Cambodia day 1
Pukul 8 pagi waktu Cambodia kami mendarat di Siam Riep int’l airport. Sedikit kejutan setelah pengambilan bagasi karena kami menemukan koper dalam keadaan peot. Kirain cuma nenek aja yang bisa peot, eh..ternyata koper juga. Hehehe,..
Cuaca terasa sejuk. Seorang penjemput telah menunggu di pintu keluar. Dia yang akan merangkap sebagai guide dan juga pengendara kendaraan eksklusif kami selama di sana yaitu TUKTUK. Ya, kami memang sengaja memilih tuktuk sebagai alat transportasi karena praktis dan murah.Agak terasa lucu pada awalnya karena kami benar-benar kikuk ketika menaiki kendaraan yang berbasis motor bebek ini. Kami tertawa geli sepanjang perjalanan karena harus menerima kenyataan sebuah motor bebek bisa menarik gerobak yang bermuatan 4 orang plus 2 koper dan 4 ransel (masing2 kami membawa ransel, seperti biasanya ) Dan untuk empat hari kedepan kami memasrahkan keselamatan kami selama dijalan raya pada sang pengemudi tuktuk. Namanya Rain, orangnya masih muda dan sangat santun. Untuk selanjutnya Rain akan menjadai bagian dari keluarga kami. Welcome to the club, Rain :)
Cuaca di Siam Riep belakangan agak anomali. Maksudnya jika biasanya mereka bersuhu sekitar 30 derajat celcius ,tapi sejak kejadian tsunami di Jepang ,suhu di sana cenderung lebih rendah. Langitpun lebih sering mendung. Tidak heran aku merasa agak kedinginan, tepatnya, ya,..kedinginan karena aku lupa membawa baju hangat. Aku bener2 tidak punya bayangan seperti apa Tuk-tuk itu sebelumnya. Andai saja aku tahu bahwa Tuktuk itu adalah gerobak modifikasi yang ditarik oleh sebuah motor pasti aku akan membawa peralatan lengkap mulai dari jaket, syal, sarung tangan, helm, kacamata goggle,..ahahha…lebaayyyy,..
Tujuan pertama kami adalah sesegera mungkin check in di hotel karena terus terang koper beserta ransel membuat sesak kabin Tuk-tuk yang tidak seberapa luasnya itu. Menuju Steung Siemreap Hotel aku menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Terus terang aku tercengang-cengang karena pemandangannya benar-benar mengingatkanku pada masa kecil dulu. Mulai dari jalanan yang sepi yang hanya dilintasi beberapa kendaraan yang lewat, tanah yang liat yang keras yang berwarna kuning, jenis pepohonan yang tumbuh dipinggir jalan, bau semak dan belukarnya, rumah-rumah dari kayu dan yang benar-benar membuatku hampir lupa bernafas adalah logo CALTEX yang membuatkan seakan-akan tersedot oleh pusaran waktu. Aku terasa kembali ke tahun 1980 di kota kecil Duri. Semua seolah terulang dan tergambar begitu jelas. Aku mendesah berkali-kali dan tak henti-hentinya aku berseru kepada anak-anakku, “mami serasa flashback ke jaman mami kecil dulu…” Aku merasa sangat bahagia karena selama ini aku hanya bisa lewat jika ingin kembali ke masa dulu, tapi kali ini semuanya begitu nyata dan ada didepan mata. Aku suka de javu ini, aku suka Siamreap, aku sangaaatttt suka Siamreap. All my children memories is coming back.
No comments:
Post a Comment