Friday, July 11, 2008

ekstrim kuliner

Rasanya jengkel sekali dengan reaksi kulitku terhadap beberapa jenis makanan. Entah mengapa 3 tahun terakhir ini aku jadi alergi pada makanan yang berasal dari daging sapi termasuk semua produk yang berbahan dasar sapi seperti dairy product. Biasanya beberapa saat setelah aku mengkonsumsi daging sapi telapak tanganku terasa panas dan kemudian menjadi sangat kering hingga akhirnya pecah-pecah atau mengelupas. Sudah beberapa dokter kulit didatangi tapi tetap saja tidak sembuh-sembuh. Ya iya lah,..gimana bisa sembuh kalau pantangannya dilanggar terus. Larangannya hanya agar tidak mengkonsumsi makanan yang dapat memicu alergi, tapi siapa yang tahan dengan godaan sate padang, sop kaki, rawon, es krim, cis kek, dll. Terus terang aku tidak tahan.

Dengar dari sana-sini katanya daging ular atau biawak bisa menyembuhkan. Entah mitos entah memang bener, tapi kayaknya tidak ada salahnya untuk mencoba. Malam ini aku dengan diantar suami pergi ke sebuah warung reptil kaki lima. Bukan reptilnya yang berkaki lima tapi warung kaki lima yang menyediakan hidangan reptil antara lain ular kobra dan biawak.

Duduk sambil menunggu datangnya pesanan (..aku memesan seekor biawak goreng..)aku dan suami saling pandang. Dengan pandangan tidak percaya dia lagi-lagi bertanya,.."Yakin?...bisa menghabiskannya...?" Aku tertawa dan menjawab,"Lihat saja nanti..."

Kalau biawak aku tidak takut. Tapi dengan ular aku memang agak takut. Dan sebalnya kandang ular yang akan dimasak terletak tidak jauh dari tempat dudukku. Berkali-kali aku mencoba untuk mengalihkan pandangan dari sana tapi berkali-kali juga mataku kembali melirik kesana. Adegan aku mencuri pandang ke ular-ular itu tak ubahnya seperti adegan seorang gadis remaja yang sedang melirik pacarnya. Pemandangan yang sangat menggemaskan,..hahahaha...

Setelah hidangan datang aku pun mulai menikmatinya. Hm,,...yummy,...rasanya seperti daging ayam kok. Tidak amis dan tidak alot. "Mau coba?" aku menawari suami. Dia menggeleng sambil mengangkat bahunya. "Atau pesan makanan laih, gih..."kataku. Lagi-lagi dia menggeleng sambil berkata," Boro-boro mau makan, sekarang aja rasanya perut udah turun sampai ke lantai"..Aku terbahak mendengarnya. Lalu kami larut dalam diskusi tentang halal-haram. Untuk menghibur diri sendiri aku mengatakan bahwa biawak tidak haram pada saat aku makan ini karena tujuannya untuk pengobatan. Tapi jika suamiku yang memakannya maka akan menjadi haram. Tanpa terasa sepiring daging biawak goreng kuhabiskan sendirian. Dan ternyata harganya pun tidak terlalu mahal. Setelah membayar kami bergegas pulang. Sembari jalan aku mendesah, "Mudah-mudahan malam ini aku mimpi dikejar-kejar biawak......! Hiiii......."

No comments: