Dengan segenap dukungan dari suami dan anak-anakku yang rela untuk bangun pagi di hari libur dan bersedia mengambil resiko untuk berpanas-panasan,..
Minggu 26 April, hari ini berangkat dengan penuh semangat meskipun dari pagi cuaca sudah mulai terasa menyengat. Sepanjang ingatanku,..selama menikah dan punya anak belum pernah aku seantusias ini berangkat ke sebuah event yang diselenggarakan disiang bolong,..ditengah cuaca yang sangat terik. Ini mukjijat,..halah..!
Acara ofrod khusus ibu-ibu yang bertajuk “kartini ofroad bukit adventure” ini selengarakan dalam rangka hari kartini sekaligus sebagai acara penggalangan dana untuk untuk korban musibah situ gintung. Ternyata diluar dugaan panitia acara, para peserta pada event ini cukup banyak. Akibatnya antrian untuk lomba pun menjadi cukup panjang.
Pesertanya terdiri atas berbagai macam latar belakang. Ada yang memang sudah pro,..ada yang biasanya hanyalah sopir antar jemput anaknya (contohnya aku) ,ada yang memang anggota klub balap hingga ada yang sekedar iseng ikutan saja. Usianya juga beragam,.mulai dari gadis remaja usia belasan tahun,..kepala dua, kepala tiga, kepala empat hingga kepala lima. Jadi dari dari amatir sampai profesional,…dari muda hingga tua,..semuanya berbaur menjadi satu. Bagi sebagian dari kami jadi juara bukanlah target utama. Yang penting bisa ikut menyumbang untuk korban musibah situ gintung sekaligus dapat pengalaman yang agak berbeda.
Lomba dibagi atas 2 stage. Yang pertama dengan trek naik turun plus tikungan patah (mengandalkan skill atau keahlian ) Sedangkan yang kedua di trek yang agak rata dengan posisi harus memutar dibundaran (mengandalkan speed atau kecepatan). Meskipun tidak menang tapi aku cukup puas dengan catatan perolehan waktu yang aku buat. Tidak jelek-jelek amat bagi seorang pemula,…cuiiiih, gak tau malu banget yak.…(ini menurutku pribadi,.menurut orang lain ancuuuuur,..hahhahha)
Meskipun siang itu panas luar biasa,..alhamdulillah anak-anakku tidak ada yang protes. Mereka semua tahu betapa antusiasnya aku sejak berminggu-minggu yang lalu,..dan mereka semua memberikan dukungan moral yang tidak terhingga padaku. Aku sungguh terharu atas semua yang telah mereka lakukan. Tidak sedikitpun mengeluh di siang yang terik itu dan tetap enjoy hingga akhir acara. Thank you so much, my little angels..
Wednesday, May 13, 2009
suatu sore di pondok cabe
Undangan untuk mengikuti kompetisi ofroad bagi ibu-ibu dalam rangka hari kartini benar-benar menggoda naluri coba-cobaku. Sempat menjajal beberapa bukit kecil di kawasan proyek sekitar tempat tinggalku,dan rasanya kok kelewat mudah,..akhirnya aku putuskan untuk mencoba di kawasan pondok cabe.
Disamping ingin mencoba beberapa track yang agak sulit, aku juga ingin mengetahui karakter kendaraan yang akan aku bawa nanti. Percaya atau tidak, tiap kendaraan itu bagiku memiliki soul (jiwa). Kita bisa memiliki ikatan bahkan berkomunikasi dengannya. Bahkan mobil juga bisa punya rasa cemburu. Dan seperti kejadian pada sore itu,..
