Setiap siang dalam kegiatan rutinku menjemput anak-anak pulang sekolah, ada sebuah ritual yang tidak pernah aku lewatkan. Ritual yang cukup sederhana sebenernya karena dilakukan sambil lewat. Ritual itu adalah pemandangan yang sangat romantis pada sebuah gerobak mi ayam. Betul,..ini sebuah cerita sederhana tentang sepasang suami istri yang sudah agak tua, yang berjualan mie dibawah sebuah pohon rindang. Entah karena kebetulan atau bukan, setiap aku melintasi, pasti tepat pada saat mereka sedang menikmati makan siang. Dengan rantang alumnium sepasang suami istri itu terlihat rukun,damai,romantis dan bersahaja. Aku selalu melambatkan laju kendaraan untuk diam-diam menikmati pemandangan indah itu. Dan aku terus memandang dari kaca spion hingga tidak terlihat lagi. Bahagia ada dimana-mana. Tidak harus di meja makan terbuat dari jati atau perangkat makan mewah keluaran Royal Selangor. Tidak juga di restoran mahal dengan harga makanan hingga ratusan ribu bahkan jutaan rupiah. Aku tahu dibawah pohon itu mereka bahagia dan begitu tulus. Dan kebahagian mereka itu seolah menutupi segala kekurangan yang ada. Karena aku tahu setiap pembeli yang singgah disana adalah orang yang juga tertarik dengan pancaran ketulusan mereka. Termasuk aku yang setiap hari lewat, seolah-olah ada magnet yang memaksaku untuk melihat mereka,..lagi dan lagi..
Dan seminggu yang lalu ada kejadian yang amat membekas dihatiku,..ya hari itu sesuatu pemandangan yang cukup menyesakkan dada ketika aku melihat seorang tukang kembang yang baru saja sampai ke tempatnya berdagang, memberikan ciuman penuh kasih sayang ke bibir istrinya, yang telah mengantarnya dengan menggunakan motor dengan seorang bocah yang duduk didepan. Jangan membayangkan mereka sebagai "hot couple" apa lagi "french kisses" karena sang istri menggunakan busana muslim yang rapat dengan jilbabnya yang panjang. Aku merasa tersentak. Mereka tidak perlu menutupi rasa cinta dan kasih sayang itu. Cinta ada dimana-mana. Tidak hanya milik abg yang keluyuran naik motor. Atau hanya milik mereka yang diam-diam menyembunyikan selingkuhannya. Cinta milik siapa saja. Dan cinta bisa ada dimana saja. Cinta yang tulus dan tanpa embel-embel apa-apa dibelakangnya.
This is ironic when suddenly i asked myself : when the last time it happened to me?
Sejak saat itu aku berjanji pada diri sendiri aku akan selalu menyempatkan diri untuk membuat janji makan siang bersama pasangan. Sedapat mungkin kami bertemu meski hanya untuk makan siang. Sedangkan untuk ciuman mesra kepada pasangan,..ehem,..mungkin cukup hanya aku dan pasangan saja yang tahu ya...hehehe..
Mudah-mudahan yang lain (terutama untuk pasangan yang sibuk bekerja )bisa ikut-ikutan semakin mesra dengan pasangannya....
Tuesday, December 16, 2008
Saturday, December 13, 2008
hari raya kurban kali ini
Kurban kali ini kami memilih untuk mengurusi sendiri segalanya. Mulai dari membeli kambing, menyembelih hingga mendistribusikannya langsung ke daerah yang agak minus di kawasan sepatan, tangerang. Jika tahun ini hanya mampu untuk dua ekor kambing saja, mudah-mudahan tahun depan bisa lebih dari ini. Amin..
Selamat Hari Raya Idul Adha untuk semuanya
Selamat Hari Raya Idul Adha untuk semuanya
Friday, December 12, 2008
Saleem ikut jalan-jalan...
Pernah punya hewan peliharaan yang bodoh, penakut gampang stress dan jantungan? Semua itu adalah karakteristik yang dimiliki oleh kucing kami semata wayang: Saleem. Dan untuk menjaga agar dia tetap berumur panjang,..tidak ada salahnya jika sekali-kali dia diajak berjalan-jalan. Dan istimewanya lagi boleh duduk didepan agar leluasa melihat pemandangan. Hehehe..
Wednesday, December 3, 2008
Tajur trip
"Sedihnya kalau lagi kepengen jalan-jalan dilumpur tapi sepanjang jalan yang dilewati hanyalah jalanan kering, berdebu dan penuh batu..."
Sudah akhir tahun berarti mulai memasuki musim hujan. Sebagai "mud freak", musim hujan adalah saat yang paling ditunggu-tunggu. Dan sesuai dengan kesepakatan, tepat di penghujung bulan november ini kami yang berjumlah 9 jeep, berangkat ke daerah tajur hingga tembus ke gunung batu 1,2,3 dan 4. Konon katanya ini melewati rute west java challanges kemaren.
Perjalanan seperti biasa selalu dimulai pada tengah malam. After midnight kita mulai menyeberangai sungai,..suasana yang gelap gulita membuat kita harus ektra hati-hati agar tidak terperosok kebagian sungai yang dalam. Silahkan dinikmati pemandangan malam itu pada foto-foto dibawah ini,...
Pagi yang bening dan damai mengawali hari. Melihat kelangit yang cerah dan semburat matahari yang memancar sungguh merupakan pertanda buruk bagi kami semua. Mengapa?!..Karena semua itu menandakan tidak akan ada hujan,..dan itu buruk,..benar-benar buruk...!
Aktifitas pagi pun dimulai,..beberapa orang mulai menyiapkan air panas untuk menyeduh kopi, sementara beberapa orang lagi mulai mengutak-atik jeep-nya. Tapi satu orang dari beberapa sibuk dengan kameranya dan satu orang lagi dari beberapa itu masih terlelap dalam mimpi indahnya...
Saatnya untuk memulai hari,..pagi yang sangat cerah,..seluruh anggota rombongan mulai kembali menyeberangi sungai sambil berharap agar hujan akan segera turun nantinya,...
Tapi ternyata hingga siang hari,..hujan yang dinanti-nanti tidak kunjung turun juga,..dan inilah jadinya,..medan kering dan berdebu terpaksa harus tetap dijalani,..salah seorang bahkan menyeletuk," jalanan tanpa hujan hari ini bagaikan makan nasi tanpa kuah,...kering..!
Dengan rasa setengah putus asa,..kami pun mencoba upaya terakhir untuk memanggil hujan,..: "Menarikan tarian hujan!" Lihatlah ketiga pawang hujan dibawah ini, meskipun putus asa tetapi mencoba untuk tetap tersenyum, hehehe...
Naik dan turun,..mengejar awan hitam,..tapi semuanya sia-sia belaka....
Ketika kami akan mengakhiri perjalanan,..tenyata jalan yang harus kami lewati baru saja mengalami longsor,..aih,...jika itu biasanya merupakan berita buruk untuk pengendara mobil,..tapi tidak bagi kami. Longsor malah menjadi hadiah kecil bagi kami.
Memang kurang puas dalam perjalanan kali ini,..tapi jalan longsor cukuplah sebagai pengobat hati yang luka (lagu kaleee,..hati yang luka,..uhui..)Nanti jika musim hujan sudah benar-benar tiba,..kami akan kembali mejelajahi rute ini,..untuk ber-"boggy woggy" tentunya...
Bye,..bye,...see you in another trip...
Sudah akhir tahun berarti mulai memasuki musim hujan. Sebagai "mud freak", musim hujan adalah saat yang paling ditunggu-tunggu. Dan sesuai dengan kesepakatan, tepat di penghujung bulan november ini kami yang berjumlah 9 jeep, berangkat ke daerah tajur hingga tembus ke gunung batu 1,2,3 dan 4. Konon katanya ini melewati rute west java challanges kemaren.
Perjalanan seperti biasa selalu dimulai pada tengah malam. After midnight kita mulai menyeberangai sungai,..suasana yang gelap gulita membuat kita harus ektra hati-hati agar tidak terperosok kebagian sungai yang dalam. Silahkan dinikmati pemandangan malam itu pada foto-foto dibawah ini,...
Pagi yang bening dan damai mengawali hari. Melihat kelangit yang cerah dan semburat matahari yang memancar sungguh merupakan pertanda buruk bagi kami semua. Mengapa?!..Karena semua itu menandakan tidak akan ada hujan,..dan itu buruk,..benar-benar buruk...!
Aktifitas pagi pun dimulai,..beberapa orang mulai menyiapkan air panas untuk menyeduh kopi, sementara beberapa orang lagi mulai mengutak-atik jeep-nya. Tapi satu orang dari beberapa sibuk dengan kameranya dan satu orang lagi dari beberapa itu masih terlelap dalam mimpi indahnya...
Saatnya untuk memulai hari,..pagi yang sangat cerah,..seluruh anggota rombongan mulai kembali menyeberangi sungai sambil berharap agar hujan akan segera turun nantinya,...
Tapi ternyata hingga siang hari,..hujan yang dinanti-nanti tidak kunjung turun juga,..dan inilah jadinya,..medan kering dan berdebu terpaksa harus tetap dijalani,..salah seorang bahkan menyeletuk," jalanan tanpa hujan hari ini bagaikan makan nasi tanpa kuah,...kering..!
Dengan rasa setengah putus asa,..kami pun mencoba upaya terakhir untuk memanggil hujan,..: "Menarikan tarian hujan!" Lihatlah ketiga pawang hujan dibawah ini, meskipun putus asa tetapi mencoba untuk tetap tersenyum, hehehe...
Naik dan turun,..mengejar awan hitam,..tapi semuanya sia-sia belaka....
Ketika kami akan mengakhiri perjalanan,..tenyata jalan yang harus kami lewati baru saja mengalami longsor,..aih,...jika itu biasanya merupakan berita buruk untuk pengendara mobil,..tapi tidak bagi kami. Longsor malah menjadi hadiah kecil bagi kami.
Memang kurang puas dalam perjalanan kali ini,..tapi jalan longsor cukuplah sebagai pengobat hati yang luka (lagu kaleee,..hati yang luka,..uhui..)Nanti jika musim hujan sudah benar-benar tiba,..kami akan kembali mejelajahi rute ini,..untuk ber-"boggy woggy" tentunya...
Bye,..bye,...see you in another trip...
Saturday, November 29, 2008
Susahnya cari uang,...
Bicara tentang fotografi terus terang aku bukan ahlinya. Memotret bagiku hanyalah sekedar hobbi untuk mengabadikan sebuah moment yang berkesan bagiku. Tapi kalau ada panggilan untuk memotret, itu merupakan suatu kehormatan karena aku menyadari kemampuanku yang amat pas-pasan. Dan setelah beberapa saat yang lalu sempat menjadi fotografer amatiran untuk sebuah produk alat-alat peraga dan buku, kali ini aku kembali diminta lagi untuk menjadi fotografer amatiran yang dipercaya untuk memotret lokasi sebuah restoran untuk pembuatan brosurnya. Bagaimana hasilnya?...Silahkan dilihat pada gambar-gambar dibawah ini:
Percayakah anda jika pemandangan indah danau dan jejeran pohon pinus dikejauhan itu berada di kawasan Gading Serpong (sekarang lebih dikenal sebagai Summarecon Serpong)
Dan pemandangan indah itu bisa dinikmati dari restoran terapung yang berada diatas danau ini
Pemandangan yang cukup menakjubkan, bukan?..
Salah satu saung yang berada diatas air
Terkoneksi antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya
Tampak bagian depan dari pintu masuk kedalam restoran yang agak menjorok kebawah
Saung ini masih merupakan bagian dari restoran yang sama tapi terletak diseberang jalan dengan posisi yang agak lebih tinggiUntuk saung yang berada di bagian lahan yang lebih tinggi ini, konsepnya jauh berbeda
Sebagian dari interior saung
Jika sebelumnya air menjadi "center of view", disini malah perkebunanlah yang menjadi centre of view-nya
Lahan yang siap ditanami ini nantinya dijadikan tempat agrowisata dimana pengujung yang datang diperkenankan untuk membeli dan memetik langsung beberapa hasil kebun
Percayakah anda jika pemandangan indah danau dan jejeran pohon pinus dikejauhan itu berada di kawasan Gading Serpong (sekarang lebih dikenal sebagai Summarecon Serpong)
Dan pemandangan indah itu bisa dinikmati dari restoran terapung yang berada diatas danau ini
Pemandangan yang cukup menakjubkan, bukan?..
Salah satu saung yang berada diatas air
Terkoneksi antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya
Tampak bagian depan dari pintu masuk kedalam restoran yang agak menjorok kebawah
Saung ini masih merupakan bagian dari restoran yang sama tapi terletak diseberang jalan dengan posisi yang agak lebih tinggiUntuk saung yang berada di bagian lahan yang lebih tinggi ini, konsepnya jauh berbeda
Sebagian dari interior saung
Jika sebelumnya air menjadi "center of view", disini malah perkebunanlah yang menjadi centre of view-nya
Lahan yang siap ditanami ini nantinya dijadikan tempat agrowisata dimana pengujung yang datang diperkenankan untuk membeli dan memetik langsung beberapa hasil kebun
Tampak dikejauhan para petani yang sedang bekerja
Tanaman kangkung yang siap panen
Bahkan tersedia nursery untuk aneka tanaman hias
Parcel yang bisa dijadikan sebagai oleh-oleh berisikan aneka hasil kebun yang langsung dipetik dari batangnya
Restoran ini bernama Bambu Kuning, itulah kenapa sebagian bangunan yang yang terbuat dari bambu dicat dengan warna kuning. Pemiliknya adalah seorang petani yang ulet karena meskipun sudah beberapa kali harus berpindah tempat (karena tergusur oleh pembangungan perumahan) tapi beliau tidak pernah menyerah. Selalu bisa untuk memulai lagi. Bahkan selalu lebih baik lagi dari yang sebelumnya. Sepanjang ingatanku restoran ini sudah tiga kali berganti tempat. Tentu saja aku ingat persis setiap proses pindahannya karena berpindah tempat berarti dia juga harus merubah semua alamat di kartu nama dan tampilan brosurnya, yang artinya dia harus berhubungan dengan percetakan langganannya, dan itu juga berarti dia berhubungan dengan ipaabong.
