyaan yang itu lagi,itu lagi. Seperti ini,”nggak di rebonding, bu?” Aku jawab,”Nggak, ntar saya dikirain kembarannya vocalis kangen band, lagi..” Katanya, “Ah, ibu bisa aja…” Tapi masih belum nyerah juga dan bertanya lagi,”Kalau nggak mau di rebonding di smoothing aja bu..” Aku jawab lagi,”Nggak ah,..mahal”. Baru nggak ngomong. Cuma mungkin dalam hati dia mbatin, gila ni orang pelit amat yak!
Hahahaha,…
Tidak hanya orang salon yang sering bertanya-tanya dengan pertanyaan serupa. Beberapa kerabatku pun kerap menanyakan hal yang sama. Nggak dibonding, mbak inge? Nggak di bonding dek inge? Nggak dibonding tante inge?..Sampai aku merasa bosan untuk menjawabnya. Nggak, nggak dan enggak. Kenapa sih harus hair rebonding? Apakah rambut lurus itu yang paling indah. Sama seperti sterotip kulit putih itu yang cantik? Tidak kan? Atau karena ongkos rebonding yang relatif mahal sehingga dianggap kalau tidak hair rebonding tidak punya uang? Tidak juga kan? Jadi maunya apa sih kok selalu memaksaku untuk meluruskan rambut?
Terakhir pertanyaan itu kembali menyapaku beberapa hari yang lalu. Salah seorang keponakanku mengomentari rambutku. Dan selanjunya mengomentari rambut anak-anakku yang memang mewarisi benar turunan rambut keritingku. Karena ini bukan untuk yang kesatu atau dua kalinya dia melontarkan pertanyaan yang sama, maka aku menjawabnya dengan agak sedikit keras. Pertanyaan awalnya seperti biasa, nggak pengen dibonding tante inge? Enggak jawabku. Lalu dia bertanya lagi, kengi sama bena gimana? Apa mereka nggak pernah minta rambutnya direbonding? (bagiku pertanyaan ini agak aneh, secara anak-anakku bukannya salon oriented, dan juga sesuai dengan umur mereka apa pantas pertanyaan itu ditanyakan?) Oh,..nggak pernah tuh,.. Aku selalu bilang ke mereka bahwa beauty is not everything. Dan hasilnya mereka bangga dengan rambut megarnya, mereka bangga dengan warna kulitnya, dan mereka juga bangga dengan diri mereka apa adanya…
Oooooo,…hanya itu kata yang keluar dari mulut keponakanku itu. Dia kelihatan kehabisan kata-kata. Hahaha,…rasain...!
Jadi ceritanya aku kesel karena setiap pergi kesalon sama hair stylist-nya pasti disarankan untuk hair rebonding.
Sudah berpuluh-puluh kali aku ditawari untuk program pelurusan rambut. Entah itu oleh hair stylish, kapster atau tukang pijat refleksi (lo, kok pijat refleksi, apa hubungannya?)
Yang mengherankan bagiku adalah mengapa rambutku begitu menggemaskan bagi mereka. Akhirnya aku bertanya pada diri sendiri, what’s wrong with my hair?
Memang rambutku mungkin dianggap tidak indah bagi sebagian orang. Keriting, mekar dan susah diatur. Tapi aku tidak ada masalah dengan kondisi dan keadaan rambutku. Malah aku sangat bersyukur bisa punya rambut, betul tidak? Tapi tampaknya mereka tidak pernah menyerah. Selalu melontarkan pertanyaan yang itu lagi,itu lagi. Seperti ini,”nggak di rebonding, bu?” Aku jawab,”Nggak, ntar saya dikirain kembarannya vocalis kangen band, lagi..” Katanya, “Ah, ibu bisa aja…” Tapi masih belum nyerah juga dan bertanya lagi,”Kalau nggak mau di rebonding di smoothing aja bu..” Aku jawab lagi,”Nggak ah,..mahal”. Baru nggak ngomong. Cuma mungkin dalam hati dia mbatin, gila ni orang pelit amat yak!
Hahahaha,…
Tidak hanya orang salon yang sering bertanya-tanya dengan pertanyaan serupa. Beberapa kerabatku pun kerap menanyakan hal yang sama. Nggak dibonding, mbak inge? Nggak di bonding dek inge? Nggak dibonding tante inge?..Sampai aku merasa bosan untuk menjawabnya. Nggak, nggak dan enggak. Kenapa sih harus hair rebonding? Apakah rambut lurus itu yang paling indah. Sama seperti sterotip kulit putih itu yang cantik? Tidak kan? Atau karena ongkos rebonding yang relatif mahal sehingga dianggap kalau tidak hair rebonding tidak punya uang? Tidak juga kan? Jadi maunya apa sih kok selalu memaksaku untuk meluruskan rambut?
Terakhir pertanyaan itu kembali menyapaku beberapa hari yang lalu. Salah seorang keponakanku mengomentari rambutku. Dan selanjunya mengomentari rambut anak-anakku yang memang mewarisi benar turunan rambut keritingku. Karena ini bukan untuk yang kesatu atau dua kalinya dia melontarkan pertanyaan yang sama, maka aku menjawabnya dengan agak sedikit keras. Pertanyaan awalnya seperti biasa, nggak pengen dibonding tante inge? Enggak jawabku. Lalu dia bertanya lagi, kengi sama bena gimana? Apa mereka nggak pernah minta rambutnya direbonding? (bagiku pertanyaan ini agak aneh, secara anak-anakku bukannya salon oriented, dan juga sesuai dengan umur mereka apa pantas pertanyaan itu ditanyakan?) Oh,..nggak pernah tuh,.. Aku selalu bilang ke mereka bahwa beauty is not everything. Dan hasilnya mereka bangga dengan rambut megarnya, mereka bangga dengan warna kulitnya, dan mereka juga bangga dengan diri mereka apa adanya…
Oooooo,…hanya itu kata yang keluar dari mulut keponakanku itu. Dia kelihatan kehabisan kata-kata. Hahaha,…rasain...!
Subscribe to:
Posts (Atom)