Memasuki kawasan pondok cabe,..acara ofroad untuk penggalangan dana bagi korban situ gintung sedang berlangsung. Aku dan suami berkeliling dengan dua kendaraan yang berbeda mencari daerah yang sepi dan cocok untuk dijadikan arena latihan. Akhirnya menemukan jalur yang berupa cekungan cukup dalam menuju kearah rawa-rawa. Untuk tahap pertama aku mengikuti dari belakang setiap rute yang dilewati oleh si Mer. Dan pelajaran pertama adalah bagaimana caranya melewati jalan dengan cerukan yang dalam dan lebar tanpa jatuh terperosok. Sempat merasa tidak yakin ketika aku harus melewati sendiri jalur mengerikan itu. Dengan jantung yang rasanya tiba-tiba menciut menjadi sebesar kelingking,..aku dengan sangat pelan melewati turunan jahanam itu. Berulang-ulang aku mengucapkan Allah Akbar saking takutnya. Berusaha untuk tetap dalam posisi tegak (tidak jatuh kedalam cerukan) dan sekaligus berusaha untuk menenangkan degup jantung yang tiba-tiba menjadi sangat cepat dan tidak beraturan. Gosh,.. it’s felt so horrible…Tapi seiring dengan waktu,..aku bisa beradaptasi dengan keadaan. Beberapa kali aku mencoba untuk naik lagi dan turun lagi hingga akhirnya aku bisa melakukannya dengan detak jantung yang normal. Setelah istirahat sejenak timbul ide untuk mencoba mengendarai si Mer. Sebagai awalan aku meminta sedikit tips dan trik pada instuctor-ku yang tidak lain tidak bukan adalah mr agung, suamiku. Layaknya murid dan guru,..aku mendengarkan dengan seksama semua. Berikut rekaman percakapan didalam kabin,
Instructor: “Yang penting tetap tenang,..apapun jenis mobilnya, teorinya tetap sama,.usahakan terus agar roda kiri dan kanan tetap menapak sejajar. Jangan sampai tergelincir,…” ooooo,ooooo….dan dalam hitungan detik,.. salah satu ban terperosok ketengah lubang,..mobilpun menjungkit seketika,.. Oh,..Nooooo….
Bagaimana rasanya berada didalam kabin kendaraan yang jungkir balik seperti itu?
Hiks,..awalnya jantung berdetak hebat tapi pelan-pelan kembali berdetak normal. Hingga akhirnya aku mengganggap semua itu hal yang biasa saja. Tidak ada rasa cemas yang berlebihan seperti sebelumnya (yang tentu saja ini bagus untuk kesiapan mentalku pada acara perlombaan keesokan harinya)
Dengan susah payah aku berusaha memanjat untuk keluar dari ruang kabin. Dan satu-satunya hal yang cukup mengerikan bagiku adalah ketika harus meloncat dari pintu keluar yang kini berada pada ketinggian 2m lebih dari permukaan tanah. Huppppp..berhasil.
Sempat beberapa saat mengupayakan recovery sendiri dan tidak berhasil, menghubungi beberapa teman yang ternyata berada jauh dari tempat kejadian hingga tidak memungkinkan mereka untuk datang membantu,.
Akhirnya kami ditolong oleh sebuah jeep siera yang kebetulan sedang melintas disana. Dalam sekejap kami menjadi akrab layaknya sudah kenal bertahun-tahun. Salah satu hal yang paling kusukai dalam olahraga ini yaitu rasa solidaritas yang tinggi pada sesama pengemudi jeep. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menegakkan kembali si Mer.
Hanya saja karena berada cukup lama dalam posisi nungging tadi membuat si Mer agak ngadat. Susah di starter dan mesinnya agak “mbrebet”. Terpaksa harus menunggu beberapa saat. Sembari menunggu kami menonton teman-teman yang bermain-main sejenak.
Rekta dan Krisna bahkan nekat untuk menceburkan diri kedalam rawa yang ternyata beujung pada ngadatnya kendaraan mereka ketika sedang berada ditengah rawa, sehingga akhirnya giliran mereka yang memerlukan recovery. Dibawah ini beberapa foto-fotonya…
Hari pun menjelang malam. Teringat akan anak-anak yang ditinggal dirumah,..aku pun bergegas menuju pulang.
Pelajaran yang dipetik hari ini,...pertama: guru jangan sok-sok-an didepan murid,..terutama jika murid itu adalah istrinya sendiri.., huahahahhaha….
Dan kedua: besok aku lebih memilih membawa si Tam, yang ternyata lebih jinak kepadaku ketimbang si Mer, yang kelihatannya agak jealous dengan ku..
Thanks to reta,krisna dan dede atas bantuannya…hingga kami bisa segera kembali kerumah
Disamping ingin mencoba beberapa track yang agak sulit, aku juga ingin mengetahui karakter kendaraan yang akan aku bawa nanti. Percaya atau tidak, tiap kendaraan itu bagiku memiliki soul (jiwa). Kita bisa memiliki ikatan bahkan berkomunikasi dengannya. Bahkan mobil juga bisa punya rasa cemburu. Dan seperti kejadian pada sore itu,..
Memasuki kawasan pondok cabe,..acara ofroad untuk penggalangan dana bagi korban situ gintung sedang berlangsung. Aku dan suami berkeliling dengan dua kendaraan yang berbeda mencari daerah yang sepi dan cocok untuk dijadikan arena latihan. Akhirnya menemukan jalur yang berupa cekungan cukup dalam menuju kearah rawa-rawa. Untuk tahap pertama aku mengikuti dari belakang setiap rute yang dilewati oleh si Mer. Dan pelajaran pertama adalah bagaimana caranya melewati jalan dengan cerukan yang dalam dan lebar tanpa jatuh terperosok. Sempat merasa tidak yakin ketika aku harus melewati sendiri jalur mengerikan itu. Dengan jantung yang rasanya tiba-tiba menciut menjadi sebesar kelingking,..aku dengan sangat pelan melewati turunan jahanam itu. Berulang-ulang aku mengucapkan Allah Akbar saking takutnya. Berusaha untuk tetap dalam posisi tegak (tidak jatuh kedalam cerukan) dan sekaligus berusaha untuk menenangkan degup jantung yang tiba-tiba menjadi sangat cepat dan tidak beraturan. Gosh,.. it’s felt so horrible…Tapi seiring dengan waktu,..aku bisa beradaptasi dengan keadaan. Beberapa kali aku mencoba untuk naik lagi dan turun lagi hingga akhirnya aku bisa melakukannya dengan detak jantung yang normal. Setelah istirahat sejenak timbul ide untuk mencoba mengendarai si Mer. Sebagai awalan aku meminta sedikit tips dan trik pada instuctor-ku yang tidak lain tidak bukan adalah mr agung, suamiku. Layaknya murid dan guru,..aku mendengarkan dengan seksama semua. Berikut rekaman percakapan didalam kabin,
Instructor: “Yang penting tetap tenang,..apapun jenis mobilnya, teorinya tetap sama,.usahakan terus agar roda kiri dan kanan tetap menapak sejajar. Jangan sampai tergelincir,…” ooooo,ooooo….dan dalam hitungan detik,.. salah satu ban terperosok ketengah lubang,..mobilpun menjungkit seketika,.. Oh,..Nooooo….
Bagaimana rasanya berada didalam kabin kendaraan yang jungkir balik seperti itu?
Hiks,..awalnya jantung berdetak hebat tapi pelan-pelan kembali berdetak normal. Hingga akhirnya aku mengganggap semua itu hal yang biasa saja. Tidak ada rasa cemas yang berlebihan seperti sebelumnya (yang tentu saja ini bagus untuk kesiapan mentalku pada acara perlombaan keesokan harinya)
Dengan susah payah aku berusaha memanjat untuk keluar dari ruang kabin. Dan satu-satunya hal yang cukup mengerikan bagiku adalah ketika harus meloncat dari pintu keluar yang kini berada pada ketinggian 2m lebih dari permukaan tanah. Huppppp..berhasil.
Sempat beberapa saat mengupayakan recovery sendiri dan tidak berhasil, menghubungi beberapa teman yang ternyata berada jauh dari tempat kejadian hingga tidak memungkinkan mereka untuk datang membantu,.
Akhirnya kami ditolong oleh sebuah jeep siera yang kebetulan sedang melintas disana. Dalam sekejap kami menjadi akrab layaknya sudah kenal bertahun-tahun. Salah satu hal yang paling kusukai dalam olahraga ini yaitu rasa solidaritas yang tinggi pada sesama pengemudi jeep. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menegakkan kembali si Mer.
Hanya saja karena berada cukup lama dalam posisi nungging tadi membuat si Mer agak ngadat. Susah di starter dan mesinnya agak “mbrebet”. Terpaksa harus menunggu beberapa saat. Sembari menunggu kami menonton teman-teman yang bermain-main sejenak.
Rekta dan Krisna bahkan nekat untuk menceburkan diri kedalam rawa yang ternyata beujung pada ngadatnya kendaraan mereka ketika sedang berada ditengah rawa, sehingga akhirnya giliran mereka yang memerlukan recovery. Dibawah ini beberapa foto-fotonya…
Hari pun menjelang malam. Teringat akan anak-anak yang ditinggal dirumah,..aku pun bergegas menuju pulang.
Pelajaran yang dipetik hari ini,...pertama: guru jangan sok-sok-an didepan murid,..terutama jika murid itu adalah istrinya sendiri.., huahahahhaha….
Dan kedua: besok aku lebih memilih membawa si Tam, yang ternyata lebih jinak kepadaku ketimbang si Mer, yang kelihatannya agak jealous dengan ku..
Thanks to reta,krisna dan dede atas bantuannya…hingga kami bisa segera kembali kerumah
Subscribe to:
Posts (Atom)