Setiap kali beliau pindah ketempat yang baru, beliau terpaksa harus memulai semuanya dari nol lagi. Mulai dari bangunan restoran dan saung-saungnya, hingga memulai lagi untuk menanam tanaman perkebunan dari awal. Dilahan yang sepertinya tidak terlalu subur itu, dengan kerja keras dan bersungguh-sungguh, beliau mampu merubahnya menjadi tambang uang. Bahkan beberapa kali beliau mendapat penghargaan dari pemerintah daerah. Tidak heran jika beberapa tahun terakhir ini beliau ditunjuk oleh teman-temannya sebagai ketua himpunan tani untuk wilayah dia tinggal. Semangat dan kerja keras inilah yang harus jadi teladan bagi kita. Dan bagiku, khususnya.
Lantas,..apakah ada hubungannya antara judul susahnya cari uang dengan proses memotret? Oh,..tentu...! Tentu saja proses memotret ini juga merupakan bagian dari proses untuk menghasilkan uang. Foto-foto yang aku hasilkan nantinya akan mengisi brosur-brosur yang akan dicetak.
Lantas?,...
Setelah 2 jam memotret tanpa henti, naik,...turun,...tiarap,...jongkok,..jinjit,..nahan napas,...berpanas-panas,... akhirnya aku diberi sebotol teh sosro dingin,...Alhamdulillah...!
Dan sebelum pulang,..dua buah pepaya yang sudah matang plus sekantong mentimun jadi buah tangan yang tidak akan terlupakan. Alhamdulillah...!
Meskipun aku merasa sangat kelelahan,..dan hanya dibayar dengan buah-buahan,..sekarang aku sadar, betapa susahnya cari uang!
Restoran ini bernama Bambu Kuning, itulah kenapa sebagian bangunan yang yang terbuat dari bambu dicat dengan warna kuning. Pemiliknya adalah seorang petani yang ulet karena meskipun sudah beberapa kali harus berpindah tempat (karena tergusur oleh pembangungan perumahan) tapi beliau tidak pernah menyerah. Selalu bisa untuk memulai lagi. Bahkan selalu lebih baik lagi dari yang sebelumnya. Sepanjang ingatanku restoran ini sudah tiga kali berganti tempat. Tentu saja aku ingat persis setiap proses pindahannya karena berpindah tempat berarti dia juga harus merubah semua alamat di kartu nama dan tampilan brosurnya, yang artinya dia harus berhubungan dengan percetakan langganannya, dan itu juga berarti dia berhubungan dengan ipaabong.
Setiap kali beliau pindah ketempat yang baru, beliau terpaksa harus memulai semuanya dari nol lagi. Mulai dari bangunan restoran dan saung-saungnya, hingga memulai lagi untuk menanam tanaman perkebunan dari awal. Dilahan yang sepertinya tidak terlalu subur itu, dengan kerja keras dan bersungguh-sungguh, beliau mampu merubahnya menjadi tambang uang. Bahkan beberapa kali beliau mendapat penghargaan dari pemerintah daerah. Tidak heran jika beberapa tahun terakhir ini beliau ditunjuk oleh teman-temannya sebagai ketua himpunan tani untuk wilayah dia tinggal. Semangat dan kerja keras inilah yang harus jadi teladan bagi kita. Dan bagiku, khususnya.
Lantas,..apakah ada hubungannya antara judul susahnya cari uang dengan proses memotret? Oh,..tentu...! Tentu saja proses memotret ini juga merupakan bagian dari proses untuk menghasilkan uang. Foto-foto yang aku hasilkan nantinya akan mengisi brosur-brosur yang akan dicetak.
Lantas?,...
Setelah 2 jam memotret tanpa henti, naik,...turun,...tiarap,...jongkok,..jinjit,..nahan napas,...berpanas-panas,... akhirnya aku diberi sebotol teh sosro dingin,...Alhamdulillah...!
Dan sebelum pulang,..dua buah pepaya yang sudah matang plus sekantong mentimun jadi buah tangan yang tidak akan terlupakan. Alhamdulillah...!
Meskipun aku merasa sangat kelelahan,..dan hanya dibayar dengan buah-buahan,..sekarang aku sadar, betapa susahnya cari uang!
Subscribe to:
Posts (Atom)