Hujan deras diluar. Aku sedang didapur menyiapkan santapan
siang. Memandang keluar jendela terlihat
seorang pedagang makanan dengan gerobak dorongnya. Aku membaca stiker tulisan alakadar di kaca gerobak
dorongnya “Kue Pancong”. Dia berhenti
untuk berteduh dibawah salah satu dahan pohon mangga kami. Kepalanya hanya
ditutupi sehelai saputangan kecil yang nyaris tidak ada artinya seiring dengan
semakin derasnya hujan.Aku merasa sesak, pedagang kue pancong ,dibawah hujan
deras, dan tanpa payung.
Ditengah cuaca
cerah saja, dijaman sekarang ini, entah siapa dan berapa yang masih sudi membeli ataupun makan kue
pancong. Ditengah gempuran Bread talk, J-co Doughnout,Roti Boy, masih adakah
generasi yang kenal dengan kue pancong. Haduhh, ..
Segera aku memanggil suamiku dan memintanya untuk memberikan
salah satu payung kami kepadanya. Suamiku
bahkan berinisiatif untuk memborong kue pancongnya. Aku tersenyum, dan aku
hadiahkan sebuah ciuman di pipinya… Apa?! Hahahaha,…BUKAN!!!.. bukan ciuman ke
pipi si tukang kue pancong, tapi ke pipi suamiku. Jiiieeeee,… hebat bener si tukang kue pacong
kalo sampe dibeli kuenya, dikasi payung
Cuma-Cuma, trus dapet sun sayang di pipinya,.. :P
No comments:
Post a Comment