Monday, June 28, 2010

every dharma has it karma,...

Setahun yang lalu aku hadir pada sebuah acara duka cita. Salah seorang kerabat jauh yang telah berumur meninggal dunia karena penyakitnya. Kematiannya cukup mengejutkan karena agak mendadak. Hanya beberapa minggu almarhum mendadak sakit tidak lama kemudian akhirnya meninggal dunia. Sebenarnya prosesi kematian dan persiapan penguburan tidak jauh berbeda dengan prosesi lainnya. Tapi ada satu hal yang cukup menarik perhatianku yang membuat aku merenung agak dalam. Ini terjadi pada saat jenazah di akan di sembahyangkan dan dilakukan upacara militer karena beliau veteran. Pada moment-moment itu aku melihat di pojok teras masjid, terlihat seorang perempuan seumurku dengan penampilan sederhana bersama anak perempuannya yang kebetulan juga seumuran dengan anakku. Jadi lebih mudah bagiku untuk memposisikan mereka dengan diriku. Perempuan itu menangis terus menerus, begitu juga dengan gadis kecilnya. Terlihat duka yang amat sangat dalam di wajah mereka. Tapi aku mulai bertanya jika mereka hanyanya tamu yang datang untuk melayat, mengapa mereka mengalami kesedihan yang luar biasa. Hingga akhirnya salah seorang membisikkan kepadaku bahwa perempuan itu adalah istri muda si almarhum. Dan anak perempuan itu adalah putri mereka. Aku terhenyak. Rasa haru turut menyelimuti hatiku melihat wajah si gadis kecil. Kehilangan ayahanda tercinta pada saat seumur itu membuatkan membandingkannya dengan putriku. Kemudian aku melihat kearah ibunya yang juga kelihatan begitu terpukul. Aku membandingkannya dengan diriku yang seumuran dengannya, yang tiba-tiba harus menjadi janda. Aku menghela napas. Kenyataan yang paling pahit lagi yang harus mereka terima adalah ketika pihak keluarga almarhum tidak mengizinkan mereka untuk berada atau berdekatan dengan si almarhum. Itulah mengapa mereka hanya bisa menangis di pojok masjid. Memandangi dari kejauhan dengan isak tangis yang tertahan. Sungguh memilukan.

Dan minggu ini kejadian hampir sama dengan yang diatas. Bedanya kalau sebelumnya adalah salah seorang kerabat kami maka kali ini kasus yang sama terjadi pada salah seorang teman lama kami. Secara garis besar sama, sang suami meninggal dunia cukup mendadak setelah sakit selama seminggu. Bahwa kemudian diketahui bahwa si kepala keluarga ini memiliki keluarga rahasia lainnya. Seorang istri muda yang lagi-lagi sepantaran denganku, dengan seorang anak perempuan yang juga seusia dengan anakku.Bedanya istri muda yang ini terlihat begitu cantik dan terawat. Terlihat begitu "well mantenance". Maklum, suaminya yang kini menjadi almarhum adalah mantan pejabat.Tapi terlepas dari itu,kejadian persis seperti cerita sebelumnya, dia tidak dapat menemui atau mendampingi pada saat-saat terakhir almarhum. Bahkan untuk sekedar bezuk dirumah sakit pun dia tidak bisa. Meskipun sudah berupaya kesana sini, juga telfon kesana sini, tidak satu orangpun yang berhasil membantunya. Dia tidak dapat hadir meskipun sebentar karena keluarga almarhum tidak pernah bisa mengizinkan dan tidak pernah bisa menerima kehadirannya beserta anaknya.

Aku kembali ke lamunanku. Aku mencoba memahami juga perasaan dari pihak keluarga almarhum. Kesedihan yang dialami karena kehilangan ayah tercinta menjadi bertambah lagi ketika mengetahui bahwa selama ini si ayah menyembunyikan sesuatu dari mereka. Bahwa si ayah ternyata memiliki keluarga lainnya. Hal ini pasti membuat mereka juga sangat terpukul. Dan membuat mereka merasa sangat dikhianati. Aku bisa memaklumi sikap mereka yang menolak mentah-mentah kehadiran keluarga lain itu. Satu-satunya yang mungkin bisa disalahkan adalah almarhum yang sudah "say bye-bye" itu. Tapi apa hendak dikata, dia sudah memutuskan segala urusan dunianya.

Kembali ke dua orang janda, yang seumuran aku itu, dengan masing-masing satu anak perempuannya, dari dua latar belakang yang berbeda, tapi ternyata mereka memiliki satu kesamaan. Bahwa ternyata mereka adalah istri muda- istri muda yang dinikahi secara siri. Tidak ada catatan pernikahan resmi mereka. Dan ini ternyata adalah bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Dengan kematian si suami segala hubungan menjadi terputus begitu saja. Tidak ada hak-hak dia dan anak sedikitpun dalam hal kekerabatan maupun warisan. Bahkan haknya untuk datang memberikan penghormatan terakhir saja begitu susah untuk dilakukan. Apa yang bisa kita petik? Bahwa every dharma has it karma,..semua perbuatan itu ada akibatnya. Kebahagiaan yang diraih dengan cara mengorbankan kebahagiaan orang lain tidak akan pernah abadi. Apa yang mereka lakukan selama ini, pernikahan diam-diam, pernikahan rahasia, pernikahan siri itu, yang terasa begitu indah pada awalnya,ternyata membawa banyak kesengsaraan dikemudian harinya. Perempuan-perempuan yang tergiur dengan harta, bersedia dinikahi secara siri oleh pria-pria tua yang telah berkeluarga. Mereka ingin kemapanan dengan cara instant. Dan pada akhirnya, disini terlihat bahwa yang paling dirugikan adalah pihak perempuan. Bayangkan, keberadaannya sebagai istri selalu disembunyikan, tidak ingin sampai ketahuan. Kemudian, setelah mengandung, melahirkan dan membesarkan anak, jika tiba-tiba ditengah jalan ditinggalkan begitu saja, entah itu karena ditinggal pergi ataupun ditinggal mati, tidak banyak yang dapat dia lakukan. Apalagi jika dia hanya seorang istri yang tidak bekerja yang benar-benar mengandalkan hidupnya dari pemberian si suami. Kepergian suami tidak hanya mendatangkan duka yang mendalam tapi juga mengobrak-abrik perekonomian rumah tangga. Sementara disaat yang sama di tidak bisa mengadu kemana-mana, tidak bisa menuntut kemana-mana. Sungguh tragis. Dan sungguh kejam ketika mereka memutuskan untuk punya anak yang keberadaannya antara ada dan tiada. Artinya anak yang ada tidak pernah mendapatkan kepastian hak-haknya secara hukum negara maupun agama.

Alangkah egois-nya karena perempuan-perempuan ini tidak pernah memikirkan sebelumnya bahwa keberaniannya mempertaruhkan perkawinan tanpa pencatatan baik secara hukum maupun agama bisa membawa kesedihan, kesusahan dan kesengsaraan bagi anaknya kelak. Berfikir sebelum melakukan sesuatu karena "every dharma has it karma..."

No comments: